Tidak salah sih anda memilih jalur politik,dan tidak pula saya akan campur tangan masalah pilihan anda  di Gerindra. Semua orang mempunyai hak untuk memilih partai. Itu adalah hak warga negara. Tidak pula saya memprotes bahwa anda adalah salah satu pengagum Prabowo Subianto.
Cuma dari rekam jejak anda saya tahu ada ambisi kuat untuk malang melintang di dunia politik. Sepertinya anda sangat berbakat sekali untuk masuk dalam dunia politik Indonesia yang penuh intrik. Lebih sering mengandalkan otot dan "ngeyel" daripada logika berpikir sehat.
Debat menjadi sebuah tamasya, dan anda sangat mendalami peran dalam perdebatan. Entah bagi penonton yang melihatmu, anda itu seperti waton suloyo, itu karena dalam hati saya mungkin saya lebih mirip cebong daripada kampret.Â
Setiap kali bicara, setiap kali berdebat anda begitu ajaib dengan berondongan kata- katamu. Tapi itulah bakat anda sebagai jajaran petinggi partai yang tugasnya memang membobardir penonton dengan debat- debat yang bikin panas.Â
Dan sampai saat ini berkat perdebatan adu otot leher itu membuat televisi menjadi magnet luar biasa bagi orang- orang yang memang suka debat politik, kecuali saya, mending ganti chanel cari frekwensi yang menayangkan cerita inspiratif.
Melihat wajah anda memang tampak lucu untuk ukuran politisi, anda lebih mirip pelawak daripada juru bicara partai politik. Saya berpikir betapa beruntungnya anda bisa sering- sering menjadi pusat perhatian media. Wajah anda terpampang di mana- mana dan kata- kata anda seperti sebuah mata air bagi media. Anggaplah anda sebagai media darling.
Saya malah  baru tahu bahwa anda mempunyai nama babtis mentereng di belakang nama. F.X (Fransiskus Xaverius, rohaniwan pejuang dan mionaris penyebar ajaran Kristus yang tangguh. yang mengabdikan hidupnya untuk pelayanan Misi di Asia). Menyandang babtis bagi umat Katolik itu sebetulnya berat. Latar belakang babtis itu bisa memberi spirit perjuangan seseorang. Saya juga Katolik dengan babtis Ignatius.Â
Saya tahu cerita tentang Ignasius dari orang tua, saya membaca sejarahnya dan mencoba meresapi sedikit filosofi kehidupannya. Saya pikir orang katolik mampu memaknai perjuangan nama babtisnya bukan sekedar menempelkannya sebelum nama pemberian orang tua.
Jejak politik anda memang kontroversial, banyak sekali kata- kata anda yang tidak tercermin dalam ajaran kasih. Mungkin karena anda politisi maka segala cara dlakukan. Karena banyak orang mengatakan politik dan agama itu seperti air dan api.Â
Tetapi di Indonesia politik dan agama campur baur. Agama begitu masuk dalam hiruk pikuk politik. Dan politik berusaha menggunakan jalur agama untuk mempengaruhi masyarakat dan menangguk suara.