Ibarat final Piala Dunia sepak bola selalu mengundang intrik, drama dan cerita- cerita seru yang akan tercatat oleh jutaan orang di Seluruh dunia. Finalis hanya dua. Tidak lebih. Kalah menang itu sebuah  resiko pertarungan. Akan ada yang kalah dan menang. Jika sportif meskipun kalah ia akan mengucapka selamat kepada lawan yang mengalahkannya.
Lepas ada intrik, drama berupa blunder wasit, insiden tangan tuhan, atau drama pinalti karena kesalahan pemain, semua itu adalah bagian dari pertandingan. Pada titik puncaknya siapa yang mencapai nilai tertinggi dialah pemenangnya. Ada selalu tangisan penyesalan, kesedihan dan rasa putus asa atas hasil yang seperti tidak diharapkan. Akan ada praduga kecurangan yang dilakukan oleh wasit, atau semacam rekayasa para penjudi yang akan tebak tebakan skor. Satu pemenangnya yang akan merayakan dengan gegap gempita, penuh luapan kegembiraan atas pencapaian berdarah - darah hingga tercatat dalam sejarah.
Pak Prabowo perlu sering sering melihat pertandingan olah raga semacam sepak bola. Kalah menang dalam pertandingan itu sudah pasti. Jika Kontes Presiden tidak ingin kalah dan menganggap yang menang melakukan kecurangan TSM (terstruktur, Sitematis dan Masif) bagaimana negara bisa tetap tegak dalam meyakinkan masyarakat bahwa pemilu akan berlangsung. Pemilu itu adalah pesta rakyat, bukan melahirkan kecemasan, kegalauan dan pembelahan rakyat.
Olah raga terutama sepak bola tidak kalah dramanya bapak. Ada ekspresi marah, kecewa, kesakitan luar biasa akibat benturan. Ada keringat membanjir pun mereka yang terdapuk menjadi playmaker dan kapten tim harus memutar otak untuk meredam serangan lawan. Taktik- taktik di kerahkan dan pelatih mengingatkan untuk disiplin menjalankan rencana yang sudah disusun jauh  sebelum permainan berlangsung.Â
Setiap pelatih akan mempelajari akrakter lawan dan berusaha meredam taktik permainan lawan dengan melakukan kontra teknik. Jika lawan aktif dan ofensif Pelatih akan mengeluarkan jurus meredam permainan ofensif lawan. Pelatih bisa menggunakan cara yang sama dengan sepak bola menyerang atau bertahan, tergantung ujung tombak serangan lawan.
Sebagai mantan militer dan peracik taktik perang tentunya anda paham bagaimana melumpuhkan serangan lawan. Kunci utamanya bukan emosi, tetapi sabar membaca gelagat dan tepat melakukan serangan balik pada moment tepat. Tim yang baik tentu tidak akan saling menyalahkan jika terjadi kemelut. Tim yang baik akan selalu kompak meskipun dalam keadaan terjepit atau dalam tekanan saat sudah ketinggalan (kebobolan terlebih dahulu).
Tidaklah selalu menyalahkan taktik lawan tetapi introspeksi dulu. Seorang Pelatih akan memotivasi bahkan memarahi para pemainnya yang sedang dalam tekanan, membangkitkan daya juang dan memaksimalkan tenaganya agar bisa "comeback" dan mampu menunjukkan semangat juang pantang menyerah sebelum peluit tanda pertandingan berakhir.
Pemimpin itu adalah seorang  yang mempunyai akrakter lengkap bukan hanya wajahnya yang 'sangar". Jiwa kepemimpinnya ada dan tentu seseorang yang berpembawaan tenang, tidak mengumbar emosi dan mampu memotivasi teman lainnya.
Sudahkah anda menyadari menjadi pemimpin negara itu seperti pelatih sepak bola atau kapten tim, ia harus bisa memimpin orkestrasi permainan. Dengarkan masukan dari sumber yang jelas, bukan karena kebetulan dekat karena dari suku yang sama, identitas sama misalnya agama atau komunitas yang sama. Anda harus mampu mendengar semuanya dari arlernatif terbaik maupun yang terburuk. Kalau ada teman yang lebih sering bersikap ABS dan cuma cari muka saja sebaiknya abaikan. Masukan tentu juga belajar dari kepahitan, dari kegagalan dan yang terpenting juga dewi fortuna.
Sejauh ini Dewi Fortuna anda cukup buruk. Lebih suka mendengar orang- orang dengan ambisi kekuasaan yang tinggi, mendengar orang- orang yang hanya pandai bicara tetapi nol dalam praktik. Jangan biarkan kegaduhan  meracuni potensi yang anda miliki.
Semua orang mempunyai kecerdasan masing- masing. Anda Pak Prabowo tentu mempunyai potensi besar menjadi pemimpin karena bagaimanapun pernah masuk dalam kawah candradimuka Akmil. Taktik, fisik, ujian mental, tes kecerdasan pasti sudah anda lalui.
Lawan anda Jokowi sebetulnya tidaklah lawan sepadan jika melihat rekam jejak anda, tetapi mengapa ia menang melawan anda di tahun 2014. Apa tipsnya, apa kuncinya. Padahal gempuran isu terus membobardir sosok ceking yang kurang mempunyai perawakan sebagai pemimpin bangsa(dari penerawangan fisik, yang terlihat di mata).
Tapi rakyat mempunyai kriteria lain. Jokowi itu fenomena dan dalam falsafah Jawa ia mendapat wahyu keraton, alam merestuinya dan akhirnya bisa duduk di kursi presiden. Lepas dari janji- janji yang belum banyak terpenuhi paling tidak Jokowi sudah bekerja keras meletakkan tonggak membangun infrastruktur. Tidak semua puas dengan kinerjanya, nyatanya Sumatra Jokowi kalah. Di Jawa Jokowi kalah di Jawa Barat dan Banten. Sebagai manusia ia tetaplah bukan manusia sempurna, selalu ada celah kelemahan yang bisa digoreng dan dijadikan sasaran tembak kritik. Manusia memang mempunyai target, tetapi tidak semua target tercapai karena akan banyak kejadian yang tak terduga- duga datang menghampiri.
Belajarlah Pak Prabowo untuk legowo menerima kekalahan jika KPU sudah memutuskan lawan anda menang. Anda tidak perlu resah anda masih bisa memenangkan sebagian rakyat dengan bersifat legowo. Sebuah permainan tentu akan berakhir. Kalah menang itu sebuah realita. Sportif seperti permainan sepak bola. Jika ketika kalah anda berangkulan tidak menuding ada kecurangan maka anda tetap akan menang di hati pemilih anda dan rakyat. Anda adalah pahlawan yang mampu menunjukkan nilai- nilai sportifitas seperti halnya permainan sepak bola terkhusus sepak bola yang penuh drama.
Mari sikapi sebuah permainan itu seperti sepak bola. Jika draw tentu permainan akan ditentukan dengan adu pinalti dan dalam pinalti itu kadang keahlian nomor dua yang nomor satu itu adalah keberuntungan. Â Anda akan dianggap jempolan jika melakukan taktik sportif. Bisa jadi anda malah dihadiahi man of the Match karena telah bermain cantik. Jika sedari awal gerudak geruduk selalu menarasikan kecurangan bukankah kecurangan itu hadir pada kedua belah pihak.Sekali sekali tim anda diajak introspeksi mengapa tidak bisa mempraktikkan skema permainan yang sudah dirancang. Bisa jadi kesalahan bukan pada lawan anda tetapi pada tim anda yang tidak melaksanakan taktik secara disiplin.
Sepak bola itu hanya sebuah permainan, tetapi tahukah anda ada filosofi yang bisa dipetik dari permainan sepak bola, salah satunya adalah sportivitas. Tuhan hanya akan membela tim yang gigih dan pantang menyerah. Bukan membela kemalasan hanya mengharap doa tetapi  lupa untuk kerja keras.
Salam Sportif. Salam Damai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H