Kengototan Prabowo Subianto tidak mengakui kekalahan lewat Quick Count salah satunya tentu ada bisikan dari dua tokoh itu. Amien Rais terang- terangan membenci apapun yang dilakukan Joko Widodo. Sebagus apapun terobosan Jokowi tidak akan mendapat tempat di hari Amien Rais. Bahkan seringkali Amien menjadi sosok paling nyinyir selain Fadli Zon dan Fahri Hamzah.
Bagusnya Jokowi tidak pernah merasa dendam dengan berbagai olok- olok yang dilontarkan Amien Rais kepada Presiden ke 7 ini. Amien Rais yang terkenal sebagai penggerak reformasi dan ikut andil dalam mundurnya Soeharto sebagai Presiden tahun 1998.
Amien adalah salah satu aktor yang mewarnai era reformasi. Ia demikian di sorot hingga akhirnya besar kepala dan menerjang siapa saja yang tidak ia kehendaki. Perjuangannya meraih RI satu berkali- kali kandas. Tetapi Amien Bisa sampai ke senayan dengan menjadi pucuk pimpinan MPR.
Sengkuni dalam Pewayangan
Gambaran bagi banyak netizen terhadap sosok Amien Rais adalah Sengkuni. Dalam cerita pewayangan seorang Sengkuni merasa berhak untuk menghasut dan memberi petuah buruk bagi satria Kurawa dipimpin okeh Duryudana sebagai sulung dan berhak atas takhta Astina. Ia menjadi penasihat yang tajam mulutnya dan lemes dalam artian Nyinyir.
Ia akan memutarbalikkan fakta untuk memperkuat posisi politisnya. Maka meskipun dia sebenarnya bertatus guru besar yang memberi contoh bagaimana mendidik mahasiswa dan murid agar pintar dan cerdas dalam merangkai kata, Sengkuni cenderung mengadu domba sehingga sesama saudara saling sikut, saling bunuh.
Amien yang pernah menjadi guru besar Fakultas ilmu Politik UGM Jogjakarta sering menjadikan suasana negara tampak mengkawatirkan. Ia yang menggagas Peole Power ketika dirasa ada indikasi pemilu curang terstruktur dan masif dan sistemik. Ia mengompori BPN hingga terus saja membuat ulah dengan mendaku telah memenangkan pemilu dengan persentase 62 % lewat real count intern yang tidak boleh dibuka kepada khalayak.Â
Amien Rais begitu jumawa hingga melecehkan kesigapan Jokowi sebagai Presiden. Sosoknya benar- benar mengingatkan pada sosok sengkuni dalam pewayangan versi India. Amien berperan dalam menggulingkan Gusdur dari tampuk pimpinan negara. Meskipun sebelumnya juga ikut berperan dalam kemenangan Gusdur.
Mengapa banyak orang akhirnya tidak suka dengan sepak terjangnya yang cenderung mengadu domba. Amien menjadi sosok antagonis yang akhirnya oleh netizen dijuluki Antagonis, Sengkuni dan julukan- julukan negative akibat kebenciannya yang akut pada pemimpin negara dalam hal ini Jokowi.
Dengan entengnya ia menjuluki Jokowi Jokodok atau dengan nyinyir ia menggambarkan Jokowi sebagai orang Bebek Lumpuh Lame Duck mengingat masa pemerintahan Jokowi tinggal sekitar 4 bulan. Amien yakin Jokowi kalah maka ia menganggap Jokowi seperti bebek lumpuh yang sudah tidak mempunyai kewenangan apapun di pemerintahan.
Serangan demi serangan kepada Jokowi itu seperti sebuah perang urat syaraf yang sengaja dilakukan Amien. Sejak awal Amien tidak suka dengan sosok seperti Jokowi. Entah dosa apa yang membuat Jokowi selalu salah di mata Amien Rais.
Tokoh lain yang selalu menganggap Jokowi adalah musuh terbesarnya adalah Rizieq Shihab. Saya susah menggambarkan seberapa kecewanya Rizieq terhadap Jokowi, tetapi tentu bisa tergambar dari pernyataannya yang selalu berlawanan dengan kebijakan pemerintah sekarang. Rizieq yang saat ini bertahan di Arab akibat akumulasi kasus hukum yang menimpanya dan ia tidak akan pulang jika Jokowi masih berkuasa,
Tentu ia berharap pada Presiden Baru terutama Prabowo Subianto yang sudah berjanji menjemputnya ke Arab jika Prabowo menang dalam kontes pemilu 2019 ini. Tetapi kenyataannya Prabowo terganjal dengan realita bahwa perhitungan sementara di Quick Count Prabowo kalah. Meskipun secara hampir semua lembaga survey memenangkan Jokowi kubu Prabowo keukeuh sujud syukur merayakan kemenangan. Pada survey internal pihak Prabowo mengklaim 62%. Maka meskipun relaita lapangan mengunggulkan Jokowi Prabowo masih yakin menang dengan hitung- hitungan internal.
Tentu klaim Prabowo membuat kegaduhan sebab mana mungkin ada dua Presiden dalam sebuah negara berdaulat. Dalam kontestasi harus ada yang menang dan kalah, Jika semuanya ingin menang maka bukankah ada gejala sakit jiwa yang mendaku kemenangan sementara KPU belum membuat pengumuman resmi siapa pemenangnya.
Nafsu ingin berkuasa, nafsu ingin menjadi Presiden telah mengalahkan logika. Rakyat tentu akan terpolarisasi dan membuat suasana yang adem ayem menjadi ricuh. Bahkan isu- isu ngeri berkembang dengan muncul statemen dari Amien Rais akan mengadakan People Power sebab pemilu kali ini menurut penilaian Amien Rais curang. 02 masih yakin menang sebab jika kalah pasti telah terjadi konspirasi tingkat tinggi. Kecurangan disinyalir amat masif, sistematis dan Terstruktur.
Amien dan Rizieq Kunci Berlarutnya Kegaduhan
Amien Dan Rizieq menjadi kunci kericuhan pemilu, sebab partai partai pendukung Prabowo mulai melupakan berpikir untuk partainya sendiri. Koalisi Adil Makmur tampak saling tuduh atas penyataan- pernyataan Prabowo yang cenderung kontroversial.
Sebaiknya semua pihak bisa menahan diri, Tunggu pengumuman resmi tanggal 22 Mei 2019. Siapapun pemenangnya semoga legowo dengan keputusan KPU. Kekalahan dan kemenangan itu adalah wujud demokrasi. Jika seseorang merasa bahwa yakin menang tentunya tidak perlu menuduh curang, atau mencak- mencak telah terjadi pembohongan public.
Manusia tetaplah mempunyai kesalahan tapi prosentasi kekalahan tentu tidak sebesar yang digambarkan oleh BPN. Jika ada kecurangan yang rugi tentu bukan hanya pihak 02 tetapi juga 01. Maka masyarakat jangan dibuat bingung dan digiring untuk membela salah satu pihak.
Jokowi sudah mencontohkan untuk tetap bekerja dan masalah menang kalah serahkan sepenuhnya kepada lembaga berwenang dalam hal ini KPU. Jika ada  kesalahan input dan kesahan situng. Bukannya sudah ada keberimbangan saksi ketika menghitung perolehan suara tersebut.
Amien, rakyat Indonesia masih menunggu kebesaran jiwa anda. Ita masih berharap jiwa patriotik muncul dari tokoh sekaliber anda. Tentunya harapan ditujukan kepada Rizieq Shihab untuk tidak mengotori reputasi ulama dengan membuat provokasi yang mengancam kesatuan dan persatuan bangsa.
Sebagai warga negara Indonesia anda seharusnya membawa misi untuk mengenalkan pada negara lain bahwa keistimewaan Indonesia adalah saat orang- orang mampu menunjukkan diri sebagai bangsa pemaaf, damai dan saling merangkul antar suku bangsa bukan malah menggaungkan politik identitas dan memilah- milah ulama untuk condong ke salah satu calon yang lebih diterima Ijtima.
Ulama Sumber Kesejukan Umat
Seharusnya Ulama mampu mendinginkan suasana, bicara tentang kebaikan agama,keteduhan dan misi untuk saling bergandeng tangan demi kemaslahatan negara dan bumi yang nyaman bukan malah melakukan gesekan- gesekan yang akan mendorong netizen, masyarakat sosial terbelah- belah dalam pemahaman agama yang berbeda.Â
Semoga Ulama mampu meneduhkan dan menyejukkan dengan datangnya bulan suci Ramadhan. Semua pihak bisa menahan diri untuk tidak saling caci dan saling melontarkan ujaran kebencian. Kuncinya adalah pada Ulama yang mampu memberi kesejukan di tengah polarisasi umat akibat Pilpres.Selamat Menjalankan Ibadah Puasa hari Pertama bagi umat Muslim.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H