Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Saya Sedang Bosan dengan Kompasiana

23 April 2019   13:11 Diperbarui: 23 April 2019   13:34 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Entah berkecamuk jiwaku saat ini melihat Kompasiana. Mengikutimu selalu, dan memberi sumbangan pikiran selalu saja tidak pernah beruntung masuk dalam jajaran "ternama", bukan karena iri tetapi karena terlalu cerdas rupanya penulis- penulis Kompasiana. Aku sudah mengerahkan segala kemampuan, termasuk membaca, mencari trik agar tulisan menjadi menarik. Tetap saja terus menjadi penulis kelas dua tergilas oleh penulis pendatang baru yang moncer dan trengginas yang mampu menarik hati admin dan para juri yang sering menilai artikel-artikel Kompasiana.

Ketidakberuntungan dan Kurangnya Daya Juang dalam Menulis
Rasanya keberuntungan begitu jauh dan tidak pernah sekalipun selama gabung di Kompasiana mendapat ganjaran reward yang mampu membuat bangga. Saya bosan selalu hidup dalam bayang-bayang penulis lain yang mempunyai ciri khas. Bayangkan sejak 2010 bergabung belum sekalipun Kompasiana memberi kesempatan mendapatkan kado hadiah dari event yang saya ikuti.

Terkadang kepingin, rindu, kesal bercampur menjadi satu tetapi hanya saya pendam dalam jiwa. Menulis itu harus tanpa pamrih. Namanya gabung dalam platform media. Ya harus sadar bahwa mengharapkan ada pemasukan itu namanya ngelindur. Yang penting salah satu kata kunci setia menulis adalah semakin lama menulis semakin jam terbang tinggi. Iya jam terbang tinggi tetapi segera terkejar oleh mereka yang baru menulis tetapi mempunyai trik bagus untuk bisa menaklukkan pembaca.

Jangan harap menulis humaniora yang berhubungan dengan seni budaya ratingnya bisa tinggi (kritik untuk saya sendiri). Sampai ngejan sampai teriak ya segmen kompasiana adalah segmen di mana berita politik berita feature lebih dominan. Tapi saya tahu akhir-akhir ini saya pernah beruntun mendapat Headline dengan topik khusus. Saya merasa tersanjung karena bagaimanapun meskipun kelas dua saya masih bisa menembus Headline yang ketatnya minta ampun.

Kompasiana telah memberi pelajaran berharga meskipun saya sering dongkol karena point beranjak, meskipun Headline pergerakannya lambat, dan lagi sialnya saya yang tidak cakap dalam masalah digital berkali kali hanya bengong ketika teman- teman mendapat reward dari Kompasiana. Entah mungkin salah saya yang tidak pernah penasaran dengan aplikasi-aplikasi lewat gawai. Kekunoan dan ketidakgigihan saya memakan korban. Karena saya hanya menjadi penonton bagi rasa kegembiraan kompasianer yang mendapat reward perbulannya karena mendapat upah dari menulisnya. Meskipun jumlahnya tidak seberapa tetapi kepuasannya itu lho.

Reward dan Upah Menulis
Reward berganti dengan Go pay dan mungkin April ini akan banyak teman mendapat reward lagi dan lagi -- lagi ketidakberuntungan saya akan tetap menjadi milik saya karena rata- rata view tulisan saya rendah. Susah mengejar di atas 3000 view karena bulan april terlalu sedikit artikel yang mampu menggebrak pembaca.

Ah, saya bosan menjadi kompasianer yang hanya menjadi penyumbang tulisan tetapi jarang beruntung dalam banyak event di Kompasiana.

Introspeksi Diri
Lalu aku diam, sejenak berpikir dan kemudian introspeksi.

Ya sudahlah ratusan tulisan sudah terpajang di Kompasiana. Banyak artikel yang sudah kutulis dari yang bagus menurut pembaca dan dan bagus juga menurut admin. Dari yang biasa saja bahkan pernah nangkring di tangga terpopuler.Mungkin sebenarnya bukan masalah mendapat reward atau mendapat uang tetapi proseslah yang utama. 

Selama 2010 sampai 2019 ini telah banyak perubahan dalam hal menulis. Menulis bukan lagi pekerjaan susah, tetapi sudah spontan. Menulis artikel dengan 700 kata cukup sekali duduk. Sambil ngopi, sambil minum teh, satu artikel langsung selesai. Itu kemajuan. Lihatlah prosesnya bukan niat untuk mendapat uang atau mendapatkan kedudukan. Lebih dari itu. Menyerap ilmu dari teman- teman kompasianer yang beragam profesi memperkaya wawasan saya. Itu yang membuat saya menjadi kaya raya dalam hal pengalaman dan pengetahuan.

Tetap Setia Akhirnya
Kalau menuruti kekesalan dan kemarahan akan keberuntungan saya yang rendah di Kompasiana tentu sudah saya tinggalkan kompasiana dari dulu. Sekarang saya hanya fokus menulis, membaca dan mengikuti para kompasianer yang cergas, cerdas dan luar biasa tangguhnya dalam mendapatkan berita yang mampu membuat admin terpesona. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun