Tetapi itulah realitanya yang banyak dibaca adalah cerita yang bernilai komentar tinggi yang bisa menimbulkan adrenalin bagi pembacanya dan menjadi bahan diskusi seru, di cakdruk, di kafe, warung kopi, angkringan. Tidak peduli orang saling cakar-cakaran karena itulah. Media sekarang mulai goyah, tidak lagi cantik dengan kata- kata indah bersayap. Tulisan to the point yang mengacak-acak akhlak dan perilaku pemimpin jauh lebih laku. Saya pernah menulis dan selalu merangkak di tangga populer, tetapi setelah itu setelah sejenak diam dan kembali  ke tulisan biasa tulisan menjadi sepi...
 Entah tapi itulah saya sebagai penulis tetap berjuang untuk orang baik. Karena bagaimanapun menderitanya jauh lebih baik meninggalkan goresan kebaikan meskipun harus sepi pujian. Menulis itu sebuah perjuangan untuk mengkampanyekan kebaikan, tidak menonjolkan fitnah. Saya tidak berani mengritik tanpa dasar kuat. Jokowi baik, Prabowo baik yang tidak baik itu adalah orang orang yang telalu memujanya hingga akhirnya harus menggunakan cara fitnah demi meraih kemenangan yang sudah dirindukan lama. Kalau menulis hanya berdasarkan sumber sepihak mending libur menulis.
Sudahi yuk polemik, tenangkan pikir mari berjabat tangan. Tapi tanpa polemik dan sensasi tulisan menjadi sepi juga. Dilema betul. Hahaha.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H