Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Merasakan Euforia di Stadion Megah Gelora Bung Karno

14 April 2019   16:54 Diperbarui: 14 April 2019   17:01 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gelora Bung Karno Meriah memutih pada#konserputihbersatu 13 April 2019 (foto Oleh Joko Dwiatmoko dengan DSLR 600D)

Ibarat pertandingan sepak bola saya melihat lautan manusia memenuhi tribun yang tersedia di GBK. Tidak bersisa. Di lapanganpun terlihat lautan manusia menyemut. Saking semangatnya mereka, panas terik mataharipun tidak dipedulikan. Keringat membanjir, warna- warni bau badan, gemuruh manusia yang terhipnotis oleh yel yel dan lambaian tangan. Luar biasa menyaksikan #konserputihbersatu

 Saya melihat lautan manusia itu meneriakkan satu nama yang ditunggu sejak pagi. Jokowi. Boleh jadi ia adalah bintang lapangan, keahlian dan kharismanya ditunggu baik oleh lawan maupun kawan. Lawan Jokowi tentu akan dengan tekun mencari kelemahan Jokowi. Mereka mengharapkan Jokowi salah ucap di panggung sebesar GBK. Sedangkan gemuruh lautan manusia yang memadati stadion tentu saja ingin mendengarkan sapaan Jokowi yang tampak berlarian rindu dengan gelombang semangat membara. Boleh jadi lawan Jokowi amat nyinyir dan meragukan apapun sepak terjang Jokowi, tetapi lautan manusia itu dengan segala tingkah polahnya adalah manusia yang ingin dirangkul dengan penuh cinta oleh pemimpin yang datang dari rakyat, seorang tukang kayu, pengusaha mebel yang pernah kena gusuran dan tinggal di Bantaran kali Bengawan Solo.

Merasakan gemuruh orang- orang di stadion itu sebuah histeria yang susah dilupakan. Tidak peduli oleh bau keringat menyengat orang di sebelahnya, tidak peduli keringat terkuras oleh panas sesaknya orang- orang. Dari meme- meme yang muncul di Facebook dengan kelucuan natural dan kegembiraan membuncah GBK benar- benar memberi semangat untuk yakin bahwa  Indonesia masih optimis, merasakan kegembiraan, merasakan senyuman di tengah penderitaan massa yang harus berpeluhkeringat. Bisa jadi yang akhirnya pingsan, gelap tiba- tiba karena tubuh begitu lelah dan dehidrasi melanda.

dengan riang bergembira ikut berpeluh lelah demi putihkan GBK (foto oleh Joko Dwiatmoko)
dengan riang bergembira ikut berpeluh lelah demi putihkan GBK (foto oleh Joko Dwiatmoko)

Suara konser dan semangat artis yang menghibur mampu menancapkan semangat. Meskipun harus berjam-jam duduk, sambil memainkan gawai meliput yang perlu diliput dalam dahsyatnya sambutan orang- orang yang masih menginginkan pemimpinnya berdiri dan bekerja dalam semangat optimisme. Silahkan kaum golput memilih jalan tengah dengan tidak memilih keduanya, atau silahkan tetangga sebelah nyinyir bagaimanapun kegembiraan, keharuan tidak bisa disembunyikan.

Tidak perlu menjadi pengamat kata dan penilai pidato dan membandingkan dengan para ahli orator seperti  tokoh Amerika ternama  seperti John F Kennedy maupun Presiden pertama RI. Tidak perlu memaksa anak tukang pandai berpidato. Yang penting kerjanyatanya, totalitasnya saat bekerja dan ketegasan dan kekopiggannya saat sudah memutuskan sesuatu. Pemimpin tegas itu bukan yang pintar pidato berapi- api sambil gembrak- gebrak podium. Emosi itu terasa saat seorang pemimpin berkata sederhana... atas nama cinta, saya ingin memeluk semua dalam pelukan satu Indonesia ..

Tidak terasa desakan emosi dalam jiwa tina- tiba mendesak air mata keluar. Begitu terharu mendengar kata itu terucap. Siapapun yang mendengarkan tentu akan bertepuk tangan gemuruh sambil meneriakkan suara . Jokowi, Jokowi, Jokowi secara bergemuruh, saling bersautan hingga hysteria stadion memberi dampak pada psikologi orang- orang. Ayo tularkan kebaikan ke teman- teman yan tidak sempat datang ke stadion GBK.

satu persatu peserta membludag. Mereka yang di lapangan sambil menunggu membawa spanduk komunitas atau daerah ( foto oleh Ign Joko Dwiatmoko dengan lensa zoom dengan DSLR 600D)
satu persatu peserta membludag. Mereka yang di lapangan sambil menunggu membawa spanduk komunitas atau daerah ( foto oleh Ign Joko Dwiatmoko dengan lensa zoom dengan DSLR 600D)

Slanker, komunitas- komunitas, kumpulan alumnus perguruan tinggi, SMA, tanpa dipaksa datang. Mereka ingin memutihkan GBK dengan niatan tulus. Seniman, pelawak, penyanyi, model, penari masuk memeriahkan acara sejak di jalanan sampai dalam gedung. Sholawat berkumandang dari jiwa- jiwa yang ingin melihat manusia damai meskipun berbeda agama, berbeda suku bangsa. Dalam warna putih masih tersembul warna -- warna lain. Merah, biru, kuning, Oranye, hijau. Mereka datang dengan warna berbeda. Tidak mengurusi dan menjelekkan lain, kalau hanya sekedar membuat joke kreatif tidak apa- apa sih. Namanya kampanye politik harusnya memang menggembirakan. Tidak perlu menonjolkan identitas, sebab urusan politik itu cair dan dunia banget. Untuk bersembahyang, sudah tersedia ruang- ruang khusus. Yang ingin sholatpun dengan niat membawa sajadah atau sekedar melihat kiblat lalu doa khusuk di tengah gemuruh massa.

dari layar besar melihat Jokowi berpidato (foto oleh Joko Dwiatmoko)
dari layar besar melihat Jokowi berpidato (foto oleh Joko Dwiatmoko)

GBK pada 2014 ketika konser 2 Jari saya juga merasakan euforianya tetapi 2019 ini tetap lain. Kemegahan GBK dan auranya terasa lebih menggigit. Bisa berteriak, menari, memainkan tangan dan melihat tingkah unik orang- orang. Kalau ada yang nyinyir bahwa orang- orang tmapak murung itu hoaks, semua bergembira. Meskipun lelah, capai, tapi hasrat jiwa membara mengalahkan rasa lelah itu. Jakarta benar- benar dibuat tidak berdaya sejenak. Kemacetan di mana -- mana.

Tidak bisa dipungkiri, penyeberangan dipenuhi lautan manusia. Ada konsekwensi yang harus dibayar. Sampah bertebaran di setiap sudut dan tumbuhanpun ada yang terinjak- injak. Tetapi lepas dari semua itu masih ada pasukan semut yang menyisir, memunguti sampah. Yah namanya kerumunan. Belum banyak yang punya budaya langsung bersih -- bersih, tetapi ada yang relawan yang sadar untuk berbagi kerelaan untuk memebrsihkan sampah- berserakan.

Terimakasih teman. Pak Polisi, Pak tentara, tenang anda tidak perlu khawatir, kami membuat anda sibuk dengan huru hara akibat tingkah anarkhis kami, bia dilihat wajah- wajah yang datang, penuh senyum dan keceriaan. Anda masih bisa ngobrol, dan tidak perlu mengeluarkan senjara gas air mata untuk menenangkan. Ini pesta kegembiraan, Para petugas bisa ikut bergembira, dengan sapaan manis dari para gadis cantik dengan baju- baju unik, dengan baju putih yang dipadupadan. Kalaulah bau keringat yah maklum mungkin masih ada yang belum mandi sejak kemarin. Hahaha..

Berlarian Jokowi menyapa peserta yang menyemut di GBK (foto oleh Joko Dwiatmoko)
Berlarian Jokowi menyapa peserta yang menyemut di GBK (foto oleh Joko Dwiatmoko)

Oke baiklah, saya pamit pulang dengan perasaan luar biasa. Meskipun fisik lelah tetapi puas bisa menyaksikan GBK bisa diputihkan dalam gegap gempita kegembiraan. Masalah nasi bungkus memang ya kami bawa nasi bungkus tapi dari rumah. Kalau Kaos memang gratisan. Tapi bukan karena gratisan kami dipaksa datang. Kami datang karena satu tujuan. Indonesia satu dan Jokowi itu saja. Salam damai selalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun