Sel- sel itu bisa jadi masuk dalam relung manusia yang merasa dendam, merasa benci atas kekejian oknum agama lain. Bibit dendam berkembang hingga memuntahkan aksi nekat pembunuhan dengan pemberondongan. Mungkin dugaan sering keliru tetapi yang terjadi adalah semua orang sepakat bahwa akar dari kekejian tentu karena ada dendam dan aksi balas dendam atas kekerasan lain di belahan dunia ini.
Pemeluk agama harus mampu membedakan pokok- pokok ajaran agama dan sel- sel radikal yang tentu ada dalam setiap agama. Dalam diri manusia selalu ada jaringan pemikiran yang lebih menstimulasi kasih sayang dan sikap memaafkan atas pelecehan- pelecehan atas nama agama. Namun ada sel lain yang bisa merangsang manusia untuk melakukan tindakan keji jika tidak dibekali dengan pemahaman kuat bahwa apapun balas dendam kekejian bukanlah ajaran agama melainkan pengaruh iblis. Dalam diri manusia selalu ada sisi hitam dan putih. Ada suara nurani ada rayuan untuk melakukan pelanggaran. Dan jika rayuan melakukan pelanggaran lebih kuat maka manusia akan melakukan perbuatan yang bisa membahayakan keselamatan orang lain.
Setiap teror, setiap peristiwa, tragedi kemanusiaan, menjadi pelajaran berharga betapa manusia hanyalah debu dihadapan keagungan Allah, Keagungan Tuhan. Istilah apapun yang muncul dari manusia untuk merubah keadaan bahkan lebih dahulu menafsirkan kehendak Tuhan akan kembali menimpa manusia sendiri. Bahwa misteri kekuasaan Tuhan itu tidak terjangkau tetapi manusia merasa bisa mengendalikan kehendak Tuhan. Maka ajaran, politik, kekuasaan pun banyak diselewengkan. Bahkan ada politikus yang merasa bisa merayu malaikat untuk mendoakan lawan politiknya agar kalah. Ah kembali ke fokus tentang persoalan terorisme.
Setuju untuk Tidak Menyebarkan Adegan Kekejian Di Media Sosial
 Ya kami berusaha untuk tidak menebarkan konten kekejian manusia, tidak memviralkan perilaku genosida atas nama agama. Karena agama apapun tidak pernah mengajarkan pembunuhan dan pembantaian. Kembali manusia  harus saling sapa dan saling peduli dan agama adalah wilayah pribadi manusia yang harus dihormati sebagai kepercayaan masing- masing.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H