"Mau hujan deras dan petir menyambar- nyambar saya tetap menulis, bodo amat dengan yang lain!"
Ini artikel pembuka saya. Sekilas menampakkan ego bahwa sebagai penulis itu cuek,masa bodo dan tidak pedulian. Tapi jika ingin fokus menulis masa bodo kadang perlu untuk meyakinkan diri bahwa saat menulis keseriusan itu penting dan suara- suara sumbang yang mengurangi hasrat menulis perlu dijauhkan dari pikiran. Salah satu mengapa saya menulis artikel ini adalah ketika membaca buku Mark Manson The Subtle Art of Not Giving a F*ck (Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat)
Banyak Tantangan Saat Mulai Menulis
Ada banyak tantangan saat menulis. Rutinitas pekerjaan di kantor, penugasan tiba- tiba, malas, writer's block, anak sakit, diajak teman belanja, ngobrol, ngantuk, dan seabrek hambatan lain yang bisa menunda untuk beraktifitas menulis.
Di kantor saya sendiri yang paling hobi menulis diantara waktu luang, di rumah kesempatan menulis amat sempit karena kegiatan rutin rumah tangga. Tetapi komitmen menulis memang perlu dipegang hingga sesempit apapun menulis harus dilakukan.
Tidak banyak yang suka menulis di antara teman- teman sekerja maka ketika tulisan saya sering saya pamerkan mereka hanya bisa terkagum tetapi belum ada yang tergerak untuk ikut beraktivitas menulis.
Ada juga yang masih sinis dengan kegiatan menulis, karena hanya buang- buang waktu saja dan seorang penulis itu seorang yang cenderung pendiam, suka kesunyian dan penyendiri.
Penulis hanya berteman dengan kata- kata, buku -- buku, khayalan, imajinasi, seperti orang autis. Saya pikir Masa bodo dengan pendapat nyinyir.
Menulis sudah menjadi aktifitas rutin, hampir seperti kebutuhan untuk makan. Sehari tidak menulis seperti ada yang kurang, beberapa hari tidak menulis pembacanya melorot jauh. Tapi bukan takut pada tingkat keterbacaan yang rendah tetapi takut tidak bisa menulis lagi. Tekad menulis adalah menularkan kebiasaan baik berbagi pengetahuan, sharing kebiasaan dan pengalaman.
Dalam hal tertentu bersikap masa bodo itu perlu bukan berarti cuek atau apatis tetapi mengurangi pengaruh luar yang membuat hasrat, tekad dan semangat menulis menjadi kendor.
Menjadi penulis itu akan menghadapi banyak tantangan, apalagi jika tulisan kita (maaf saya) kritis dan sering menimbulkan polemik dan mengundang debat.