Penulis dan Perasaan Sunyi
Bayangkan banyak penulis sepanjang hari berkutat dengan kata- kata, duduk berjam- jam untuk merangkai kata menjadi kalimat, dari kalimat menjadi paragraf dan kemudian tersusun dari bab ke bab dari satu artikel ke artikel berikutnya. Â Sesudah itu harus menghadapi saat penulis berusaha membaca kembali apa yang sudah ditulis. Jika tulisan jelek ia akan mengulang menulis lagi (rewriter).Â
Kegagalan demi kegagalan akrab menyapa, kesunyian demi kesunyian mampir di benak penulis saat rangkaian kalimatnya hanya tepekur tanpa ada pembaca yang mencoba mampir dan memberi vote... sekedar memberi vote saja susah benar. Kadang penulis merasa sakit hati, pedih, perih menyaksikan tulisannya hanya terpajang sebentar lalu menghilang kekurangan apresiasi.
Ibaratnya ketika pedagang sudah berteriak- teriak keras untuk menawarkan dagangan tapi tidak ada satupun pembeli yang mampi menghampiri alih alih menawar malah  hanya melengos dengan tatapan aneh bin menyebalkan.Â
Tapi semua proses itu memang harus dilalui. Pelan- pelan. Untuk menjadi bagian dari sejarah yang mengerti betapa susahnya mencapai puncak tentu harus bekerja istilahnya berdarah- darah untuk mendapatkan kepuasan yang diinginkan.
Pekerjaan "Receh" dan Perasaan Disepelekan
Itulah banyak orang yang meremehkan orang yang hobi menulis atau memilih total dalam bekerja sebagai penulis/ pengarang /penyair yang siap menderita untuk merengkuh asa menjadi seseorang yang sukses dalam menulis.
Akan banyak cibiran, nyinyiran serta kata  - kata yang perih yang bisa saja mengiris tekad bulat menjadikan tulisan sebagai satu- satunya andalan untuk menghidupi diri sendiri dan keluarga.
Jika tujuan menulis adalah untuk memperoleh uang, ketenaran dan kesuksesan seperti halnya ketika seseorang bisa mencapai puncak karier sebagai CEO akan banyak penulis yang "bunuh diri". sebab yang hadir hanya rasa kecewa, kecewa dan kecewa.Â
Anda tentu akan banyak menemui kenyataan pahit memilih menjadi seorang penulis jika akhirnya yang dilakukan penulis hanya setengah- setengah, tidak total.
Bukan berarti menulis itu profesi tidak menjanjikan, tapi banyak syarakt jika seseorang memilih menjadi pengarang, penyair, novelis. Selain konsisten menulis, seorang penulis harus mempunyai target jelas agar waktu yang ada bisa benar- benar mampu dimanfaatkan untuk hobi yang tidak berkonotasi buang - buang waktu.