Entah, saya tiba tiba khawatir dengan suasana politik bulan- bulan ini. Salah satunya karena gagasan- gagasan capres dan cawapres bisa saja melukai sebagian penduduk Indonesia yang mempunyai agama, bahasa, kebudayaan, yang berbeda.Â
Keunikan itu keniscayaan, keunikan itu tidak disingkiri dan sudah menjadi bagian dari heterogenitas, menjadi daya tarik tersendiri bagi negara lain untuk mengunjungi daerah tertentu di seluruh pelosok Nusantara saat ini. Yang menjadi fokus pembicaraan di sini adalah tentang Bali.Â
Pulau eksotis yang sudah mendunia jauh sebelum Indonesia terkenal. Apa yang membuat turis luar negeri begitu kagum pada Bali. Salah satu adalah karena keindahan alamnya, eksotisitas alam dan kebudayaannya dengan ritual keagamaannya yang kuat.
Jangan memandang Bali dengan perspektif bahwa Bali adalah bagian Indonesia yang mayoritas agama muslim. Bali adalah surganya wisata yang menampilkan eksotika pulau dengan segala kepolosannya. Jangan dinilai kepolosan gadis Bali yang dulu kelihatan (teteknya ) dengan kata porno.Â
Berarti pikiran kitalah yang tidak mengerti bahwa yang porno itu sebenarnya sudut pandang pikiran kita yang terlanjur jorok mengasosiasikan bagian tubuh tertentu. Jangan heran jika dulu orang- orang Bali bareng- bareng mandi di sungai bertelanjang bareng pemuda dan pemudi tanpa malu.Â
Karena malu adalah pikiran manusia yang mengait- ngaitkan sesuatu dengan nilai kepatutan. Lalu bagaimana dengan lukisan telanjang, miniatur penis yang dijual bebas di Bali serta makanan- makanan yang maaf haram yang dijual bebas.Â
Hal yang menjadi pantangan di Bali adalah makan dari hewan berkaki empat yaitu sapi. Sapi adalah hewan yang disakralkan maka pantang orang Bali (Hindu memakannya ) sama halnya muslim haram makan babi dan anjing.
Dengan segala hormat Bali mendunia salah satunya karena nilai - nilai keagamaan, ritual, adat istiadat, upacara- upacara, pemujaan- pemujaan di pura itu menjadi daya tarik turis untuk mencoba meresapinya. Dulu ketika Bali masih belum banyak pendatang dari Jawa maling, pencuri motor, jambret hampir tidak ada.Â
Jika ada yang berani maling di Bali bisa dipastikan itu bukan warga Bali itu pekerjaan orang Jawa (maaf orang jawa jangan tersinggung, meskipun saya juga orang Jawa). Mistisisme Bali itu yang membuat Bali tetap menarik di mata turis.
Mpu Jaya Prema atau yang dikenal dengan Putu Setia menulis di Kolom berjudul Wisata Halal yang sekarang ini menjadi polemik setelah calon wakil presiden Sandiaga Uno melontarkan wacana 'Wisata Halal' di Bali . Tujuannya untuk menarik turis dari Timur Tengah. Salah satu faktor tentu saja karena fulus sangat besar di atas Rp. 3000 Trilyun. Wow.
Sebelum melontarkan wacana halal Bali sudahkah pernah tinggal lama di Bali. Tokoh Etnis Madura beragama Muslim Mohammad Bakkri (dalam Kolom Putu Setia) Sandiaga seperti menuduh wisata Bali itu belum halal sehingga perlu dihalalkan. Yang belum halal itu apa?semua hotel besar di Bali termasuk hotel melati di perkotaan, Â memberi tanda kiblat di kamar.