Masyarakat milenial yang selalu rajin mantengin Gadget sedang mendapat moment tepat untuk menyalurkan bakatnya. Mengolok- olok. Dan kali ini yang mendapat "sampur untuk diolok- olok adalah calon pemimpin negara. Saking semangatnya kadang- kadang warganet tidak sempat introspeksi diri.Â
Mereka sempat dan senang memojokkan pemimpin yang tidak disukainya, mencari titik kesalahan, mentertawakan blunder- blunder para politisi. Membaca bibir, gesture dan kebiasaan- kebiasaan hingga muncul meme unik yang mengeksploitasi kekurangan dan kelebihan calon presiden (karena sekarang yang menjadi fokus bahasan adalah citra calon presiden).Â
Saya kadang terbawa ikut- ikutan membahas dengan pongah kelemahan calon dengan acuan cenderung berat sebelah. Namun masih baik saya tidak menampilkan dalam tulisan- tulisan saya. Saya lihat banyak kawan penulis berani mengupas kekurangan "musuh sementara di Pilpres 2019".Â
Keterbelahan membuat saya membelalakkan mata, betapa peran medsos mampu menarik garis batas antara dua kubu. Muncul istilah kampret dan kecebong. Keduanya saling klaim kebenaran, saling melempar bara api dari semburan kata- kata di statusnya entah di twitter, Facebook, blog, youtube dsb.
Olok- olok menjadi habit, sudah melekat dan membudaya dalam "budaya bahasa medsos' yang serba berlebihan. Istilah jagad medsos lambe turah. Nggambleh, ngoceh. Ah Sebodo teuing, bodo amat yang penting komentar. Gara gara ngetwit keceplosan badai omelan, olok- olokpun membuncah.Â
Jika salah memilih kata bisa menimbulkan kiamat kecil. Di bulan- bulan sensitif sekarang ini apapun dihubungkan dengan situasi politik. Anda mau tidak mau akan mengerek logika yang sebenarnya biasa saja menjadi luar biasa karena berbau politik.
Emosi tiba- tiba datang saat ada netizen mencoba mengaduk warga dengan kata-kata provokatif. Contohnya yang paling  anyar adalah terpelesetnya CEO Bukalapak Ahmad Zacky yang mengunggah data  tentang ketertinggalan Indonesia dengan negara lain masalah anggaran  R & D(Research and Development) yang masih jauh dari negara- negara  maju serta berharap pada Presiden baru bisa naikin..."Omong kosong Industri 4,0 kalau budget R&D negara kita kaya gini...Indonesia urutan 43. Indonesia 2B.Mudah- mudahan presiden baru bisa naikin."
Sontak warganet terutama dari pendukung Jokowi atau yang dsebut kaum kecebong merespon dengan #uninstallbukalapak. Kerugian tentu dialami bukalapak sebagai institusi perusahaan startup yang tengah berkembang.Â
Baru saja Presiden memuji dan mendukung upaya bukalapak ekspansi perusahaan, tiba- tiba ceonya blunder dengan twit yang tak terduga akibatnya. Maka hati -- hati membuat status saat negara dan warga masyarakat tengah menghadapi event besar bernama pilpres.Â
Presidennya mungkin ora popo dan mengerti maksud kata- kata CEO tersebut tapi kesan kata- kata yang dipahami kecebong tentu beda karena tengah sensitive dengan kata -- kata ganti Presiden/presiden baru.