Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Jokowi dan Polemik "Propaganda Rusia"

6 Februari 2019   10:28 Diperbarui: 6 Februari 2019   13:02 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jokowi dan Vladimir Putin (tibunnews.com)

Posisi Jokowi sebagai Petahana mengharuskan untuk lebih aktif menangkal hoax dan isu-isu yang terus menyerangnya membabi buta.

Banyak isu  berseliweran, banyak fitnah yang menghantam dirinya. Dari isu PKI sampai antek asing, dari keturunan China sampai ada seseorang yang menyangsikan Jokowi lulusan UGM.

Data dan Fakta jelas tapi mereka yang terlanjur benci akut tidak pernah mau merujuk data. Mereka hanya merujuk suara- suara viral yang membobardir media sosial yang dipercayai sebagai kebenaran.

Era Post truth telah melahirkan badut- badut intelektual yang menjual kewarasannya demi sebuah loyalitas buta (Blind Loyality). Satu fokusnya mengganti Jokowi.

Jokowi Memilih Agresif dan Ofensif
Maka mau tidak mau Jokowi lebih agresif ia tidak lagi defensif. Jokowi punya senjata untuk menyerang. Dengan data dan sejumlah fakta tentang rekam jejaknya yang cukup teruji. Ia tidak ingin dianiaya tanpa perlawanan. Ia mulai bergerak sebab lawan amat agresif menyerang dengan berbagai trik.

Mereka sudah tidak perduli hati nurani, segala cara dilakukan untuk menggerus elektabilitas petahana. Mulai dengan memperbesar isu utang negara, ketidakseimbangan antara utang dan pendapatan.

Narasi-narasi seram beredar di dunia maya seolah menggambarkan posisi Indonesia gawat darurat. Kepintaran mengolah kata-kata indah seperti puisi dimanfaatkan untuk menyindir dan bermain di ranah politik yang profan dan tidak mengenal sastra sebagai produk keindahan. Isi puisinya adalah nyinyiran jiwa bukan kekaguman pada ciptaan Yang Kuasa. Entah bagaimana posisi ilmu sastra jika diseret dalam politik praktis.

Sekarang terjadi umpatan sebagai bahasa sehari- hari. Dulu ketika kata-kata dungu, goblok, begitu ditaruh di rak-rak tersembunyi sekarang yang katanya ahli filsafat bisa dengan ringan "men-dungu-kan" siapa saja yang tidak sejalan dengan pikirannya.

Saking gemesnya Jokowi, muncullah istilah Propaganda Rusia. Sebenarnya propaganda Rusia itu hanya istilah bukan mengacu  dan menyeret negara Rusia masuk dalam polemik politik Indonesia. Kata Jokowi, "Ini hanya terminologi dari artikel yang saya baca di Reins Corporation."

Selanjutnya Jokowi menjelaskan, "Sehingga ya memang tulisannya seperti itu, bahwa yang namanya semburan kebohongan, semburan dusta, semburan hoaks itu bisa mempengaruhi dan membuat ragu dan membuat ketidakpastian. Dan itu biasa di negara-negara lain tanpa didukung oleh data -- data yang kongkret ya memang seperti itu." (Detik News.com,Rabu 6 Februari 2019. "saat Jokowi blak- blakan bosan "main halus")

Pernyataan Kontroversial "Propaganda Rusia"
Lawan Jokowi riang gembira jika Jokowi melakukan blunder. Mereka seperti mempunyai amunisi untuk menyerang Jokowi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun