Membaca Buku Lebih Sehat?
Dengan buku fisik, penerbit masih bisa bernafas untuk tetap optimis menggerakkan bisnis media offline. Memang bagaimana sih akibatnya jika manusia terlalu suntuk membaca bacaan digital? Kinerja mata bagaimana pun ada batasnya.Â
Mata yang terus menerus tegang apalagi dengan layar digital yang sebetulnya terus bergerak membuat mata bekerja keras dalam menundukkan layar. Layar digital adalah sekumpulan pixel aktif yang terus bergerak. Ketika cahaya berbentuk gambar itu seakan-akan diam orang tidak tahu bahwa diam itu muncul karena padatnya pixel.Â
Jika memelototi layar gawai terus menerus akan membuat sel-sel otak tegang sekaligus memperngaruhi syaraf-syaraf mata, jika kemudian dibiarkan akan membuat mata menjadi silindris, semakin intens akan semakin membuat mata kabur dengan lemahnya kemampuan melihat secara normal, sehingga kemampuan untuk fokus menjadi terganggu.
Sebagai blogger, untuk menambah pengetahuan dan wawasan yang luas tetap harus membaca buku. Mengamati media sosial pun  penting dan tentu tidak tertutup kemungkinan untuk bekerjasama menjadikan hobi menulis sebagai loncatan untuk menjadi penulis buku. Bagaimanapun buku masih diperlukan untuk  memperluas pengetahuan, dan merupakan kebanggaan bisa mengoleksi buku buku berkualitas dan tampak berderet di kantor atau ruang baca.Â
Suatu ketika seorang blogger, penulis media sosial akan rindu untuk bisa menerbitkan buku apalagi bukunya masuk direktori perpustakaan nasional. Membanggakan bukan? Ya ya ya...Boleh, boleh, boleh...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H