Â
Kecanggihan Computer Graphic Yang memukau
Saya bersama keluarga menyempatkan diri menonton "Aquaman" si Manusia Atlantis di layar bioskop di bilangan Pluit. Film Fiksi yang mengisi slot liburan Natal dan Tahun Baru itu ternyata mendapat sambutan cukup luar biasa. Di hari biasa penonton hampir penuh memenuhi kursi bioskop. Penontonnya beragam dari anak kecil sampai orang tua.
Dari awal ketegangan sudah terasa dengan gelegar suara dan adegan- adegan  pertarungan yang sangat mendebarkan. Sebagaimana film fiksi Aquaman (besutan dari sutradara berdarah Asia James Wan)memanjakan penonton dengan special efek, animasi, serta tampilan gambar sebuah kota khayalan  di bawah laut yang sangat memukau.
Setting kerajaan Atlantis amat megah dengan adegan- adegan di dalamnya seperti membawa penonton menikmati pemandangan alam bawah laut , serta imajinasi dari kru artistik yang memukau. Penonton seperti dibawa menikmati lukisan surealis dengan lorong- lorong laut yang sengaja disetting seperti kerajaan masa depan dengan kecanggihan teknologi, pesawat yang berbentuk makhluk laut, kuda laut dengan kecepatan renang supersonik.
Film terasa mendekati realistik berkat bantuan dari reka Computer Graphic. Film produksi DC Comics dengan menggelontorkan modal sebesar  USD 160 juta. Sukses menyedot animo penonton.
Masalah imajinasi Hollywood patut diacungi jempol. Tapi menurut saya  logika manusia di film ini tidak perlu mendapat prioritas utama. Saya pikir Film ini hanya menawarkan keseruan, ketegangan dan adegan- adegan perang, perkelahian manusia super yang boleh dikatakan di luar nalar. Dari awal suara bas, dan efek sound lain terasa menggetarkan isi ruangan. Penonton pasti tidak sempat bisa terlelap karena gelagar audionya mampu menggetarkan lantai dan tempat duduk penonton. Mata terus melotot menyaksikan pertarungan seru yang mendebarkan.
Untuk sebuah film hiburan "Aquaman" memang patut mendapat  5 jempol, cuma alur ceritanya melompat- lompat dan logika ceritanya agak terasa dipaksakan. Untuk pennonton yang menyukai jalinan cerita yang runtut anda boleh kecewa, tetapi sutradara "Aquaman" pasti sudah memperkirakan bahwa film ini adalah murni fiksi yang bertujuan menghibur dengan wisata imajinasi serta impian- impian manusia membayangkan alam bawah laut Samudera atlantis dengan mitos ceritanya yang sampai sekarang menarik dijadikan dongeng sebelum tidur.
Sebuah Cerita Dongeng Bukan Kenyataan
Sebagaimana cerita dongeng tidak perlu anda membayangkan kenyataan sebenarnya. Yang penting penonton mampu merasakan kedahsyatan adegan peradegan yang membuat adrenalin teruji dan jantung berdebar- debar menyaksikan peperangan, intrik antar satria di sepanjang film dengan durasi sekitar 1 setengah jam ini.
Bermula dari adegan seorang penjaga mercusuar yang sedang berjaga di tengah badai dan laut pasang, dari kegelapan sekilas melihat seorang perempuan dengan baju aneh tergeletak di batu karang. Setelah dekat penjaga mercusuar itu melihat ada luka di sekitar lambung perempuan yang diketahui ratu Atlanta perempuan ningrat dari kerajaan Atlantis.
 Menonton Adegan Kekerasan Anak- Anak Perlu didampingi Orang Tua
Perempuan yang sedang luka parah itu akhirnya ditolong dan dibaringkan ke meja di rumah dinasnya. Adegan masih terasa wajar ketika pria penjaga mercusuar berusaha menolong perempuan cantik yang terluka. Adegan mulai ramai dan seru ketika perempuan itu sadar dan melihat seorang laki- laki asing di dekatnya. Ketika melihat televisi perempuan itu mengamuk dan melemparinya dengan trisula senjatanya. Selanjutnya adegan romantis muncul ketika perempuan penghuni Laut Atlantis itu mulai jatuh cinta pada penjaga mercusuar. Akhirnya mereka hidup bersama dan mendapatkan seorang anak bernama Arthur.
Ternyata kehidupan damainya tiba- tiba terusik ketika makhluk laut berbentuk robot datang mengobrak- abrik rumahnya dan memaksa Atalana balik lagi ke kerajaan laut untuk menghindari konfik yang membahayakan suaminya dan anaknya. Ia meninggalkan ayah dan anak itu dan berjanji suat saat kembali.Adegan kemudian melompat ke Kerajaan bawah laut.
Konflikpun berkembang dan adegan- adegan perkelahian tidak terhindar. Â Itulah sekilas cerita tentang "Aquaman" jika tertarik segera tonton agar anda bisa menuntaskan rasa penasarannya.
Saya yang semula hanya berniat mengantarkan anak dan keponakan mengisi liburan Akhir tahun setelah hampir selama seminggu mengurung diri belajar dan mengikuti ujian PAS(Penilaian Akhir Semester) akhirnya menikmati juga adegan per adegan. Untuk sebuah hiburan Aquaman cukup luar- biasa.
Tetapi adegan- adegan kekerasan itu memang seharusnya belum boleh ditonton oleh anak dibawah umur 13 tahun. Adegan ciuman roman itu tentu mengagetkan anak- anak yang masih dibawah umur. Orang tua dalam hal ini harus mendampingi anak dan menjelaskan adegan demi adegan supaya mereka tidak mempunyai persepsi lain selain hanya sebagai hiburan semata.
Setelah pulang penonton terutama ABG dan anak -- anak tidak perlu mempraktekkan adegan perkelahian dalam menyelesaikan masalah dengan saudara dan temannya.
Sebab secara alam bawah sadar kadang imajinasi penonton dibawa ketika menyaksikan film bergenre laga. Action sehingga muncul perasaan ingin mencoba adegan perkelahian. Dengan melihat adegan perkelahian penonton serasa kepingin mempraktekkan di dunia nyata. Wooow jangan. Jangan sampai juga melihat perkelahian anggota DPR di ruang Sidang....hahaha tambah ngelantur...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H