Masalahnya sekarang membaca belum menjadi kebiasaan. Banyak orang yang merasa aneh saat membaca.
"Pusing, Bro, aku pusing melihat deretan huruf yang bersambungan itu,,,"
"Saya apalagi, tidak sabar membaca lembaran- lembaran buku ini...."
"Membaca...hah itu khan kegiatan yang membosankan...ngapain membaca sudah ada televisi, ada HP...Hellow...itu kebiasaan jadul"
" Mending makan daripada uang dipakai untuk beli buku...memangnya buku bisa dimakan?"
Tidak salah jika peringkat Indonesia termasuk rendah dalam hal minat baca. Rupanya perpustakaan, toko buku, kegiatan- kegiatan yang berhubungan dengan literasi masih amat minim dibandingkan dengan negara lain semisal Jepang.
Jangankan dengan Jepang, dengan Malaysia saja Indonesia sudah kalah dalam prosentasi orang yang menganggap membaca dan memiliki buku itu penting untuk menambah kemampuan diri.
Sekarang Indonesia termasuk negara tertinggi dalam hal kepemilikan HP dan juga negara dengan deretan atas pengguna internet. Seharusnya HP menjadi penggerak kesadaran literasi, sebab di aplikasi HP juga ada yang menyediakan e book, hal lainnya adalah aplikasi yang memberi kemudahan memperoleh pengetahuan.Â
Sekarang memang ada gejala bahwa media mainstream yang menggunakan kertas mulai banyak yang beralih ke media berbasis internet. Ada media online yang menyediakan berbagai artikel, tips psikologi, tips  hukum, tips hidup sehat.Â
Dengan kuota internet yang semakin kompetitif antar profider membuat konsumen semakin dimanjakan oleh generasi internet yang semakin cepat, semakin canggih.
Membaca Buku Lebih SehatÂ
Walaupun generasi milenial lebih prefer pada smartphone tetapi keberadaan buku masih diperlukan. Sebab menikmati bacaan lewat lembaran kertas lebih nyaman, jauh lebih sehat untuk mata daripada mantengi layar HP atau layar laptop.Â