Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Hanif Dhakiri dan Anies Baswedan Bicara Konten Kreator di Kompasianival 2018

12 Desember 2018   18:25 Diperbarui: 12 Desember 2018   18:45 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anies Baswedan adalah sosok intelektual yang penuh gagasan. Gagasan yang membuat Anies terangkat ke permukaan adalah saat menginisiasi munculnya Indonesia mengajar. Semenjak itu kebintangan Anies melesat. Sebagai intelektual muda, dan rektor termuda menjadi sebuah pembuktian bahwa masa depannya cerah. Setelah menjadi Ketua tim sukses Jokowi -- JK Anies pun naik kelas menjadi Mentri Pendidikan dan Kebudayaan. Namun  kemesraan dengan Jokowi tampaknya berakhir setelah  Anies dicopot jabatannya sebagai mendikbud. Penulis yakin Anies kecewa karena ia di resufle dari Kabinet Jokowi Jusuf Kalla. 

Sempat menghilang cukup lama tiba tiba muncul berita bahwa Anies digadang- gadang menjadi kandidat gubernur oleh Gerindra. Sebetulnya Gerindra mempunyai kandidat kuat yang diposisikan sebagai gubernur yaitu Sandiaga Uno, yang sudah ancang ancang lama dalam merebut simpati masyarakat DKI. Tapi dengan hitung- hitungan politik akhirnya Sandi mengalah dan Anies terpilih sebagai calon gubernur sedangkan Sandiaga Salahudin Uno menjadi calon wakil gubernur.

Dengan berbagai intrik politik yang membuat Ahok harus masuk penjara dan  wakil Ahok yaitu Djarot Saiful Hidayat  kalah tidak berkutik diputaran kedua Aniespun  kembali meraih panggung. Gubernur  yang semula berada di belakang Jokowi akhirnya harus mengakhiri kemesraan dan berbalik arah ke kubu Prabowo. 

Anies memang harus move on dari Jokowi dan mendukung penuh Prabowo untuk maju menantang petahana. Politik memang luar biasa bisa mengubah seseorang dalam sekejab dari musuh menjadi kawan, dari kawan menjadi musuh. Meskipun sebagai gubernur bukan berarti ia tunduk penuh pada presiden. Gubernur  terpilih langsung oleh rakyat dan Anies memperoleh kekuasaan bukan karena Jokowi melainkan Prabowo. Sangat merepotkan sebetulnya bicara tentang politik sepertinya banyak intrik- intrik tidak terduga yang boleh jadi akan hadir di tahun tahun yang akan datang. Baiklah saya tidak akan membahas tentang intrik politik, saya fokus pada isu- isu yang diangkat pada gelaran Kompasianival 2018.

Sabtu tanggal 8 Desember 2018 saya datang ke event kompasianival. Pagi sekitar pukul 9 datang ke lokasi yang menurut saya agak nyelempit berada di sudut Kemang, tepatnya di Mall Kemang. Jika mobil langsung  menuju lokasi beda dengan motor yang harus parkir cukup jauh dari lokasi. Dari area parkiran, pengunjung mall yang kebetulan jalan kaki atau mengendarai motor harus menggunakan mobil khusus.

"Nanti setelah parkir mas bisa naik odong- odong untuk sampai ke lobby mall"(yang dimaksud dengan odong odong adalah mobil subway). Saya pikir mall ini pasti sepi sepi saja. Sekitar jam 9 pengunjung mall memang masih sepi  tetapi semakin siang ternyata pengunjung semakin banyak. Mall ini banyak dihuni kaum ekspatriat. "Bule" bahasa lugasnya. Resto di mall ini sepertinya dirancang mirip dengan suasana kota Paris ( kata orang- orang, dan memang benar, mall sangat kental dengan suasana Paris Perancis, Pria -- pria dan anak -- anak berhidung mancung banyak berlalu lalang di mal ini.

Setahu saya Gubernur Anies Baswedan datang sekitar jam jam 2 siang. Cuaca lagi panas- panasnya dan kursi dekat panggung begitu sepi karena banyak orang minggir menghindari panas  yang menyengat. Setelah sekitar 10 menit duduk Anies pun manggung. Anies banyak bicara tentang perkembangan Jakarta. Ia yang senang berbicara cukup panjang lebar, intinya betapa pentingnya mengembangkan kolaborator dan konten  creator. Kompasiana bagaimanapun menjadi tempat bagi warga biasa untuk menyalurkan ide dan gagasan.

Sebagai Kompasianer yang  sudah bergabung sejak 2010 tentu senang menjadi bagian dari Kompasiana.   kompasianer bisa ikut memberi kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan , menyumbang pemikiran lewat tulisan yang datang dari media alternatif. Ketika media mainstream menampilkan berita normatif karena bagaimanapun media mainstream terikat pada aturan- aturan kode etik jurnalistik, Media platform semacam Kompasiana bisa jadi informasi alternatif. 

Anies pernah datang  3 tahun lalu dan sempat menulis di kompasiana. Setelah Anies giliran mentri Hanif Dhakiri yang menjadi pembicara. Hanifpun banyak bicara tentang konten creator yang menurut dia akan menjadi masa depan masyarakat  modern yang akrab dengan media digital. Ia menyoroti tentang pola pemikiran masyarakat yang cenderung kurang menghargai SDM sendiri. Malah. Masyarakat terlalu reaktif dengan tenaga asing. Padahal seharusnya mereka harus berani bersaing. Banyak yang aneh melihat pekerja asing bekerja sebagai kuli bangunan atau bekerja kasar. 

Mereka menganggap Bule misalnya haruslah menjadi bos. Akan merasa aneh jika Bule bekerja sebagai pekerja kasar   seperti mereka bahkan. Mental masyarakat memandang pekerjaan harus diubah. Banyak orang bangga menjadi pegawai negeri karena pegawai negeri cenderung aman secara finansial jadi meski gajinya mula- mula kecil tapi seiring berjalannya waktu tentu akan lebih menjamin kehidupan disbanding sebagai pengusaha atau startup yang harus bekerja keras agar usahanya tetapi sukses dengan siap menghadapi persaiangan yang keras. 

Banyak orang masih menganggap bahwa pekerjaan blogger, youtuber, conten creator adalah pekerjaan pengangguran. Penghasilan tidak jelas karena tidak bisa diukur seperti gaji pegawai negeri yang relatif aman tidak mengandung resiko seperti jika menjadi pengusaha.

Masyarakat milenial diuntungkan dengan canggihnya media digital. Mereka cepat menyerap perkembangan teknologi dan banyak yang mampu memanfaat canggihnya media digital untuk menghasilkan uang yang bisa dibilang tidak sedikit. Penghasilan seorang youtuber misalnya bisa bisa meraup keuntungan lebih dari 30 an juta sampai ratusan juta. Mentri saja kalah penghasilannya dibanding youtuber yang subscribernya sudah melebihi ratusan ribu bahkan jutaan.

Hanif Dhakiri mentri Zaman Now tampaknya amat memahami dampak positif teknologi. Dalam dialog santai dengan Kompasianer Hanif memandang penting merubah persepsi salah masyarakat tentang posisi pemerintah yang terkesan abai dengan nasib pekerja semisal buruh migran yang ada di Arab, Di Malaysia, di Hongkong. Bukan perkara mudah mengubah mental pekerja RI yang berada di luar negeri. Mereka sebetulnya  harus memahami hukum dan hak -- hak pekerja tetapi banyak pekerja sudah cenderung curiga dengan niat baik pemerintah.

dokpri
dokpri
Melihat gaya mentri Hanif Dhakiri saya menduga Presiden Jokowi memberi kebebasan pada para mentrinya untuk berkarya tanpa diatur oleh suasana protokoler yang amat ribet. Hanif bisa menyesuaikan diri tergantung suasana dimana beliau berbicara. Amat dekat, tidak berjarak. Aneh rasanya ketika banyak masyarakat terutama yang aktif di media sosial menyangsikan kinerja pemerintah saat ini. 

Menurut saya persoalan yang amat kompleks yang dihadapi pemerintahlah yang membuat  banyak target pembangunan belum terlaksana. Selama masyarakat apatis, tidak mau berubah menjadi lebih maju susah bagi pemerintah untuk mewujudkan janji- janji semasa kampanye. Pekerjaan blogger, penulis bisa menjadi juga bisa menjadi alternative pekerjaan yang menjanjikan.

dokpri
dokpri
Makasih Pak Mentri... tetaplah enjoy dan akrab dengan kami kompasianer atau para jurnalis warga. Kami ingin menyumbangkan ide dengan menulis, karena dengan menulis banyak hal bisa diubah untuk memperbaiki paradigma keliru masyarakat tentang ketenagakerjaan. Saatnya menjadi co creator, masyarakat kreatif yang percaya kemampuan diri sendiri. Kalau bisa menjadi pengusaha dan kreator mengapa harus menjadi pekerja yang digaji. Lebih elok jika bisa menggaji diri sendiri untuk menghasilkan pundi --pundi uang. Jangan hanya hanya menjadi pengguna tetapi ke depan harus menjadi kreator dan pencipta pekerjaan.
Mentri Hanif Dhakiri dan Kompasianer akrab foto bersama (foto By Ign Joko Dwiatmoko)
Mentri Hanif Dhakiri dan Kompasianer akrab foto bersama (foto By Ign Joko Dwiatmoko)
Untuk Pak Anies terus terang saya susah memahami bahasa anda.Mungkin saya saja yang terlalu bodoh untuk bisa memahami seluruh pidato anda. Semoga sukses. Jakarta butuh pemimpin yang tidak hanya memberi gagasan, lebih dari itu adalah pekerja keras, terkadang harus keras menghadapi musang- musang yang siap menggerogoti anggaran. Tidak usah digubris manuver- manuver politisi yang hanya memanfaatkan kedekatan pada kekuasaan tetapi sebetulnya menikam dari belakang. 

Jakarta itu adalah Metropolitan, ibu kota negara. Banyak yang harus diubah terutama dalam hal pemanfaatan media alternatif, media sosial dan peluang- peluang yang bisa dihasilkan dari konten creator. Sebagai warga yang tergabung dalam platform blog saya dan rekan rekan akan terus mengritisi kinerja anda. Bila menyeleweng  berhak dong kami mengingatkan anda. 

Kepada Bapak Hanif Dhakiri  teruslah berkarya, kami menanti terobosan- terobosan anda untuk memanfaatkan bonus demografi dan banyaknya alternative pekerjaan yang bisa disediakan untuk mengisi lowongan pekerjaan. Menciptakan lapangan kerja tampaknya lebih bernilai daripada mencari lowongan pekerjaan. Penulis blogpun bisa jadi merupakan alternative pekerjaan yang menjanjikan. Salam Literasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun