Sejak sekitar kelas dua SMA saya sering menuliskan keresahan hati saya, perasaan ketika jatuh cinta dengan menulis di buku.Ide menulis itu sebetulnya begitu dekat.Â
Ide --ide itu datang ketika ada perasaan galau, bimbang, bingung dan naluri ingin mengekspresikan kata tetapi susah dikeluarkan lewat mulut.Â
Jadilah tulisan-tulisan curhat. Setelah bertahun tahun tidak membaca tulisan curhatan lewat buku tulis dan kemudian mencoba membaca kembali, kadang saya kaget sendiri.Â
Kok saya bisa menulis seperti ini. Masalah- masalah yang dekat dengan perasaan menjadi mudah ditulis karena merasa ada ikatan dan mempunyai dorongan diekspresikan supaya tidak membuat hati gundah gulana.
Akhirnya ketika mahasiswa ada kesempatan untuk menulis, maka saya menulis berdasarkan ungkapan jujur misalnya tentang kekasih dalam bayangan, dalam khayalan dan idealisme-idealisme serta cita- cita menjadi pengarang.Â
Tidak semua terwujud, tetapi ketika akhirnya saya bisa menulis terutama pertama kali di surat pembaca, saya termotivasi menulis untuk lepas dari rasa minder, apakah tulisan bisa tayang?Â
Satu persatu surat pembaca di sebuah majalah muncul. Meskipun tidak dibayar tetapi, rasanya senangnya selangit bisa menunjukkan tulisan kepada orang tua.
Ide Datang dari Pengalaman Pribadi
Itulah untuk memulai menulis tidak perlu jauh jauh. Ungkapkan saja apa yang ada dalam perasaan. Tuliskan saja tanpa perlu berpikir bagaimana teorinya.Â
Bila berpikir teori maka  kertas hanya dipandang, bengong tidak tahu harus menulis apa? Mengekspresikan perasaan menulis itu sudah saya jalani ketika umur masih belasan dan sampai sekarang  dimana umur sudah mulai senja, ketika tubuh sudah susah diajak kompromi untuk memaksa diri begadang.
Menulis itu sebuah ungkapan rasa, jika menulis fiksi maka khayalan- khayalan bisa diolah menjadi sebuah karya tulis, entah artikel, cerpen, puisi, sajak, pantun dan masih banyak jenis ketrampilan menulis. Pepih Nugraha menyebut gaya menulis "story telling "
Pembaca diajak mengikuti dan mencoba mengikuti alur cerita bagai mendengar dongeng. Ungkapan-ungkapan storytelling terasa lebih spontan, mengalir dan apa adanya.Â