Anda sepertinya sibuk bekerja, sibuk mencari sesuap nasi, segenggam berlian. Sudah sukses, kaya tapi ada yang kurang. Kepandaian  hanya berguna untuk diri  sendiri. Anda mungkin mempunyai banyak trik untuk sukses, tetapi hanya dipendam untuk cerita  sendiri. Padahal ketika anda hobi membaca(meskipun waktunya hanya sedikit) ada kerinduan untuk bisa meluangkan waktu menuliskan kisah kisah inspiratif.
Sekarang sudah banyak blog, Â banyak platform media yang mengakomodasi hobi menulis.Salah satu diantaranya adalah Kompasiana. Mula- mula sebut saja iseng, bersenang- senang dengan kata- kata. Lama- lama setelah menemukan keasyikan menulis, seperti candu rasanya aneh bila satu hari tidak menulis. Kalau belum sempat ya melirik atau sekedar menjadi pembaca dari karya teman-teman, sambil ikut memberi vote atau komentar.
Sekarang eranya media sosial, informasi, cerita, cerpen, puisi bisa langsung dibaca di HP. Indonesia menduduki peringkat keenam dalam hal penggunaan HP. Padahal kata salah satu calon presiden kekayaan Indonesia hanya dinikmati oleh 1 persen manusia- manusia miskin, tetapi 99 persen penduduk ada di garis kemiskinan. Ah peduli amat kata orang politik, jauh lebih nikmat menguarkan kopi pagi, makan biskuit di temani koran yang sekarang sudah mulai kembang kempis dan ditangan jari jari sibuk meng-scroll layar sentuh Gadget. Tersenyum senyum melihat gambar- gambar di Youtubbe yang lucu-lucu dan kadang darah mendidih saat membaca komentar-komentar dari status mbambung Roby Gandamana, Denny Siregar, Sunardian Wirodono.
Di Facebook banyak orang lucu, nggemeske, bertampang agamis tapi kata- kata seperti jamban, berwajah urakan tapi ternyata alim tur punya pemikiran jempolan. Status- status mereka kadang adalah sebuah katarsis, sebuah pengendapan dari kekesalan jiwa, tentu mereka tidak mau terus terang hanya lewat- kata- kata simbolis. Kalau penulis lebih menekankan bikin status pamer tulisan di facebook, bukan apa- apa supaya lebih dikenal saja sebagai penulis dengan kata lain membranding diri. Terserah apa kata orang.
Kembali ke pokok semula tentang menulis, ada banyak keuntungan bila saya, anda bisa menulis salah satunya adalah menabung cerita untuk suatu saat bisa dijadikan buku. Sudah berapa artikel anda 50 artikel, 100 atau lebih dari 500 ? Ingat saat pertama kali menulis kesulitan apa yang anda alami.
Bingung Harus Nulis Apa Saat Pertama Kali Menulis
Penulis mengalami saat menulis pertama kali adalah bingung. Bingung apa yang harus ditulis. Sebab ketika ide muncul yang susah adalah merangkai kata dalam satu paragraf. Ketika membaca tulisan sendiri terasa aneh dan minder takut nanti artikel hanya menjadi bahan tertawaan, atau bahan kritikan. Dugaan-dugaan tentang betapa kejamnya komentar pembaca membuat keinginan menulis menjadi padam dan akhirnya satu prargraf tulisan ditinggalkan begitu saja.
Mata pengecer kata- kata seperti penulis menjadi susah dijauhkan dari media sosial. Rasanya ketika membaca dan mengikuti keseruan bacaan di platform blog entah dari genre apapun, termasuk blog cerita fiksi, politik, humanisme, gaya hidup keinginan menulis menjadi- jadi. Sepenggal waktu berharga untuk menyalurkan hasrat menulis.
Lancar Menulis Karena Kebiasaan
Setelah menulis lebih 100 artikel bahkan lebih dari 500  menulis itu seperti diibaratkan makan. Kunyahannya sudah lebih lancar, pengolahan kata- katanya tidak terlalu memakan waktu banyak. Hanya setiap penulis mesti terus menumpuk pengetahuan dalam otak supaya apa yang dikeluarkan, ditulis tidak garing- aring amat alias mempunyai isi dan misi yang bisa diremah-remah oleh pembaca. Menulis tidak sekedar menulis tetapi memberi isi kepada pembacanya. Setelah membaca tulisan seorang penulis harusnya pembaca menjadi merasa terinpirasi. Jika saat membaca tulisan seorang penulis pembaca malah emosional, merasa terbodohi dan menganggap tulisan terlalu provokatif dengan jebakan- jebakan tulisan yang terlalu banyak typo maka penulis perlu banyak belajar untuk tidak sekedar  menulis sebagai saluran kekesalan atau kemarahan. Tulisan paling tidak mengandung tuntunan ditata sedemikian rupa hingga sebuah artikel menjadi karya yang mencerahkan.
Cerdas Membaca Tulisan Berbobot
Tahun- tahun politik belakangan ini sering muncul tulisan-tulisan kampanye. Mereka menulis musiman. Mungkin tulisan datang dari penulis musiman yang dibayar sebagai ghostwriter untuk kampanye caleg atau partai politik. Nama- nama mereka disamarkan supaya tidak terlacak identitasnya. Nah pembaca yang harus cerdas untuk membaca tulisan yang berkualitas dan tidak bertendensi hanya sekedar menonjolkan ujaran kebencian dan bernuansa SARA, menebarkan ideologi tertentu yang bertujuan mem_brainwash pembaca dengan ajaran-ajaran sesat yang memecah belah bangsa dan negara.
Manfaatkan Sepenggal Waktu Untuk Menulis
Jika punya waktu kosong silahkan menulis. Banyak sedikit tulisan tidak masalah yang penting sudah berkarya. Lama- lama jika menulis sudah menjadi kebiasaan tentu akan mendorong untuk bermimpi memiliki karya yang bisa dikenang sejarah. Sekarang cukup puas nama bisa tercatat di memori Google tetapi bagaimanapun jika menulis sudah menjadi kebiasaan maka keinginan memilika karya yang dikumpulkan menjadi sebuah buku akan menguat dengan sendirinya. Jangan mengukur dulu dengan pendapatan yang akan didapat. Jika itu fokus penulis akan menyakitkan hati,sebab hasrat itu lebih menyandera penulis jika nantinya tidak sesuai keinginan akan menjadi bom waktu. Ketika kecewa tulisan seorang penulis susah menembus penerbit tentu akan membuat kecewa dan bisa-bisa keinginan menulis menjadi padam.
Menulis;Sekedar Hobi atau Profesi Utama ?
Menulis saja, tidak perlu dibebani dengan mimpi- mimpi muluk bisa menjadi  terkenal seperti halnya J K Rowling, Dan Brown, Ashadi Siregar, Triyanto Triwikromo, Agus Noor, Arswendo Atmowiloto, Habibburahman El Shirazi, Dee (Dewi Lestari), Ayu Utami,  Andrea Hirata, Tere Liye. Jika hanya sekedar memanfaatkan sepenggal waktu tidak perlu bermimpi terlalu jauh, tetapi jika ingin serius menjadi penulis anda yang berkeinginan menjadi penulis tentu harus total berkarya dan tidak takut bagaimana mendapatkan uang cukup untuk memenuhi kehidupan sehari- hari. Sekarang banyak konten menulis yang bisa memberi penulis peluang besar mendapatkan uang. Banyak event untuk penulis meraup pendapatan. Tinggal memilih menjadi penulis sekedar hobi atau sebagai profesi.
Kalau menjadi penulis sekedar hobi jangan lupa pada pekerjaan utamanya. Jangan sampai menulis menjadi hambatan anda untuk  berkarir dan menghambat kesempatan anda naik jabatan. Malah Kemampuan menulis bisa menjadi nilai tambah bagi profesi utama anda. Sepenggal waktu amat berharga jika bisa dimanfaatkan untuk kegiatan positif. Salah satunya adalah dengan menulis. Salam Bahagia. Salam literasi. Salam damai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H