Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"A Man Called Ahok" Potret Kehidupan Sang Pelawan Arus

13 November 2018   08:29 Diperbarui: 13 November 2018   09:17 648
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster Film A Man Call Ahok Di Gading XXI Di Mall Kelapa Gading Jakarta Utara (dokumen pribadi)

Latar belakang keluarga mempengaruhi kehidupan seseorang di masa datang. Film A Man Called Ahok ini bukan  propaganda politik, bukan hendak melebih-lebihkan sosok Ahok. Film ini lebih bercerita tentang sosok Tjung Kim Nam kepala keluarga , pengusaha tambang pasir timah sebagai sosok pekerja keras tetapi sekaligus seseorang yang tidak tegaan melihat penderitaan tetangganya.

Sebagai keluarga yang cukup mampu, keluarga Kim Nam sering menjadi tumpuan harapan tetangganya meminta bantuan uang  untuk bisa lepas dari jeratan masalah kehidupan. Kompleksitas masalah "wong cilik"begitu mengaduk -- aduk emosi sehingga penonton dengan diam tidak kuasa menahan haru melihat kedermawanan ayah Ahok yang meninggal tahun 1997 tersebut.

Nilai- Nilai Kebaikan dan Gambaran Kolutif Oknum Pemeras 
Banyak yang dilakukan keluarga Kim Nam untuk membantu masyarakat sekitarnya. Basuki Tjahaya Purnama kecil mencatat jejak kegigihan ayahnya dan humanisme ayahnya yang kadang menuai pertentangan dalam keluarga.

Kadang- kadang saat ekonomi sulit Kim Nam tetap berusaha menolong tetangganya. Walaupun ada masalah berat dengan perusahaannya masih saja membantu kesulitan yang dialami oleh masyarakat sekitar yang membutuhkan.


Sisi Lainnya dalam film ini adalah culasnya oknum pegawai negeri (pegawai pemerintahan) yang selalu minta upeti pengusaha China seperti keluarga Ahok. Proyek- proyek yang berada dalam wilayah pemerintah kabupaten (Belitung Timur) tidak luput dari sasaran pemerasan oleh oknum rakus pegawai pemerintah yang ingin kaya tanpa perlu susah- susah bekerja, cukup dengan memeras pengusaha pengusaha kaya maka mereka berpesta pora menjadi orang kaya yang berdiri di atas penderitaan masyarakat yang ingin berusaha dan bekerja mandiri mengolah sumber alam daerah.

Denny Sumargo Pemeran Kim Nam ayah Ahok saat muda (dokumen Pribadi)
Denny Sumargo Pemeran Kim Nam ayah Ahok saat muda (dokumen Pribadi)
Film ini sedikit menyinggung politik apalagi melakukan propaganda  dengan misi membela Ahok. Sang Sutradara cukup tahu diri untuk tidak menyinggung politik. Yang ditampilkan adalah gambaran sebuah keluarga yang dengan segala problemanya bertahan dalam idealisme meskipun resikonya susah dan perusahaan tambang timahnya bangkrut karena tidak mau memanfaatkan budaya kolutif yang berkembang di kalangan pegawai pemerintahan.

Tentang Orang- Orang China dan Persepsi Umum Masyarakat
Dalam sejarahnya etnis China terkenal dengan dunia dagang. Mereka terkenal ulet, pekerja keras dan pelit dalam hal uang. Gambaran umum yang berkembang di masyarakat mengenai China adalah licik, dan bila mau meminjamkan uang dikembalikan dengan bunga mencekik.

Ketika penulis  masih tinggal di Magelang gambaran tentang China mungkin sengaja dihembuskan oleh Orde Baru. Banyak usaha-usaha milik pribumi yang menjanjikan sering beralih tangan ke Tauke. Mereka memang pintar dalam usaha.

Makanya kehidupan keturunan China secara umum adalah orang - orang kaya yang mengelompok di jalan yang isinya toko- toko semua semacam jalan pemuda atau di kalangan masyarakat di kenal dengan Pecinan.

Mereka berdagang barang-barang kebutuhan sehari-hari, tekstil dan terutama benda berharga seperti emas, berlian. Banyak juga yang berdagang bahan- bahan bangunan. Sejak muda mereka dididik untuk memanfaatkan modal sekecil-kecilnya kemudian bisa berkembang besar. Keuletan Encik-encik, saudagar tembakau sangat membekas di ingatan penulis waktu kecil karena sewaktu SMA sering mampir di pecinan kompleks tempat tinggal orang- orang China di sebuah kota kecil di Muntilan.

Keluarga Kim Nam yang dermawan  membentuk karakter sang pelawan arus seperti Ahok mungkin tidak banyak tetapi penonton bisa melihat betapa seringkali masyarakat Indonesia sering terjebak dalam kotak-kotak etnis. Terkungkung pendapat bahwa etnis China adalah penjajah ekonomi. Sering merebut usaha pribumi yang sedang berkembang.

Kerja Keras ,  Idealisme dan Keteladanan  
Dengan melihat Film A Man Called Ahok penulis merasa bahwa masyarakat harus berubah untuk bisa maju. Kerja keras, sangat penting untuk bisa mengangkat derajad keluarga. Tipe-tipe karakter etnis China yang tidak gampang putus asa dalam mengembangkan usaha patut ditiru. Kedermawanan itu sebuah hal yang langka. Tidak banyak orang yang mempunyai sifat dermawan yang tergambar dalam sosok ayah Ahok Tjung Kim Nam. Mungkin satu diantara ribuan orang.

Ketika Ahok akhirnya harus mendekam di penjara karena idealisme dan tuduhan penista agama, masyarakat yang kebetulan menonton dan membaca buku A Man Called Ahok karya Rudy Valinka dengan akun twitternya @kurawa bisa menarik kesimpulan nilai nilai kebaikan Kim Nam.

Untuk maju dan berkembang manusia perlu ulet dalam usaha tetapi sebagai manusia yang merupakan bagian dari masyarakat sosial tolong menolong itu penting. Kedermawanan penting karena sesulit apapun keadaan keluarga jika  sering membantu sesama akan mendapat pertolongan yang sepadan.

Masyarakat kangen dengan gambaran orang Bersih, Transparan dan Profesional. Bagi  Ahoker Basuki Tjahaya Purnama adalah gambaran nyata seorang pejabat langka yang pernah dimiliki negeri ini. Tidak banyak mungkin hanya satu diantara jutaan orang pejabat seperti Ahok. Seandainya Ahok masih menjabat sebagai gubernur Jakarta mungkin berbeda hari ini. Tapi kenyataannya tidak semua cita- cita bisa tergapai.

Masa depan negeri ini masih panjang. Harapannya ada Ahok- Ahok Muda yang bekerja membangun negeri ini dengan tulus, tidak perlu dilihat dari etnis dan suku mana tetapi negeri ini memang butuh sosok pelawan arus yang berani "sakit", berani melawan birokrasi acak kadut yang terlanjur membudaya sejak zaman Penjajah menguasai negeri ini. Mental-mental pejabat yang maunya dilayani, diperlakukan bak raja.

Grace Natalie Ketua PSI saat Nobar di Kelapa Gading. Ia hanya berpesan Jangan pergi berlibur saat Pemilihan Umum berlangsung salurkan aspirasi di bilik suara (Dokumen Pribadi)
Grace Natalie Ketua PSI saat Nobar di Kelapa Gading. Ia hanya berpesan Jangan pergi berlibur saat Pemilihan Umum berlangsung salurkan aspirasi di bilik suara (Dokumen Pribadi)
Banyak politikus yang hanya sibuk gaduh menghadiri diskusi. Sibuk debat dan berorasi tetapi lupa bahwa pekerjaan utamanya adalah mewakili rakyat merumuskan undang-undang dan membentuk peraturan  yang mampu menyerap aspirasi rakyat. Kalau ada orang yang menyebut anda- anda para politikus Genderuwo ya jangan marah.

Teliti diri sendiri apakah dalam keseharian sering memberi gambaran menakutkan dan selalu pesimis terhadap negeri ini. Tidak usah menuding entah dari kampret atau kecebong jika anda politisi ini hanya memberikan wacana untuk saling membenci  dan selalu marah- marah, menebarkan cerita- cerita seram tentang masyarakat anda tidak perlu malu di sebut Genderuwo, bermental sontoloyo. Bertampang kaya tapi miskin nurani.

Kalau anda selalu mencatut atas nama rakyat tetapi lebih sibuk dengan diri sendiri pastikan kami masyarakat tidak akan memilih anda selanjutnya. Tugas anda memberi optimisme bukan pesimisme. Di tahun politik ini tugas politisi adalah memberikan raport baik kepada rakyat. Menampilkan kesungguhan agar terpilih mewakili rakyat yang sudah sangat terbiasa termakan janji-janji palsu.

Tidak perlu menulis puisi tentang genderuwo di istana atau di parlemen atau di mana saja. Genderuwo yang nyata adalah politisi sendiri yang mudah kebakaran jenggot atas metafora- metafora yang seharusnya bertujuan untuk introspeksi diri.Salam Damai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun