Latar belakang keluarga mempengaruhi kehidupan seseorang di masa datang. Film A Man Called Ahok ini bukan  propaganda politik, bukan hendak melebih-lebihkan sosok Ahok. Film ini lebih bercerita tentang sosok Tjung Kim Nam kepala keluarga , pengusaha tambang pasir timah sebagai sosok pekerja keras tetapi sekaligus seseorang yang tidak tegaan melihat penderitaan tetangganya.
Sebagai keluarga yang cukup mampu, keluarga Kim Nam sering menjadi tumpuan harapan tetangganya meminta bantuan uang  untuk bisa lepas dari jeratan masalah kehidupan. Kompleksitas masalah "wong cilik"begitu mengaduk -- aduk emosi sehingga penonton dengan diam tidak kuasa menahan haru melihat kedermawanan ayah Ahok yang meninggal tahun 1997 tersebut.
Nilai- Nilai Kebaikan dan Gambaran Kolutif Oknum PemerasÂ
Banyak yang dilakukan keluarga Kim Nam untuk membantu masyarakat sekitarnya. Basuki Tjahaya Purnama kecil mencatat jejak kegigihan ayahnya dan humanisme ayahnya yang kadang menuai pertentangan dalam keluarga.
Kadang- kadang saat ekonomi sulit Kim Nam tetap berusaha menolong tetangganya. Walaupun ada masalah berat dengan perusahaannya masih saja membantu kesulitan yang dialami oleh masyarakat sekitar yang membutuhkan.
Sisi Lainnya dalam film ini adalah culasnya oknum pegawai negeri (pegawai pemerintahan) yang selalu minta upeti pengusaha China seperti keluarga Ahok. Proyek- proyek yang berada dalam wilayah pemerintah kabupaten (Belitung Timur) tidak luput dari sasaran pemerasan oleh oknum rakus pegawai pemerintah yang ingin kaya tanpa perlu susah- susah bekerja, cukup dengan memeras pengusaha pengusaha kaya maka mereka berpesta pora menjadi orang kaya yang berdiri di atas penderitaan masyarakat yang ingin berusaha dan bekerja mandiri mengolah sumber alam daerah.
Tentang Orang- Orang China dan Persepsi Umum Masyarakat
Dalam sejarahnya etnis China terkenal dengan dunia dagang. Mereka terkenal ulet, pekerja keras dan pelit dalam hal uang. Gambaran umum yang berkembang di masyarakat mengenai China adalah licik, dan bila mau meminjamkan uang dikembalikan dengan bunga mencekik.
Ketika penulis  masih tinggal di Magelang gambaran tentang China mungkin sengaja dihembuskan oleh Orde Baru. Banyak usaha-usaha milik pribumi yang menjanjikan sering beralih tangan ke Tauke. Mereka memang pintar dalam usaha.
Makanya kehidupan keturunan China secara umum adalah orang - orang kaya yang mengelompok di jalan yang isinya toko- toko semua semacam jalan pemuda atau di kalangan masyarakat di kenal dengan Pecinan.
Mereka berdagang barang-barang kebutuhan sehari-hari, tekstil dan terutama benda berharga seperti emas, berlian. Banyak juga yang berdagang bahan- bahan bangunan. Sejak muda mereka dididik untuk memanfaatkan modal sekecil-kecilnya kemudian bisa berkembang besar. Keuletan Encik-encik, saudagar tembakau sangat membekas di ingatan penulis waktu kecil karena sewaktu SMA sering mampir di pecinan kompleks tempat tinggal orang- orang China di sebuah kota kecil di Muntilan.
Keluarga Kim Nam yang dermawan  membentuk karakter sang pelawan arus seperti Ahok mungkin tidak banyak tetapi penonton bisa melihat betapa seringkali masyarakat Indonesia sering terjebak dalam kotak-kotak etnis. Terkungkung pendapat bahwa etnis China adalah penjajah ekonomi. Sering merebut usaha pribumi yang sedang berkembang.