Birokrasi mulai amburadul dengan kebijakan tertutup dan lebih banyak memberi kesempatan DPRD memanfaatkan proyek-proyek strategis demi menambah pundi-pundi kekayaan mereka.
Rasanya Smart City yang digagas oleh Ahok semakin jauh panggang dari api. Jakarta mulai kewalahan mengatur warganya yang cenderung mulai apatis terhadap lingkungan sekitar.
Humanisme Anies Menghambat Percepatan Pembangunan
 Gagasan Anies bolehlah mengandung sisi humanisme. Ia ingin masyarakat diuwongke (memanusiakan manusia)seperti filosofi Jawa. Ia ingin menyapa warganya dengan gaya tutur halus, tidak meledak- ledak seperti Ahok yang cenderung "temperamental". Gaya Ahok membuat banyak orang yang merasa terzolimi, tersinggung dengan blak-blakannya Ahok.
Ahok terkesan bergaya preman. Sedangkan Anies yang lahir dan besar di lingkungan Jawa mencoba mengadakan pendekatan kepada warganya dengan tutur bahasa yang halus. Gagasannya banyak, idenya banyak, sisi edukasinya nampak, tetapi Jakarta adalah belantara. Masyarakatnya beragam. Untuk menghadapi kaum urban tidak bisa hanya dihadapi dengan model priyayi Jawa yang terkesan "klemar-klemer".
Menghadapi mafia-mafia anggaran, oknum-oknum pengemplang pajak, preman- preman berdasi tidak cukup hanya tersenyum dan beretorika. Kadang kalau perlu bersikap seperti "Genderuwo" agar para petualang politik, koruptor dan preman itu menjadi "keder".
Sebagai Ibu Kota Jakarta harus ditangani dengan tangan Besi, tegaan,tidak lembek apalagi jika menghadapi mafia dan maling-maling anggaran. Kompleksitas masalah Jakarta yang pelik memaksa pemimpinnya harus cepat bergerak mengambil keputusan strategis dan siap untuk tidak disukai warganya. Visinya harus jauh ke depan meskipun untuk itu ia harus siap mendapat pertentangan banyak pihak.
Anies yang berlatar belakang intelektual rasanya masih harus banyak belajar menjadi pemimpin tegaan seperti Ali Sadikin, Sutiyoso dan Ahok. Jakarta itu multi etnis, berbagi suku agama, latar belakang budaya. Gaya pendekatan ke masyarakat Betawi, Madura akan beda dengan pendekatan kepada masyarakat suku Jawa.
JIka pendekatan Gaya Jawa diterapkan kepada masyarakat Betawi dan Madura tidak akan berefek. Kalau untuk membabat preman dihadapi dengan cara-cara intelektual terdidik buntutnya hanya akan membuat sakit hati.
Dari Penggagas ke Eksekutor
Sisi humanisme Anies yang terkesan tidak tegaan dan melakukan eksekusi dengan gagasan-gagasan rawan kegagalan. Gagasan besar tentu butuh rekan kerja atau anak buah yang bisa mengimplementasikan gagasannya. Dan akan susah jika gagasan-gagasan itu hanya berputar- putar lewat retorika.