Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Sisi Humanisme Anies Baswedan Titik Lemah Percepatan Pembangunan Metropolitan

11 November 2018   15:09 Diperbarui: 11 November 2018   19:31 1839
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto :jakarta.tribunnewes.com

 

Ada hal- hal positif yang digagas Anies Baswedan dalam membangun Jakarta. Jakarta yang ramah, Jakarta yang manusiawi dan Jakarta yang religius. Maka hal- hal yang berhubungan dengan kepentingan masyarakat urban dan segala macam penderitaannya masuk dalam pemikiran Anies Baswedan. Sayangnya pemikiran dan gagasan Anies itu terbentur dengan realita bahwa Jakarta adalah tempat terkejam bagi urban yang ingin kaya secara instan, sukses dengan kilat dan sedikit bekerja banyak bicara.

Untuk bisa hidup di Jakarta dengan bicara saja tidak cukup, harus kerja dan memanfaatkan peluang sekecil mungkin untuk menghasilkan uang.

Jika kaum pendatang hanya mengandalkan relasi, pertemanan, gambling, bondo nekat, ada banyak risikonya termasuk harus siap menderita "miskin". Hampir semua pendatang berharap lebih pada Jakarta. Peluang sekecil apapun asal ulet di Jakarta bisa menghasilkan uang.

Yang menjadi masalah adalah tempat tinggal. Lahan yang semakin sempit, rawannya pergesekan sosial membuat Jakarta ibarat neraka bagi yang tidak mampu memanfaatkan peluang dan surga bagi yang bisa menangkap peluang sekecil apapun untuk maju dan berkembang. Yang cukup aman adalah pegawai negeri.

Mereka berpendapatan relatif tinggi dibanding dengan pegawai negeri lain di luar Jakarta. TKD atau tunjangan Khusus Daerah terutama karena berada di ibu kota Jakarta membuat Pegawai Negeri sipil masuk dalam jajaran menengah ke atas. Mereka cukup mampu membeli kendaraan pribadi seperti mobil dan menabung asal bergaya hidup sewajarnya, kecuali mereka ingin memaksa diri untuk berperilaku konsumtif dan jor-joran bergaya hidup mewah.

Anies Baswedan dalam kampanyenya selalu mendengungkan keberpihakannya kepada rakyat yang berpenghasilan rendah untuk bisa memiliki rumah dengan DP rendah bahkan O persen, menjanjikan akan bisa memiliki rumah di Jakarta, padahal lahan saja susah. Demikian juga mereka yang berprofesi sebagai tukang becak diperhatikan dan diberi kesempatan untuk mencari rejeki di daerah tertentu di Jakarta.

Anies seperti ingin selalu merevisi kebijakan gubernur sebelumnya yang sebetulnya sudah mulai menampakkan hasil mengubah Jakarta sejajar dengan ibukota besar lainnya di dunia.

Kepedulian Anies pada masyarakat bawah membawa konsekuensi lambatnya keputusan untuk segera mengeksekusi pekerjaan- pekerjaan besar yang seharusnya segera ditangani seperti kemacetan, pembersihan dan pengerukan sungai untuk mengantisipasi banjir.

Penulis membuat survey kecil- kecilan dengan membaca beberapa artikel tentang perkembangan pembangunan Jakarta, Koran Tempo 10 -- 11 November 2018 merilis artikel bahwa pemerintah DKI lemah dalam perencanaan pembangunan. Hingga menjelang akhir tahun serapan anggaran untuk pembangunan masih kecil, DKI baru sekitar 54, 6 persen dari anggaran total sebesar 75,09 trilyun.

Akibatnya banyak program dan proyek ditunda. Dinas perumahan rakyat menunda proyek rehabilitasi puskesmas dan rumah susun Rp 820,05 Miliar, pembangnan kantor-kantor pemerintahan di Jakarta Selatan dibatalkan karena gagal lelang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun