Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

(Luka) Diam Itu Luka

10 November 2018   12:08 Diperbarui: 10 November 2018   16:05 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika kau diam aku tahu kau tengah marah, kecewa dan sedih. Aku hapal sangat hapal. Kau bisa tiba- tiba diam entah aku sendiri bingung karena apa tetapi aku tahu sumber masalahnya di depan mata. Tidak lain dan tidak bukan adalah aku. Itulah yang membuat aku luka. Semakin lama luka itu semakin menganga. Aku bisa membayangkan luka itu mengiris pelan di sisi kiri hatiku, hanya goresan kecil tidak terasa. Hari berganti hari bulan berganti bulan tahun demi tahun goresan itu semakin merobek hatiku.Untungnya aku mengerti bahwa aku mesti menambal luka itu dengan menulis. Aku tata huruf demi huruf dengan sepenuh perasaan agar barisan kata itu mampu menjadi jamu mujarab untuk setiap goresan yang kau toreh di hatiku.

Hanya kesabaran yang mampu memberiku tenggang rasa. Hanya sebuah permenungan yang mampu sedikit mengobati robekan-robekan dalam hatiku. Entah apakah aku harus bertahan merasakan goresan demi goresan terus tertanam di setiap sudut hatiku. Aku memilihmu karena  yakin kau adalah pasangan setia yang mampu memberi jaminan kebahagiaan. Aku yakin kau adalah inspirasi dari garis wajahmu yang enak dilihat. Aku pikir dengan wajah good looking itu akan memberi kebanggaan dan tentunya kemenangan atas kompetisi dalam memilih pasangan yang ideal.

Dulu aku membayangkan kau adalah pasangan yang mengerti tentang gejolak kesenimananku yang susah diatur. Kau akan mengerti karena spontanitasmu yang kukagumi. Kau pendengar yang baik dan  kau tersenyum tulus. Tidak pernah sekalipun aku membayangkan akan ada luka, aku hanya membayangkan rasa bahagia itu ketika tatapan matamu mampu menembus detak jantungku yang gagal teratur. Kau terlalu sempurna jadi tidak terbayangkan bagaimana kau mampu melukai diriku pelan pelan hingga aku terjerembab menahan perih hatiku yang meneteskan darah dan membuat hidupku harus terbaring lemah di ranjang rumah sakit di sebuah rumah sakit tua di kota kecil sekitar 700 kilo dari ibu kota Jakarta.

Aku menghabiskan waktu dalam penyesalan panjang. Kau yang kucintai hilang dan tidak pernah kembali. Kau telah membuat diriku remuk redam. Apalagi kutahu kau membawa pasangan barumu tepat di depanku dan mencium dia dengan begitu menggelora. Kau lupa bahwa dirimu waktu itu teramat polos. Keelokan wajahmu itu adalah salah satu mengapa aku memilihmu. Dan dari kesederhanaan penampilanmu aku memilihmu atas dasar keyakinan bahwa kau orang tepat menjadi pasangan hidupku selamanya.

***

Dalam setiap lelehan air mataku, aku mengenang lekuk - liku wajahmu. Aku ingin melupakanmu.aku ingin membuang kenangan pahit. Di kota kecil sunyi ini aku hanya bisa terbaring. Tanganku kadang dengan lemah meremas selimut dan sprei.  Aku melihat bayangan wajahmu tiba- tiba muncul saat kibaran korden rumah sakit tua ini terterpa angin lembah. Sambil menahan sakit karena tusukan-tusukan luka di hati aku menatap nanar bayangan itu. Ingin kulempar botol infusku, ingin kelempar dengan makanan yang belum sempat aku cicipi. Bayangan itu pergi. Kusut masai dengan wajah penuh penyesalan.  Aku tidak peduli tetapi melihat bayangan kusut masai itu aku menjadi jatuh iba. Benarkah ia datang untuk memberi isyarat bahwa ia sedang menyesal atau sesuatu tragedi tengah pada dia.

Ini perasaanku saja. Mungkin aku sedang dalam tahap halusinasi atas sakitku yang tidak kunjung sembuh. Mungkin ini adalah sebuah perjalananku menuju dunia yang belum pernah kutapaki. Aku sudah lelah dengan semua penderitaan bathin menghadapi keterdiamanmu, kemarahanmu  yang bisa tiba-tiba meledak.

Lebih luka lagi saat kau membawa seseorang yang tidak kuharapkan. Dan itu titik balik hingga aku harus terjerembab. Dari ibu kota ini aku memilih pergi jauh ke kota kecil hanya untuk melupakan luka-luka yang terbawa dan bayangan wajahmu yang selalu melekat di pelupuk mataku. Ternyata susah melupakanmu. Karena perasaanku yang tidak mampu melawan kenangan-kenangan saat melihat lekat wajahmu yang amat polos waktu itu, dunia menjadi gelap, tenaga melemah dan detak jantungpun melambat. 

Dunia menjadi gelap tiba- tiba. Dalam kegelapan aku berjalan- jalan alam bawah sadarku mengantarku pada dunia yang tidak aku kenal sebelumnya. Antara ada dan tiada. Hanya sinar redup, cahaya-cahaya temaram yang mengantarku dalam kenangan- kenangan masa lalu. Dan aku seperti pernah hidup dalam suatu masa. 

Dalam bayanganku aku pernah berjodoh dengan seseorang, tapi entah wajah itu kusam tidak jelas. Tapi dari sosok tubuhmu sangat kukenal. Saat aku ingin merangkulnya, mataku pelan pelan terbuka. Dalam muram dan kusamnya ruangan pelan-pelan kulihat bayangan perempuan berbaju putih melihatku. Ia meraba leherku, denyut nadi yang bergerak lemah. Wajah seorang perawat yang hampir mirip dengan wajah yang yang pernah melukai diriku.

Kenapa harus wajah itu yang datang luka di hatiku semakin menusuk dan aku mengerang dan kemudian lenyap...hanya hitam ...hanya sunyi...bersama bayangan wajah yang mendekat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun