Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Melihat Pameran Karya Seni Rupa Lintas Masa di Galeri Nasional Indonesia

18 Oktober 2018   15:07 Diperbarui: 18 Oktober 2018   17:54 587
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Eeee, Bodo Amat Reng Gareng, Yang penting saya suka... dan banyak perempuan klepek-klepek pada kegantengan saya."

"Eeh Truk Sing Eling lan Waspada. Kesenangan kesenangan itu bisa membuatmu lupa diri, Kau lupa saudara, teman dan lupa pada istrimu sendiri."

"Auuu ah gelap!"

"Ya sudah kalau kau tidak mau dinasihati ingat kelakuan buruk akan mendapat balasannya nanti.

Belum habis Gareng ngomong motor yang ditumpangi Petruk dan perempuan-perempuan yang dikencaninya sambil mabuk jatuh dan menabrak tiang listrik...

Nah dari karya seni penikmat dan pengunjung  pameran seni bisa mengembangkan khayalannya.

***
Sayangnya banyak pengunjung yang hanya menyukai selfie di depan lukisan namun kurang mempunyai cukup apresiasi untuk melihat jauh  ke dalam untuk memahami makna dari lukisan-lukisan yang terpajang tersebut. Menyigi dalam  Suwarno Wisetrotomo adalah menginvestasi, mencatat, menyiangi dan menerangjelaskan  karya - karya yang terhimpun(terkoleksi dalam institusi negara, yang bisa dicatat sebagai karya Seni Rupa Negara (State Collection).

Menghargai Karya Seni Sebagai Wujud Cinta Bangsa

Dengan mengenal artefak budaya, karya tangible dan intangible masyarakat jadi mengerti betapa kaya kebudayaan Indonesia. Pemerintah rasanya sudah pada trek benar untuk mengingatkan kembali masyarakat betapa kekayaan budaya bangsa itu mampu mengangkat derajad bangsa. Saya merasa seperti lebih segar dan optimis bahwa masih ada harapan bangsa ini untuk maju menjadi negara maju, tetapi ketika mengingat kembali situasi politik tanah air rasanya menjadi sebuah pertentangan bathin. 

Apalagi mendengar banyak yang merasa beragama tetapi dengan enaknya memberangus warisan budaya turun temurun yang sudah berasal akar budaya bangsa yang dikagumi oleh negara tetapi dilecehkan oleh segilintir masyarakat yang merasa mempunyai "lebih beragama" meskipun harus menghancurkan artefak budaya diganti dengan adat, bahasa asing dengan dalih agama.

Radikalisme agama membuat warisan budaya yang adiluhung itu hancur, moralitas, toleransi, kebersamaan dengan alampun terganggu karena banyak masyarakat terjebak hanya membangun rohani dengan mengusung surga dan neraka tetapi melupakan jagad besar yaitu manunggaling kawulo lan gusti, Juga sangkan paraning dumadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun