Kalau melihat aktifitas mak-mak sehari-hari persepsi saya terus terbayang mereka akan ngobrol tentang aktifitas, belanja, gosip -- gosip tentang tetangga, rempong bicara tentang besok jalan ke mana atau melakukan kegiatan berupa perawatan muka, dan badan serta mengeluh tentang ekonomi rumah tangga yang sedang kembang kempis (padahal uang belanja sudah cukup tapi nafsu untuk belanja tetap "gila".Â
makemak jarang bicara tentang politik, tetapi lebih sering tentang perselingkuhan, perhatian suami yang kurang dan bla-bla lain. Dan jika ternyata mak-mak lalu demo bicara tentang politik, bernafsu menurunkan presiden di tengah jalan ada fenomena apakah ini. Apakah menjadi sala persepsi ceplok telur kemudian berganti istilah telor mata sapi.Â
Kasihan ayam yang sudah bertelor, telornya tidak diakui sebagai buah dari usaha kerasnya mengeluarkan telor, setelah diceplok malah diberi nama telor mata sapi. Heu, heu, heu.
Apa kaitannya dengan politik mak-mak? Ya hanya karena telor naik mereka beringas berdemo menuntut agar Presiden turun di tengah jalan, padahal tahun 2019 pemilihan presiden sudah dekat, apa tidak sabar menunggu setahun.
Naik turunnya telor itu kan tergantung produktifitas peternak telor. Jika telor langka tentu tersebab oleh produksi yang sedang berkurang, sedangkan permintaan meningkat. Apa anda tidak paham tentang hukum pasar. Aduhemak-mak memang rempong, tidak biasa bicara politik lalu dengan komando entah siapa turun jalan menuntut ini itu. Orang kan menjadi curiga siapa yang menggerakkan- siapa yang memobilisasi?
Tapi bila mak-mak sudah bergerak, polisi, pengendara motor, preman mending kabur. Mereka amat galak dan jadi tidak enak hati. Dikasari mereka akan menuduh kita melakukan persekusi dan melecehkan perempuan, jika dibiarkan aturan-aturan menjadi berantakan.Â
Kalau mak-mak marah piring, pintu, kursi bisa melayang. Dan jika sudah di jalanan mereka menjadi ratu jalanan sebab apapun diterabasnya, termasuk tikungan, belokan. Tersenggol sedikit peluru kata-katanya bikin ciut nyali(padahal tidak enak saja jika harus berurusan dengan mereka, bisa panjang masalahnya).
Bila mak-mak terjun ke politik praktis dengan demo turun ke jalan, lalu siapa yang nyiapin toa? siapa yang mengatur sound sistemnya, dan siapa yang berada di balik garangnya pidato mak-mak tadi?
Saat ini mak-mak efektif untuk memberi gertak sambal pada pemerintah yang abai pada kepentingan mak-mak misalnya stabilitas harga telur, tersedianya sembako murah, uang belanja cukup untuk shoping dan kelebihannya untuk kongkow-kongkow di mal atau kafetaria. Aih genitnya emak-emak.
Tapi bagaimanapun mak-mak memang penting untuk keberlangsungan ekonomi rumah tangga, sebab mereka mampu berpikir njelimet, bisa mengatur keuangan sedemikian detil yang susah dipikirkan dengan logika bapak-bapak yang konsentrasi mencari receh demi receh.Â
Bapak-bapak tahunya setor saja, padahal mak-mak harus berpikir keras memilah-milah pengeluaran agar pada akhir bulan tidak tekor. Sebab jika tekor wah bisa terjadi perang besar. Bapak-bapak akan menyingkir bila di rumah terjadi peristiwa bernama "krismon".
Kalau politik telah menyentuh sanubariemak-mak, Â negara, pemerintah harus introspeksi. Tidak boleh menjadi kebiasaan, sebab jika mereka terbiasa turun ke jalan lalu bagaimana dengan kesejahteraan dalam rumah tangga. Bisa-bisa para bapak-bapak akan terus ditinggal demo. Sementara anak dan dirinya kelaparan karena tidak ada makanan yang tersedia di meja makan.Â
Ayo mak-mak kembalilah ke jalan yang benar, urusi saja nasi yang mengepul di dapur, boleh rumpi tetapi kalau makanan dan kebutuhan rumah tangga sudah jelas, cucuian sudah rapi, setrikaan sudah masuk di laundry dan siap pakai. Tapi siapa yang berani jika mak-mak sudah berang, bahkan presiden mending diam. Preman-preman libur memalak, motor-motor jalanan pilih menepi.Â
Awas ada mak-mak. Apalagi kalau ketemu dengan Ratna Sarumpaet itu tu...Kabuuurrrrr!!! daripada ditimpuki telor ceplok. Lihat muka masamnya saja sudah bikin susah tidur. Hehehe...
Jangan dipikir serius ya Mak, hahaha...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H