Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pembukaan Asian Games dan Rasa Nasionalisme Warga

20 Agustus 2018   14:22 Diperbarui: 20 Agustus 2018   15:04 664
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
megapolitan.kompas.com

Kemegahan Acara dan dan Decak Kagum Pemirsa

Pembukaan Asian Games yang berlangsung pada tanggal 18 Agustus 2018 telah berlalu, namun gaungnya masih terasa sampai sekarang. Kekaguman, keterpanaan, perasaan bangga, menyaksikan karya luar biasa anak bangsa tersisa dalam pikiran dan jiwa masyarakat yang menyaksikan.

Sajian sempurna dari kemegahan seni budaya bangsa bercampur menjadi sebuah harapan besar pada kemampuan  anak- anak muda  terbersit bagi sebagian pemirsa. Namun ada sebuah perasaan kecewa membaca segelintir ucapan nyinyir datang dari para politisi tentang acara tersebut.

Ucapan-ucapan kekaguman datang dari negara-negara besar semacam Jepang, Korea Selatan. Bahkan di Korea Selatan Masyarakat media sosial di sana amat riuh memuji acara tersebut dan sempat menjadi trending topik. Jepang saja terinspirasi dengan sajian spektakuler pembukaan Asian Games ke -18 tersebut. Harusnya sebagai warga negara dan masyarakat Indoesia ikut bangga atas suksesnya Pembukaan tersebut.

Ternyata sebagai  bangsa yang sedang berkembang Indonesia tidak kalah dalam hal penyajian seni budaya dan entertainer yang memukau mata. Tidak perlu dikait-kaitkan dengan Pilpres yang akan berlangsung 2019.

Asian Games adalah event bangsa, mengenalkan budaya, mengenalkan kepada dunia betapa sebagai negara Asian yang sedang menggeliat Indonesia patut diperhitungkan sebagai salah satu negara yang patut mendapat perhatian baik untuk kerjasama dalam bidang pereknomian, mitra dalam bisnis senjata dan mampu berbicara banyak dalam kompetisi oleh raga.

China, Korea, Jepang, India sangat diperhitungkan dalam  hal teknologi digital, Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar ke lima, pemeluk agama Islam terbesar di dunia harusnya mampu menunjukkan dalam bidang seni budaya dan Toleransi beragama Indonesia unggul.

Suara "Minor" dari Politisi dan Simpatisan

Jika ternyata banyak suara suara nyeleneh dan miring terhadap penyelenggaraan Asian Games yang berkaitan dengan perang politik, abaikan. Mereka hanya tidak tahu bagaimana  menjadi bangsa yang baik yang seharusnya kerja sama bahu- membahu untuk memajukan bangsa tanpa harus terganjal sikap sinisme karena perbedaan orientasi politik.

Suara-suara "nyinyir" dari politisi dan simpatisannya yang mempertanyakan tentang misi terselubung presiden petahana sebagai sebuah "pencitraan" menuju Pilpres 2019 tidak patut tersebar. Itu reaksi "bodoh". Anggap saja penyelenggaraan itu sebagai sarana perjuangan Indonesia mengenalkan seni budaya, mengenalkan kemampuan yang tinggi anak bangsa dalam hal penyajian kreatifitas tingkat tinggi.

Tidak perlu dijejali dengan kecurigaan "pencitraan" atau upaya kampanye terselubung. Mengkaitkan penyajian entertainner dengan politisasi itu hanyalah menunjukkan "kebodohan tingkat tinggi". Indonesia sedang berpesta menjadi tuan rumah event terbesar se- Asia. Pikiran warga negara tentunya harus fokus agar penyelenggaraan sukses. Sebagai panitia atau penyelenggara Indonesia mampu menjadi tuan rumah yang baik. Atlet-atletnya berprestasi dan mampu bersaing memperebutkan medali.

Misi Mendengungkan Sportifitas dan Persahabatan antar Negara

Korea Selatan dan Korea Utara saja yang selama ini berseteru, berseberangan  mampu disatukan dalam perhelatan ini masa sebagai bangsa yang terkenal dengan kebinnekaannya, yang mempunyai motto Binneka Tunggal Ika, yang disatukan oleh Pancasila sebagai dasar negara malah perang kata-kata di media sosial. Apa Kata dunia?!

Bersatu untuk Mengharumkan Nama Bangsa

Simpan saja sejenak mari bersatu padu mendukung pejuang olah raga berjuang meraih prestasi tertinggi. Tidak perlu dikotori oleh syahwat politik yang memperdengarkan kata-kata yang pesimis, ambigu. Biarlah urusan politik itu diserahkan oleh para politisi. Itu ceruk mereka untuk mendapatkan kekuasaan. 

Sebagai masyarakat tidak perlu terpecah belah dalam dukung mendukung. Piihan politik memang hak warga negara tetapi tidak harus mengorbankan "nasionalisme" warga yang sedang euforia menyambut perhelatan besar Asian Games. Pertama kali Indonesia menjadi penyelenggara tahun 1962 di era  pemerintahan Soekarno. dan ini adalah kali kedua dan perlu mendapat perhatian warga yang cinta bangsa.

Misi Presiden, persepsi publik Vs Politisi

Masalah presiden terlalu "lebay" mengendarai motor ngebut, melompati kerumunan demonstran dan masuk perkampungan, melintas di depan sekolahan dan menuju GBK dengan gaya anak jalanan itu adalah bagian dari atraksi ciamik yang melengkapi spektakulernya Pembukaan Asian Games.

Sebuah kejutan boleh dong ditampilkan. Biarkan media meracik acara yang mampu diingat lama oleh peserta  dan penikmat. Mereka akan pulang membawa cerita.Itu bagian dari seni hiburan. Tidak perlu ditarik-tarik ke ranah politik yang cenderung "nakal".

aksi freestyle Presiden Jokowi mengundang banyak ragam komentar (style.tribunnews.com)
aksi freestyle Presiden Jokowi mengundang banyak ragam komentar (style.tribunnews.com)
Tentang aksi presiden yang ditanggapi aneh oleh kebetulan banyak netizen yang berseberangan penulis melihat terlalu dipolitisir. 

Siapapun presidennya tentu ingin dikenang karena telah bekerja keras mempersiapkan acara yang belum tentu terselenggara dalam hitungan tahun. Bisa jadi Asian Games kembali hadir  entah 15 sampai 30 tahun ke depan. Momen bersejarah itu harus dirayakan dan dikemas sebagus dan sesempurna mungkin.

Aksi Via Vallen Di Pembukaan Asian Games Sabtu Malam (jateng.tribunnews.com )
Aksi Via Vallen Di Pembukaan Asian Games Sabtu Malam (jateng.tribunnews.com )
Tidak usah saling gontok-gontokkan nikmati saja lagu yang menggugah rasa kebangsaan dan sportifitas dari penggalan lagu yang dinyanyikan Via Vallen: Meraih Bintang

Yo yo ayo... yo ayo Yo yo ayo... yo ayo
Yo yo ayo... yo ayo Yo yo.. ooo...ooo
Yo yo ayo... yo ayo Yo yo ayo... yo ayo
Yo yo ayo.. kita datang kita raih kita menang

Terus fokus satu titik, hanya itu titik itu
Tetap fokus kita kejar lampaui batas
Terus fokus satu titik, Hanya itu titik itu
Tetap fokus kita kejar dan raih bintang

(Sumber syair tabloid bintang.com)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun