Kemegahan Acara dan dan Decak Kagum Pemirsa
Pembukaan Asian Games yang berlangsung pada tanggal 18 Agustus 2018 telah berlalu, namun gaungnya masih terasa sampai sekarang. Kekaguman, keterpanaan, perasaan bangga, menyaksikan karya luar biasa anak bangsa tersisa dalam pikiran dan jiwa masyarakat yang menyaksikan.
Sajian sempurna dari kemegahan seni budaya bangsa bercampur menjadi sebuah harapan besar pada kemampuan  anak- anak muda  terbersit bagi sebagian pemirsa. Namun ada sebuah perasaan kecewa membaca segelintir ucapan nyinyir datang dari para politisi tentang acara tersebut.
Ucapan-ucapan kekaguman datang dari negara-negara besar semacam Jepang, Korea Selatan. Bahkan di Korea Selatan Masyarakat media sosial di sana amat riuh memuji acara tersebut dan sempat menjadi trending topik. Jepang saja terinspirasi dengan sajian spektakuler pembukaan Asian Games ke -18 tersebut. Harusnya sebagai warga negara dan masyarakat Indoesia ikut bangga atas suksesnya Pembukaan tersebut.
Ternyata sebagai  bangsa yang sedang berkembang Indonesia tidak kalah dalam hal penyajian seni budaya dan entertainer yang memukau mata. Tidak perlu dikait-kaitkan dengan Pilpres yang akan berlangsung 2019.
Asian Games adalah event bangsa, mengenalkan budaya, mengenalkan kepada dunia betapa sebagai negara Asian yang sedang menggeliat Indonesia patut diperhitungkan sebagai salah satu negara yang patut mendapat perhatian baik untuk kerjasama dalam bidang pereknomian, mitra dalam bisnis senjata dan mampu berbicara banyak dalam kompetisi oleh raga.
China, Korea, Jepang, India sangat diperhitungkan dalam  hal teknologi digital, Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar ke lima, pemeluk agama Islam terbesar di dunia harusnya mampu menunjukkan dalam bidang seni budaya dan Toleransi beragama Indonesia unggul.
Suara "Minor" dari Politisi dan Simpatisan
Jika ternyata banyak suara suara nyeleneh dan miring terhadap penyelenggaraan Asian Games yang berkaitan dengan perang politik, abaikan. Mereka hanya tidak tahu bagaimana  menjadi bangsa yang baik yang seharusnya kerja sama bahu- membahu untuk memajukan bangsa tanpa harus terganjal sikap sinisme karena perbedaan orientasi politik.
Suara-suara "nyinyir" dari politisi dan simpatisannya yang mempertanyakan tentang misi terselubung presiden petahana sebagai sebuah "pencitraan" menuju Pilpres 2019 tidak patut tersebar. Itu reaksi "bodoh". Anggap saja penyelenggaraan itu sebagai sarana perjuangan Indonesia mengenalkan seni budaya, mengenalkan kemampuan yang tinggi anak bangsa dalam hal penyajian kreatifitas tingkat tinggi.
Tidak perlu dijejali dengan kecurigaan "pencitraan" atau upaya kampanye terselubung. Mengkaitkan penyajian entertainner dengan politisasi itu hanyalah menunjukkan "kebodohan tingkat tinggi". Indonesia sedang berpesta menjadi tuan rumah event terbesar se- Asia. Pikiran warga negara tentunya harus fokus agar penyelenggaraan sukses. Sebagai panitia atau penyelenggara Indonesia mampu menjadi tuan rumah yang baik. Atlet-atletnya berprestasi dan mampu bersaing memperebutkan medali.
Misi Mendengungkan Sportifitas dan Persahabatan antar Negara
Korea Selatan dan Korea Utara saja yang selama ini berseteru, berseberangan  mampu disatukan dalam perhelatan ini masa sebagai bangsa yang terkenal dengan kebinnekaannya, yang mempunyai motto Binneka Tunggal Ika, yang disatukan oleh Pancasila sebagai dasar negara malah perang kata-kata di media sosial. Apa Kata dunia?!
Bersatu untuk Mengharumkan Nama Bangsa
Simpan saja sejenak mari bersatu padu mendukung pejuang olah raga berjuang meraih prestasi tertinggi. Tidak perlu dikotori oleh syahwat politik yang memperdengarkan kata-kata yang pesimis, ambigu. Biarlah urusan politik itu diserahkan oleh para politisi. Itu ceruk mereka untuk mendapatkan kekuasaan.Â
Sebagai masyarakat tidak perlu terpecah belah dalam dukung mendukung. Piihan politik memang hak warga negara tetapi tidak harus mengorbankan "nasionalisme" warga yang sedang euforia menyambut perhelatan besar Asian Games. Pertama kali Indonesia menjadi penyelenggara tahun 1962 di era  pemerintahan Soekarno. dan ini adalah kali kedua dan perlu mendapat perhatian warga yang cinta bangsa.
Misi Presiden, persepsi publik Vs Politisi
Masalah presiden terlalu "lebay" mengendarai motor ngebut, melompati kerumunan demonstran dan masuk perkampungan, melintas di depan sekolahan dan menuju GBK dengan gaya anak jalanan itu adalah bagian dari atraksi ciamik yang melengkapi spektakulernya Pembukaan Asian Games.
Sebuah kejutan boleh dong ditampilkan. Biarkan media meracik acara yang mampu diingat lama oleh peserta  dan penikmat. Mereka akan pulang membawa cerita.Itu bagian dari seni hiburan. Tidak perlu ditarik-tarik ke ranah politik yang cenderung "nakal".
Siapapun presidennya tentu ingin dikenang karena telah bekerja keras mempersiapkan acara yang belum tentu terselenggara dalam hitungan tahun. Bisa jadi Asian Games kembali hadir  entah 15 sampai 30 tahun ke depan. Momen bersejarah itu harus dirayakan dan dikemas sebagus dan sesempurna mungkin.
Yo yo ayo... yo ayo Yo yo ayo... yo ayo
Yo yo ayo... yo ayo Yo yo.. ooo...ooo
Yo yo ayo... yo ayo Yo yo ayo... yo ayo
Yo yo ayo.. kita datang kita raih kita menang
Terus fokus satu titik, hanya itu titik itu
Tetap fokus kita kejar lampaui batas
Terus fokus satu titik, Hanya itu titik itu
Tetap fokus kita kejar dan raih bintang
(Sumber syair tabloid bintang.com)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H