Politik bukan sekedar transaksi dan bagi bagi kekuasaan tetapi menjadi pelayan rakyat, menjadi pejuang yang tulus bagi kepentingan rakyat. Itu mimpi penulis entah apakah hanya sekedar halusinasi atau sebuah angan yang akhirnya menjadi kenyataan. Tetapi rasanya mustahil mengubah syahwat politisi untuk tidak bermain api.Â
Sejak reformasi berjalan, orde baru bubar ternyata masih tertanam dalam benak politisi untuk menggunakan taktif jadul zaman Belanda yaitu Devide et Impera.Â
Mereka lupa atau melupakan makna sumpah pemuda Bertanah air satu Tanah Air Indonesia, Berbangsa Satu Bangsa Indonesia, Berbahasa satu bahasa Indonesia.
Demi kekuasaan mereka berupaya saling menjatuhkan, tidak mau mengakui kesuksesan lawan dengan cara gentlemen, tetapi membuat lawan jatuh dengan kampanye-kampanye negatif, menebarkan isu, ujaran-ujaran kebencian.
Sekarang saya hanya berharap kontestasi pemilihan presiden berjalan dengan baik. Para calon lebih mementingkan  bangsa di atas kepentingan pribadi dan kelompoknya siapapun yang menang adalah mereka yang tulus bekerja, tulus membangun bangsa.Â
Jangan sampai ketika sudah merengkuh kekuasaan mereka hanya bagi bagi proyek untuk kepentingan sendiri. Sedih, pasti sedih para pendiri bangsa ini jika ternyata yang terekam dalam benak politisi adalah hanya untuk menjarah kekayaan negeri untuk memperkaya kelompok, partainya dan membangun dinasti.
Merdeka!
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H