Saya seperti terhipnotis dengan pengalaman penulis dunia seperti Albert Camus, Bertrand Russel, Carlos Fuentes, Czeslaw Milosz, Edward Said, Gabriel Garcia marquez, Georges Orwell, Jean Paul Sartre, George Luis Borges, Jose Saramago, Julio Cortazar, Mark Twain, Michael Faucault, Milan Kundera, Nadine Goldimer, Octavio Paz, Paulho Cuelho, Paulo Freire, Salman Rushdie, Umberto Eco, Virginia Woolf, Walter Benjamin.Â
Terus terang hampir tiap pagi sebelum bekerja saya menyempatkan diri membaca satu dua halaman dari buku Menulis itu Indah, pengalaman Para Penulis Dunia. Buku ini saya beli di Gramedia setahun yang lalu.
Saya tertarik dengan buku itu karena ingin melihat dari dekat bagaimana para penulis itu membagikan pengalamannya sebagai penulis. Saya memang tidak berharap banyak ilmu bertambah secara signifikan. Harapan terbesar  adalah mengetahui bagaimana penulis itu memulai sebuah proses bernama ..menulis. Mereka para penulis itu tetaplah manusia biasa.Â
Yang membedakan dengan manusia lainnya adalah masalah minat, ketekunan dan tentu ketrampilan mengolah imajinasi, pengetahuan dalam bentuk karya sastra, buah-buah pemikiran yang terangkum dalam tulisan yang akhirnya mampu mengubah pandangan dunia.
Tulisan Bermakna sejarah
Sebuah tulisan akan bermakna sejarah dan terus digulirkan dengan cara penggandaan yang berarti pula persebaran, catatan makin teramankan. Jaman dahulu catatan-catatan aksara bisa ditemukan buktinya di dinding-dinding gua contohnya di Mesir, aksara Jawa tertoreh di daun lontar yang berusia lanjut.Â
Sejarah tentu tidak hanya sekedar dongeng dari mulut ke mulut. Aksara berfungsi untuk mengasikan tamsil dan simbol-simbol. Dengan melihat daun lontar, hieroglif, manusia menengok masa lalu sejarah kehidupan yang lama telah berlalu.
Mengintip pengalaman penulis -penulis dunia awal mula menulis mereka mempunyai penulis idola yang bisa menjadi patron tulisan selanjutnya atau malah banyak penulis akhirnya menemukan patron sendiri dari proses panjang menulisnya dan akhirnya mereka menjadi panutan bagi penulis-penulis generasi selanjutnya. Umberto Eco misalnya bisa jadi menjadi rujukan dari para penulis essai, Para pengarang filsafat, novel yang bertutur tentang makna hidup bisa mengikuti jejak Paulho Cuelho, yang berpikir untuk menggunakan kata sederhana namun penuh cerita humanisme bisa merasakan pengalaman Ernest Hemingway(meskipun tidak ada dalam buku ini)
Saya lebih mengerti bahasa tutur Paulho Cuelho yang yang membagikan pengalaman spiritual dalam karya fiksinya.The Pilgrimage. Novel Alchemist sebuah fiksi lebih dekat dengan pengalaman saya sebagai lelaki, sebagai anak yang selalu mencari konsep spiritual, Menemui tantangan-tantangan hidup dan kadang tersedot dalam mimpi-mimpi kehidupan dengan penuh pertanyaan, misteri.Â