Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Menciptakan Surga dengan Cat Air a la Huang Fong

14 Mei 2018   15:57 Diperbarui: 15 Mei 2018   22:26 2600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu Lukisan Huang Fong Tari Timbulilingan ( Foto By Joko)

Lukisan dari Surga

Lukisan Monokrom karya Huang Fong tergelar di Balai Budaya Jakarta. Ia adalah salah satu pelukis Jawa yang hijrah ke Bali untuk mencari surga. Di Bali ia menemukan betapa toleransi, kekerabatan pertemanan dan suasana seni budaya membuatnya nyaman. 

Dari suasana Bali yang damai dan penuh tradisi itu tercipta lukisan-lukisan yang menggambarkan suasana surga yang serba menyenangkan dan membahagiakan. 

Lukisannya menampilkan keindahan Mooi Indie a la Bali. Huang Fong sebetulnya bernama asli Oe Ping Liang. Lelaki yang lahir di tanggal 14 April 1936 ini mulai menggeluti dunia lukis sejak 1952. Ia belajar pada Tan Kiaw Tik. Pelukis yang terkesan lemah lembut ini mengadakan pameran tunggal pertama kali du Balai Budaya Jakarta. 

Selama 40 tahun terakhir ini Huang Fong telah mengadakan pameran tunggal sebanyak sepuluh kali. Selain pameran tunggal tidak kurang tigapuluh kali pameran bersama baik di dalam maupun di luar negeri.

Pelukis yang Belajar  dari Kehidupan

Di pameran penulis sempat ketemu dengan sosok Huang Fong. Orangnya ramah dan lembut, cocok dengan lukisannya yang lembut dan menampilkan keindahan baik ketika melihat sekumpulan orang-orang desa, suasana Bali yang kental akan tradisi dan wajah-wajah modelnya yang sama tipe perempuan Bali dan Jawa pada umumnya.

Saya mengenalkan diri sebagai penikmat seni, blogger juga guru seni rupa. Ia langsung memberikan tip jika mengajar terutama anak-anak SMP. 

"Berikan  dasar yang baik dengan memberi contoh bagaimana melukis alam benda (benda-benda realis). Mereka harus diajarkan dasar-dasar menggambar lifestyle."

Ketika saya tanya bagaimana caranya menggambar yang baik. Pak Huang Fong menjawab. "Inti dari menggambar sebetulnya hanyalah unsur lingkaran dan garis. Jika diulang-ulang dan dilatih terus menerus akan menghasilkan gambar menarik"

penulis bersama dengan Huang Fong Maestro Cat air (dokumentasi Ign Joko Dwi)
penulis bersama dengan Huang Fong Maestro Cat air (dokumentasi Ign Joko Dwi)
Betul juga ketika saya menelaah kata kata pelukis asal Genteng, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur itu. Sebetulnya tiap orang asal tekun belajar bisa menjadi pelukis, tergantung ketekunan dan konsistensi mendalami profesi. Huang Fong adalah salah satu pelukis Bali yang tetap mengambil jalur romantis menampilkan Paradiso (surga keindahan)

Bali yang Selalu menjadi Magnet Seni Budaya

Keindahan Bali begitu memukaunya sampai ia pun juga menampilkan wanita Bali yang bertelanjang dada. Ia tidak hendak menampilkan sisi erotis dari lukisan telanjang. Ia hanya menampilkan bahwa wanita itu sumber kehidupan. 

Tanpa wanita dengan payudaranya orang tidak akan hidup. Dari susu ibu itu lahir generasi cerdas yang mampu memberikan kontribusi untuk membangun negeri ini.

Dalam Katalog dengan Tema Artwork Cataloque Paradiso 50 (Surga yang tercipta dari 50 tahun berkarya) Agus Dermawan T yang merupakan pengamat, pemerhati penulis/kurator, saya menemukan kata-kata inspiratif. Berdasarkan penuturan Huang Fong memetik kata-kata Rudyad Kipling, pengarang The Jungle Book. 

"Timur adalah Timur, Barat adalah Barat. Keduanya tidak mungkin dipertemukan."

Bisa diartikan bahwa meskipun Timur berusaha melebur dengan Barat, darah Barat tetaplah memperlihatkan warnanya. Dan Meskipun gelora hati dan pikiran Barat merasuk ke benak Timur, Selalu saja perasaan Timur tak surut memperlihatkan denyutnya. 

Seni a la Timur dan Barat itu Beda

Huang Fong seperti ingin menegasikan bahwa filosofi seni a la Timur dan Barat itu beda. Barat bisa dikatakan rasional, harus bisa dipikirkan dengan logika sedangkan seni Timur itu disamping teknis tetapi ada juga unsur mistis, dan penuh uthak athik Gathuk. 

Huang memberi contoh: ketika melukis ikan mas seniman barat melihat bahwa lukisan sebatas tentang ikan dan warnanya. 

Beda dengan kosmologi Cina yang meyakini ada hubungannya dengan kalimat"nien nien yu yi..." bisa diartikan setiap tahun ada rejeki yang berlebih. Yi bisa berarti ikan tetapi bisa berarti berlebih atau berlimpah. Hampir seperti akta-kata Jawa dan juga Cina meskipun sekilas ada kesamaan bunyi tetapi mempunyai arti berbeda.

Salah satu Lukisan Huang Fong Tari Timbulilingan ( Foto By Joko)
Salah satu Lukisan Huang Fong Tari Timbulilingan ( Foto By Joko)
Bagi Huang Fong melukis tidak sekedar melukis, tetapi ada misi dan filosofi dalam setiap lukisannya. Dalam pertemuan yang singkat dengan Huang Fong di Galeri Balai Budaya bilangan Menteng Jakarta Pusat (suatu siang sehabis menonton pameran di Galeri Nasional Indonesia dan langsung meluncur ke Bentara Budaya untuk mengikuti pelatihan melukis kain) penulis bisa belajar banyak dari kesederhanaan filosofi pria tinggi kurus tersebut. 

Bisa dikatakan memandang lukisan Huang Fong seperti membantu orang-orang untuk melihat keteduhan di tengah maraknya isu-isu dan pemboman yang marak seminggu belakangan ini. Melihat pameran lukisan membangkitkan sisi humanis manusia sehingga bisa saling respek saling berempati.

Pameran Huang Fong sudah berlangsung dari tanggal 8 Mei 2018. Lukisannya rata-rata ada cat air di atas kanvas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun