Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Ketika Buku Kalah Populer dari "Gadget"

23 April 2018   19:39 Diperbarui: 24 April 2018   08:48 2380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Melani mengilustrasikan seperti halnya piano yang tidak akan punah dengan munculnya organ, atau produk digital yang lebih canggih. Buku-buku kertas tidak akan spontan hilang dengan datangnya era buku elektronik.

Kebiasaan Membaca Menangkal Hoax

Banyaknya masyarakat yang terjerembab oleh isu-isu panas yang beredar di dunia maya salah satunya karena tiadanya kebiasaan membaca. Dengan membaca buku secara tuntas akan menggiring manusia untuk berpikir sebelum berbicara atau menanggapi sebuah isu. Jika membaca sebuah berita, tentunya tidak hanya membaca judulnya atau paragraf pertamanya saja. 

Melalui pembiasaan membaca buku, setiap orang akan mengikuti dulu apa inti dari artikel yang sedang ia baca.  Mereka tentu tidak akan menelan mentah-mentah tulisan, kata-kata dan berita yang ditulis di media online. Logika seseorang, emosi dan daya jelajah pikiran akan lebih luas. Sebuah isu harus ditelaah latar belakangnya tidak diserap mentah-mentah tanpa konfirmasi atau dengan mengkonfrontir dengan berita lainnya. Kebiasaan membaca membuat orang tidak mudah terhasut oleh berita bohong.

Tanggal 23 April ini  ternyata adalah Hari Buku Sedunia. Manusia diingatkan untuk tidak terlalu terkaget-kaget dengan informasi cepat dari dunia digital. Bagaimanapun buku tetap masih dibutuhkan. Manusia memang merasakan dampak dari berkurangnya kayu di dunia, tentu berdampak pula pada produksi buku. 

Salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan terbatasnya kertas adalah dengan menerbitkan e-book. Buku digital yang lebih praktis. Tapi mata manusia tetap lebih nyaman membaca buku yang bisa dipegang, diraba, dirasakan lembar demi lembarnya.

Bagaimanapun manusia  masih membutuhkan buku sebagai upaya merangsang kecerdasan dan menumbuhkan kebiasaan positif dengan menyediakan waktu khusus membaca buku. Buku sampai kapanpun akan lebih mendapat nilai sejarah karena  pengetahuannya yang tercetak akan tercatat dalam sejarah. Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan kulitnya dan manusia mati meninggalkan nama. Jika ia penulis dan pernah menerbitkan buku ia akan tercatat sejarah selamanya sampai waktu lama.

Mulai sekarang sentuhlah buku, buka halaman demi halaman dan pahami kata-katanya. Rasakan maknanya dan seraplah manfaatnya. Sesedikit apapun nilai pengetahuan buku tersebut tentu akan bermanfaat bagi yang membacanya karena jendela pikiran manusia akan terbuka memahami pemikiran manusia. Setiap manusia itu unik sebab tidak  akan ada manusia yang mempunyai pengetahuan dan pengalaman hidup yang mirip. Mari berbagi ilmu, berbagi pengetahuan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun