Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bulir-bulir Keringat Ayah

20 Februari 2018   15:58 Diperbarui: 20 Februari 2018   17:41 993
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: hiveminer.com

Ayah, aku ingin melihat engkau gembira, tertawa lantang saat melihat adikku tergelak lucu dengan polah tingkahnya yang mirip UPIN dan IPIN. Sesekali ingin kupijit segenap tubuhmu agar kau bisa santai barang sebentar. 

Yuk mari main catur atau main gundu untuk melupakan beban yang kau sandang. Mari berbagi rindu saat kau menceritakan dengan riang dan gembira saat-saat kau begitu bebas menjelajah ruang dan waktu.

Ayah, betapa waktu telah memenjarakanmu, tapi kau telah memilih  menanggung beban  bagi tuntutan berat sebagai ayah. Cinta kau pada kami memang tidak terbilang dan semulia seperti ketika seorang penyair menggambarkannya pada sosok ibu. 

Tapi aku katakan nanti aku akan seperti Ayah, aku akan seperti sosok kurus dengan mata menanggung beban, mengharapkan setitik kebebasan hadir di antara tuntutan-tuntutan kami yang melambung tinggi, apalagi aku hidup di generasi jiwa batu yang semuanya hanya diukur dengan harta, uang dan kenikmatan.

Barangkali ini cerita pendekku tentang ayah yang menolak ribut hanya demi perdebatan  tidak penting. Ia diam, tidak pernah memperlihatkan air mata tumpah. namun dengan tekun ia wujudkan bulir-bulir keringatnya untuk seperiuk nasi keluarga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun