Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Pendukung Persija "Menampar Muka Sendiri"

19 Februari 2018   11:30 Diperbarui: 19 Februari 2018   11:53 1444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
tribunbogor.tribunnews.com

Penonton Tarkam

Habis perhelatan Akbar Piala Presiden sebetulnya tersisa harapan untuk  prospek sepak bola dari sisi bisnis. Tercatat banyak sponsor telah bersedia turut andil dan mengambil bagian dalam mendorong kemajuan sepak bola Indonesia. Sayangnya akibat ulah segelintir suporter yang merusak pagar dan pintu keluar serta menginjak-injak tanaman yang yang berada di kompleks GBK(Gelora Bung Karno).

Gedung sebegitu megahnya tercoreng oleh ulah suporter kelas tarkam yang tidak perlu tempat bersih dan megah untuk berteriak-teriak dan ngamuk merusak benda dihadapannya. Entah apa yang  tertanam dalam pikiran penonton itu sehingga tega-teganya "menepuk air didulang terpecik muka sendiri" malu teramat malu melihat kelakuan suporter  yang tega menampar muka sendiri.

Penulis sempat melihat tayangan video tentang beringasnya ulah penonton menjelang keluar. Apa penyebabnya kurang pasti tapi yang jelas pengelola GBK perlu semakin ketat melakukan regulasi terhadap penonton yang terindikasi berbuat anarkis dan memalukan bangsa ini yang sedang berjuang untuk meperbaiki sepak bola yang carut- marut akhir-akhir ini.

Jika nanti sepak bola menjadi industri apakah ulah penonton yang "liar" tidak diberi sangsi tegas. Wajah-wajah keruh yang tidak berpikir panjang dan hanya melampiaskan kekesalan seperti halnya ketika ia bergerak di luar kendali moral, di luar kendali sopan santun.

Hallo Persija, halo Jakmania, hallo suporter yang terhormat  mari bangga terhadap stadion megah yang sudah susah payah direnovasi menyesuaikan dengan Stadion lain yang bertaraf Internasional. Wajah GBK adalah wajah kita, simbol kemajuan bangsa dan tanda bahwa Indonesia siap menyambut era sepak bola modern.

Jika kita kembali kampungan dengan menginjak- kursi, merusak pagar dan menginjak-injak tanaman rumah kita apa perasaanmu. Apakah kau terbiasa memepermalukan diri sendiri dihadapan tamu yang melihat kita.

Ah, Kalau kalian masih senang merusak, masih senang melempar-lempar kursi, menginjak-injak harga diri mending  menonton di lapangan kampung, menggelar kain layar. Tidak perlu datang di GBK. Jika kalian hanya ingin senangnya sendiri, mending tidak usah memiliki stadion megah. Kalian tidak siap memiliki rumah bersama bagi perkembangan sepak bola tanah air. Sebentar lagi perhelatan Asian Games akan di mulai. Kursus dulu bagaimana hadir di gedung megah milik bersama.

Ketika perasaan memiliki belum ada yang ada hanya pelampiasan nafsu liar suporter rusuh, tidak usah menginjakkan kaki di GBK. Bukan berarti kalian benar-benar dicekal untuk menonton, tapi instrospeksi dulu. Apakah yang ada di benak kalian sih. Hanya datang dengan sopan dan mengekspresikan kegembiraan sewajarnya serta bertempik sorak seadanya itu sudah memberi kenyamanan. 

Tidak usah dengan mata melotot tangan mengayun-ayunkan pukulan, kaki-kaki menendang fasilitas umum hanya karena tidak sabar ingin keluar,  membudayakan  antre dengan tertib itu wajib hukumnya.

Jadilah Penonton Elegan

Dukunglah kesebelasanmu baik kalah maupun menang, tidak usah bertindak anarkis. Pantaslah beberapa waktu lalu PSSI memberikan sangsi pada PERSIJA  untuk tidak menyertakan suporter saat pertandingan. Akibat oknum-oknum penonton jahil, usil dan liar maka keseluruhan image suporter tercoreng. Sungguh tragis, naif dan  memalukan ulah kalian.

Tadinya saya yang menonton di televisi merasa bangga terhadap ketertiban di stadion. Para penonton tampak elegan, mendukung kesebelasan kesayangannya dengan akrobatik, lucu dan ekspresif. Kemenangan yang memang layak di sandang dari kesebelasan yang sudah lama paceklik kemenangan di Final. Kini saat sedang euforia merasakan kemenangan, akibat nila setitik rusak susu sebelanga. Rasanya geram, kecewa dan bingung, mengapa bisa kecolongan kedatangan penonton yang tidak punya etika itu.

Mungkin tidak semua suporter mempunyai kecenderungan beringas, tapi bagaimanapun juga akibat segelintir supporter yang "wow" tersebut bisa jadi Persija kembali mendapat sangsi berat. Kemungkinan besar Persija akan dijauhkan dari suporternya yang kata beberapa komentator di media sosial "Kampungan".

Bukan masalah berapa kerugian akibat kerusuhan itu tapi mindset suporter yang terkesan kampungan itu yang harus diubah. Kalian(suporter) sudah menonton di rumah sendiri tapi rasa memiliki, perasaan bangga, perasaan ingin menjaga barang milik sendiri seperti tidak ada  dalam benak kalian.

Sebetulnya apa mau kalian. Apakah memasuki GBK seperti memasuki stadion  di  kampung, yang bisa memanjat pohon, memanjat pagar dan kalau kalah dengan enteng mencabuk pagar, mengayun-ayunkannya kemudian terjadi tawuran. Sebuah kepuasan bathin atau penyakit sosial? Dengan mata melotot dan tangan mengayun-ayun, berteriak-teriak liar apa bedanya kalian dengan  "penghuni kebun binatang". Maaf saya sebagai orang Jakarta malu dengan kelakuan kalian.

Saya berharap ke depannya kalian sadar bahwa menjadi suporter itu juga menyertakan etika, kesopanan dan tata karma. Percuma tinggal di Jakarta yang hampir semua fasilitas ada dan tersedia tapi semuanya tidak berarti karena kelakuan tidak beradab masih dipelihara. Jadilah penonton elegan, jadilah penonton setia, pendukung sejati yang mesti mendukung lahir bathin.

Jika cinta dan merasa pendukung sejati harusnya malu jika kesebelasan yang kalian banggakan diberi sangsi berat tidak bisa menikmati dan bermain di rumah sendiri. Berubahlah tunjukkan bahwa kalian adalah pendukung yang mampu menaikkan derajat kesebelasan serta mampu memberikan tambahan moral dan mental sehingga jalan kemenangan terbuka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun