Selalu saja ada keunikan karya dari setiap pelukis yang berpameran di Galeri Nasional Indonesia. Pelukis-pelukis yang sudah mengukir sejarah kesenian di bumi Nusantara, termasuk pelukis kelahiran Perancis yang sering melukiskan keunikan budaya Nusantara.
Genevieve Couteau (1925- 2013) adalah seorang ibu dari kolumnis Kompas Jean Couteau. Selama Hidup, Genevieve sudah melanglang ke sudut-sudut bumi ini untuk mengeksplorasi keunikan budaya di negara-negara yang ia singgahi, melukiskan patung Budha, hutan-hutan, keunikan suku-suku, candi dan terutama budaya Bali. Sketsa dan renderingnya mengenai kota kota dunia memukau mata.
Sang Pelukis Penjelajah
Genevieve wanita pelukis Perancis juga melukis di atas kanvas dengan warna- warna pastel, soft namun enak dilihat. Lukisannya menampilkan gejolak perempuan dalam memandang kehidupan.
Dari persoalan cinta, seksualitas dan kontempalasi kehidupan yang mampu ia gambarkan dengan  sudut pandang Khas. Seperti menyimpan romantisme warna-warna lukisan Genevieve menyiratkan kelembutan ibu, perempuan yang gelisah. Peintre Voyageur atau pelukis penjelajah begitu sebutan Untuk Genevieve.Â
Hampir semua negara pernah dijelajahi untuk mendapat roh spiritual dari lukisan-lukisannya yang sering memotret wanita, kehidupan spiritual, keaslian kultural dan menghindari tema politik. Ia memotret peristiwa tidak dengan mata biasa tetapi dengan spiritual magis.Â
Kultur meditatif pendekatan keliyanan terutama budaya magis tahun 1970 an. Bali zaman itu adalah Bali yang eksotis, Bali yang menggenggam sisi kultural seutuhnya, belum terkontaminasi kehidupan modern dan pengaruh buruk budaya kapitalis dan politik "nyinyir" yang sekarang ini tanpa malu-malu diperlihatkan penikmat media sosial.
Genevieve besar bersama keluarga pedagang atau trader. Keluarganya kemudian pindah ke kota Nantes, melanjutkan sekolah dan menikah dengan Joseph Couteau (1916 -- 2004), seorang dokter hewan dari kota Lisson. Dari pasangan Genvieve dan Joseph Couteau mereka memiliki tiga anak; Edmee, Jean (terkenal dengan Udar Rasa Kompas Minggu) dan pierre ( Sumber:Kompas.com).
Menurut Jean Coeteau dalam pengantarnya yang tertulis di ruang depan Galeri Genevieve sangat mencintai dunia budaya Timur.
Bali yang eksotis dari sisi kemanusiaan. Bukan karena penonjolan seksualitasnya tapi problema jiwa dan ritual-ritual yang menyempurnakan "sisi magis" Bali yang asli. Genevieve menggambarkan hutan bukan dengan memotret keindahan rumpun pepohonannya tapi sisi spiritualitas hutan dan dilema manusia menghadapi kenyataan bahwa hutan akhirnya menjadi korban dari kebiadaban manusia modern yang mulai meninggalkan sebuah fragmen "Kebersatuan alam, manusia dan Penciptanya" .