Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menyentil Politik lewat Seni

31 Desember 2017   23:32 Diperbarui: 1 Januari 2018   02:58 1070
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lukisan keramik karya Butet Kartaredjasa salah satu seniman yang sering menyentil pemerintah lewat kesenian (Dokumentasi pribadi)

Jika stigma politik saat ini adalah gelap, negatif dan biang dari prahara negara.  Seni bermain di wilayah lain. Boleh jadi seni memberi keseimbangan suasana. Tujuan seni adalah untuk menghibur, memberi sentuhan estetika serta memberi keseimbangan kepribadian manusia. 

Seni memberi tamparan untuk manusia yang rakus kekuasaan dengan kritik visual dan kata - kata, atau alunan syair-syair satire. Seni mengingatkan agar manusia tidak mabuk kekuasaan dan tetap menikmati keindahan  sebagai penyeimbangan ambisi politik yang cenderung dimaknai kotor oleh sebagaian masyarakat.

Politik yang sebetulnya dimaknai positif jika berjalan dalam alur yang benar, saat ini tengah runyam karena kenyataannya politik belum bisa memberi  citra baik bagi masyarakat. Peristiwa politik menjadi sebuah  drama yang terus saja membuat manusia menilai negatif kiprah politik dan politisinya.

Indonesia saat ini tengah dalam jebakan  kadal-kadal politisi yang hendak menggiring opini massa , memainkan perang untuk membelah masyarakat masuk dalam faksi-faksi. 

Partai-partai politik tengah bekerja dengan mengaduk-aduk emosi. Yang seru adalah media sosial yang melahirkan kegaduhan karena munculnya komentar-komentar kasar dan brutal. 

Ujaran kebencian datang dan merusak jalinan kebersamaan yang dibangun dalam bingkai kebinnekaan. Kini banyak korban muncul akibat banyaknya perseteruan masyarakat dengan hadirnya media sosial yang cenderung "membelah".  

Agus Dermawan T mengutip perkataan Eleanor Roosevelt (1884 -- 1962 ): Mereka yang berpikiran hebat membicarakan ide-ide, mereka yang berpikiran  sedang akan membicarakan  peristiwa-peristiwa. Mereka yang berpikiran sempit akan membicarakan orang lain. 

Jadi di manakah anda?. Seni bagaimanapun akan memberi keseimbangan pola pikir dan cara pandang. Antara politik dan seni akan selalu bersentuhan meskipun tidak langsung. Politik yang gaduh tentu akan men jadi sasaran empuk  bagi seni untuk dijadikan ide menarik berupa kritik visual dan kata-kata, atau alunan musik. Sedangkan Politik akan selalu lekat dengan kekuasaan.

Selamat Tahun Baru 2018.Selamat datang Tahun politik.Indonesia jangan penuhi nafsu angkara kekuasaan. Tunjukkan bahwa Indonesia dalam berpolitik.

Penulis, Guru dan Peminat Seni Budaya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun