Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Refleksi Akhir Tahun: Melongok 2017, Mengintip 2018

23 Desember 2017   14:33 Diperbarui: 24 Desember 2017   11:35 4286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dari salah satu Sudut Lawang Sewu. Melihat senja menyambut malam, menanti esok dengan resolusi baru (dokumen pribadi)

Rasa optimis terbangun jika masyarakat optimis mendukung niat baik pemimpin. Jika tidak ada kepercayaan terhadap pemimpin dan penguasa maka akan sia-sia saja berharap negara akan maju dan bisa mengejar ketertinggalan teknologi dengan  negara lain. Sebetulnya potensi SDM Indonesia amat luar biasa. Banyak generasi muda cerdas yang mampu berpikir out of the box yang menjauh dari zona nyaman, contohnya membangun startup. Menerobos mitos dengan bekerja mandiri  dengan memanfaatkan teknologi.

Indonesia patut berbangga  bahwa banyak anak muda yang mempunyai bekal cukup untuk bersaing ditingkat Internasional. Banyak desainer, komikus bertaraf internasional, banyak sineas yang mampu berbicara dan menghasilkan  karya  film begitu dihargai di luar negeri. Dalam bidang teknologi penerbangan pun Indonesia tidak kalah dengan luar negeri, terbukti dengan PT DI yang sudah sering menerima  pesanan pesawat dari luar negeri dan dalam negeri.

Indonesia banyak menggantungkan harapan pada kaum muda yang mempunyai visi jauh ke depan untuk membangun bangsa, bukan mereka yang terlalu sibuk nyinyir di media sosial mengolok-olok pemerintah dan hobi debat kusir tentang ideologi dan agama. Indonesia butuh pemimpin politisi yang mendamaikan, menyejukkan bukan yang selalu memprovokasi masyarakat dengan kata-kata "preman" yang cenderung menyudutkan dan menyerang pribadi pemimpin dan pemerintahan. Indonesia butuh manusia pekerja yang lebih banyak berkarya daripada hanya berkoar-koar  di  media, debat sana debat sini hingga melahirkan kaum Nyiyirisme.

Mengintip Tahun 2018

Tahun 2018 akan bertambah seru karena sejumlah daerah (171 daerah serentak menggelar pemilu pada tanggal 27 Juni 2018) secara serentak akan memilih pemimpinnya. Belajar dari DKI Jakarta. Kontestasi politik hendaknya lebih fair. Adu program, adu prestasi, adu rekam jejak. Itu yang diharapkan masyarakat. Menang kalah dalam kontestasi itu hal biasa tapi menyimpan luka karena kekalahan  dengan aksi "Nyinyir" dan balas dendam tidak baik. Masyarakat harus belajar sportif dan legowo. 

Kalah dan menang adalah itu resiko sebuah persaingan dan kontestasi. Ketika menang hendaknya pemimpin bersama-sama merajut persatuan dan bekerjasama membangun daerahnya tanpa perlu mengusung isu-isu yang mengundang perpecahan. Partai harus belajar menjadi  corong masyarakat, bukan sibuk sendiri mecari proyek setelah terpilih menjadi wakil rakyat.

Jangan sampai masyarakat apatis dengan politik dan selalu berpikir bahwa dunia politik itu dunia yang gelap, licik dan sarat kepentingan. Ilmu politik itu diciptakan untuk menjembatani kepentingan masyarakat dengan diplomasi wakilnya di parlemen untuk menyuarakan kemauan rakyat bukan mengibuli rakyat dengan rekayasa-rekayasa yang ujung-ujungnya masyarakat atau rakyatlah yang menjadi korban dari "intrik-intrik para wakil rakyat" yang hanya ingin menggelembungkan isi perutnya sendiri.

Harapan dan tantangan di tahun 2018. Tahun kontestasi pemimpin daerah serentak (jawapos.com)
Harapan dan tantangan di tahun 2018. Tahun kontestasi pemimpin daerah serentak (jawapos.com)
Resolusi 2018

Semoga Tahun 2018 menjadi tahun teduh, tahun tenang. Masyarakat tidak lagi disibukkan dengan debat kontraproduktif di media sosial. 

Era digital saat ini bisa dimanfaatkan masyarakat sebagai cara efektif mengembangkan bisnis dan mengembangkan komunikasi cepat dan tepat, sehingga masyarakat semakin terhubungkan tanpa sekat jauh dekatnya jarak. Masyarakat bisa memanfaatkan kemajuan era digital untuk membangun relasi positif bukan saling menebarkan ujaran kebencian. Salam damai. Selamat Natal dan Tahun baru bagi yang merayakannya. Damai di Hati damai di Bumi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun