Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Yuswantoro Adi dan Ikon-ikon yang Berkelebat di Benaknya

11 November 2017   06:56 Diperbarui: 11 November 2017   09:35 2144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pameran Tunggal di Galeri Nasional Indonesia

Jumat, 10 November  2017 di buka pameran Tunggal Karya Yuswantoro Adi. Seniman Asal  Semarang  dan kemudian tinggal di Jogjakarta. Ia menjadi ikon seniman Jogja yang malang melintang di sekitar Malioboro. Rumahnya yang di jalan Dagen menjadi tempat "Ampiran" strategis para seniman yang ingin mampir atau sekedar menitipkan motor atau sepedanya dan kemudian menyusuri Malioboro yang legendaris.  

Lukisan Yuswantoro boleh dikatakan  sangat identik dengan uang, perangko dan dunia anak-anak. Pemenang 5 Besar Grand Prize Winner Philip MorisTahun 1997 di Manila, Filipina dalam katalognya telah mengikuti pameran baik tunggal maupun keroyokan selama puluhan hingga ratusan kali.

Pameran yang agak remang-remang dan dibuka dengan ala jogja oleh Triawan Munaf (dokumen Pribadi)
Pameran yang agak remang-remang dan dibuka dengan ala jogja oleh Triawan Munaf (dokumen Pribadi)
Pembukaan Pameran berlangsung sekitar pukul 20.00 dengan host kocak temannya sendiri yaitu Bambang Herras, Putu Sutawijaya dan Samuel Indratma. Mereka bertiga bertindak sebagai host dan membukanya dengan bahasa khas Jogja dengan humor waton namun mampu mencairkan suasana sehingga acara seremonial tidak kelihatan kaku layaknya pembukaan event resmi. Bahkan Ketua Bekraf dan Kurator Pameran ikut terkena sasaran empuk pembulian' Trio Kirik'. Yang di-bully senyum-senyum saja (Triawan Munaf dan Kuss Indarto Kusnan). 

Ada beberapa kata sambutan yang pertama dari teman-temannya sendiri trio Kirik kemudian adik Yuswantoro Adi sang novelis Raden Mandasia  Si Pencuri Daging Sapi  Yusi Avianto Pareanom. Dalam sambutannya Mas Yusi menceritakan bahwa sekitar umur 8 tahun ia baru tahu bahwa kakaknya punya bakat menggambar ketika melihat gambar kakaknya  dengan kapur biru. Yuswantoro menggambar  sang Ikon film terkenal waktu itu Bruce Lee. Ia melihat karya itu merupakan karya terbaik kakaknya. Meskipun sore harinya gambar itu sudah hilang karena terhapus atau sengaja dihapus. Yusi tampak sedih kehilangan gambar yang sangat ia suka. Sambutan dilanjutkan oleh  Kuss indarto selaku kurator yang selama setahun terus memotivasi semangat Yuswantoro untuk berkarya. 

Yuswantoro adalah kakak Angkatan Kuss (dulu adalah kartunis Bernas). Trio Kirik menamakan Kuss Seniman flamboyan. Selaku Kurator dalam sambutannya ia melihat bakat besar Yuswantoro Adi. Seniman Yuswantoro  identik dengan gambar-gambar uang dan perangko dan ikon-ikon masa lalu. Kalau menggambar uang lukisannya tampak amat detail. Tapi selayaknya seniman Yuswantoro pun pernah jenuh hingga  pernah stagnan dan bosan melukis. Namun akhirnya berkat teman-temannya yang setia membullynya ia kembali  menemukan gairah melukis.

Yuswantoro adalah pelukis yang pernah mendapatkan gelar juara ASEAN. Meski pernah merengkuh gelar, bukan berarti perjalanan Yuswantoro sebagai pelukis mulus. Pelukisini sempat patah semangatnya ketika anaknya  Muhammad Bara Merah Matahari terkena penyakit meningitis yang membakar selaput otaknya dan membuat seperti kembali menjadi bayi yang tidak berdaya. Namun semangat itu selalu dibangunkan kembali lewat  lukisan yang pernah membawnya menjadi juara. Baginya, jika lukisannya setaraf maka dianggap biasa saja tapi jika lukisannya di bawah standar maka dianggap  penurunan. Yuswantoro merasa mempunyai masalah dengan kecepatan melukisnya. Rata-rata lukisannya diselesaikan dalam jangka waktu 1 bulan lebih.

Di samping sebagai pelukis ia juga aktif dalam  pembelajaran seni kepada anak-anak. Sering mengadakan kegiatan lomba lukis anak dan event yang berhubungan dengan anak. Pameran Yuswantoro Adi dihadiri oleh para seniman, wartawan, budayawan dan peminat seni umum. Sebagai  mantan mahasiswa seni rupa Yogyakarta, penulis merasa pameran kali ini seperti mengingatkan atmosfer kesenian Jogja tahun 1990-an. Ajang pameran seperti ini memberi kerinduan pada kumpulnya para seniman dengan humor-humor watonnya yang bikin "ngakak". Candaan khas seniman yang cair memberikan hiburan tersendiri  di tengah kesibukan dan lalu lalangnya isu-isu politik yang memusingkan kepala.

Apa itu Iconik (ikonik)?

Konsep penciptaan menurut Yuswantoro Adi adalah Ikonik yang identik dengan gambar. Gambar itu baik berupa simbol, logo, tanda, lambang apapun berupa visual. Ikon itu tentu harus berhubungan dengan obyek atau sesuatu yang terkenal misalnya manusia, patung, gedung, Menara dan lambang. Misalnya yin yang sebagai lambang keseimbangan. Lambang itu terkenal dan sangat identik dengan bangsa Tiongkok. Yin Yang dilambangkan dengan gambar hitam dan putih yang saling mengisi (seimbang).

Sentuhan Ikonik Yuswantoro Adi adalah ikon yang sudah dikenal Publik. Seperti halnya tokoh-tokoh dalam uang negara yang rata-rata pahlawan yang terkenal dan gambarnya adalah ikon-ikon budaya, alam, dan tempat wisata nusantara. Dalam pameran ini Yuswantoro secara simbolis memberikan uang  dengan gambar Jokowi  dan gambar sebaliknya pemandangan salah satu sudut Istana Bogor dengan nominal 100 yang telah di redenominasi dan bertahun 2022. Gaya  narasi lukisan Yuswantoro memang unik, menggelilik dan menimbulkan decak kagum.

Lukisan |Dokumentasi pribadi
Lukisan |Dokumentasi pribadi
Jika para pembaca penasaran dengan "ikon-ikon" yang ditampilkan di Galeri  Nasional  Indonesia. Datang saja langsung. Pameran berlangsung dari tanggal 10 sampai 22 November 2017. Siapa saja boleh datang untuk menyaksikan karya kreatif seniman dalam kiprahnya ikut menyumbangkan kemampuan, mengisi pembangunan dengan berkarya dan berkesenian. Alamat tepatnya di Jl. Medan Merdeka Timur, Gambir Jakarta (Depan stasiun Kereta Gambir).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun