Tugas Berat Menanti Gubernur dan wakil Gubernur Baru Jakarta
Melihat track record Anies  - Sandiaga Uno, seharusnya masyarakat tidak harus skeptis dan pesimis. Kemampuan menjadi pemimpin tidak diragukan lagi.Dari sosoknya Anies adalah orang yang santun, cerdas dan mempunyai  bakat menjadi pemimpin. Kata- katanya terukur dan visi tentang  anak muda dan pendidikan terlihat ketika mencetuskan ide Indonesia mengajar. Pernah menjadi rektor termuda dan mempunyai  gelar akademik yang mentereng. Anies punya segalanya untuk memimpin  Jakarta. Sosok Sandiaga Uno sebagai  pengusaha tentu saja tidak diragukan lagi, lulusan SMA yang terkenal melahirkan pengusaha muda atau sosok kreatif yang bisa menggerakkan usaha tentu menjadi sebuah asa sendiri bagi masyarkat pemilihnya.
Sebagai penulis saya harus adil menilai.Hari ini mereka memulai pekerjaan sebagai Gubernur dan wakil Gubernur terpilih Setelah dilantik kemarin oleh Presiden Joko Widodo. Sekitar 58 % rakyat Jakarta memilihnya menjadi Gubernur. Tentu janji-janji semasa kampanye akan selalu diingat rakyat yang mendamba dan bergantung pada visi dan misi yang diusung kedua pemimpin Jakarta tersebut. Yang baik dari pemimpin sebelumnya bisa diteruskan, yang  perlu dikoreksi dan kemudian diperbaiki  dievaluasi dan kemudian dieksekusi. Â
Perbaikan akan berlangsung terus menerus, inovasi terus dikembangkan dan yang penting jangan sampai terjebak dalam politik kepentingan, nepotisme dan mengakomodasi permintaan pesanan para politisi dan kutu loncat. Janji Pemilu memang manis, tapi ketika pelaksanaan tentu harus realistis. Tentu ketika ketika kampanye dan menawarkan mimpi-mimpi sudah dipikirkan sampai di mana kemampuan pemimpin tersebut mengukur kemampuan dirinya untuk paling tidak memenuhi janjinya sebesar 50 %. Jika janji hanya untuk menjatuhkan lawan dan menggembosi suara lawan dengan cara curang suara tentu hukum karma, hukum sebab akibat akan menimpa diri sendiri.
Selama pemilihan berlangsung kali ini mungkin ini yang terseru.  Anies Sandi harus bersaing dengan Ahok yang sudah punya pengalaman menjadi pemimpin dan terbukti banyak pekerjaan bisa diselesaikan, proyek infrastruktur yang terbengkalai bisa berjalan lagi. Ada ujaran -  ujaran kebencian, perang kata-kata di media sosial, saling hujat, nyinyir sebagai sifat dasar manusia. Ahok dengan segala kekurangan dan kelebihannya telah mengubah Jakarta menjadi lebih manusiawi. Jika ingin bukti, banyak pekerjaan yang harusnya mendapat apresiasi karena Ahok begitu cekatan membentuk karakter dan menyelesaikan pekerjaan. Pencapaian Jokowi, Ahok, Djarot  tidak bisa dibilang sedikit. Jakarta sudah berbenah, meskipun belum sempurna. Tugas semua pemimpin (terutama Jakarta ) yang harus kreatif dan bisa menundukkan pengaruh buruk lingkaran politik, politisasi agama dan intervensi mafia untuk mengacaukan perdagangan, proyek-proyek yang sudah dibuka luas.
Rimba Raya Jakarta
Jakarta yang heterogen adalah Jakarta yang penuh dengan orang-orang ambisius, merasa terhormat, susah diatur baik dengan cara halus maupun kasar. Para saudagar dan pedagang ingin usahanya lancar maka mereka menginginkan jalan cepat entah dengan cara memberi uang sogokan kepada pejabat pemerintahan atau mafia birokrasi yang selalu bergerak di sekitar lingkaran kekuasaan. Ada bisikan-bisikan, ada kekuatan agama yang bisa mempengaruhi  munculnya fanatisme sempit. Jika pemimpinnya tidak mempunyai karakter kuat untuk menangkal pengaruh dari orang-orang terdekatnya Jakarta akan tetap menjadi rimba raya yang susah ditembus dan susah dibenahi. Banyak perumpamaan yang menggambarkan tentang Jakarta. Penulis pernah membaca Jakarta ibarat menaiki kapal dengan kebocoran yang parah di segala sisi. Disamping harus tetap bergerak orang-orang didalamnya juga amat sibuk untuk membuang  air yang masuk dalam kapalnya. Sementara kapal lain sudah melaju, kapal bocor ini lebih sibuk untuk menyelamatkan kapalnya yang susah diperbaiki.
Secara sekilas pembangunan Jakarta amat cepat lajunya, gedung-gedung pencakar langit, Mal-mal hadir memenuhi ruang publik, aktifitas bisnis juga kencang. Tapi disatu sisi pemerintah susah membendung kecepatan pertumbuhan kendaraan motor, sementara jalannya ya cuma itu-itu saja. Jakarta menjerit, jika melihat pemandangan dari angkasa dengan deretan kendaraan bermotor memenuhi jalan-jalan, baik di jalan protokol, kompleks perumahan, gang-gang perkampungan, seakan tidak tersisa sedikitpun celah untuk bernafas dan menarik dalam dalam menghindari polutan dan asap kendaraan yang setiap hari mengebom udara Jakarta dan daerah penyangganya. Kemacetan adalah momok yang  harus segera dibenahi.
Tugas gubernur dan wakil gubernur tidak enteng. Di samping harus merangkul semua, mereka juga harus menjaga sikap, berjabatan erat untuk tidak menjentikkan isu primordial yang berpotensi mengobarkan perang etnis, pri non pri, dan luka hati oleh segelintir orang yang sama-sama berjuang untuk bisa bertahan di ibu kota Jakarta Raya ini. Jakarta Tidak harus dipimpin oleh Profesor Doktor yang ilmunya sundul langit, letakkan saja euforia  gelar akademis, Jakarta butuh pemimpin tegas yang tidak bisa diatur-atur oleh mafia-mafia  yang berbaju agama, berbaju pejabat tapi mental pencuri, berkedok saudara tapi punya niat menggunting dalam lipatan, menikung dan memanfaatkan kedekatan untuk kepentingan dirinya dan bisnisnya sendiri.
Teruskan yang baik benahi yang masih carut marut
Warisan Gubernur sebelumnya dengan model  E- Budgeting, Clean Governance dengan  laporan detail dari pengeluaran dan pemasukan Anggaran daerah perlu diteruskan. Tugas gubernur baru sekarang adalah mendinginkan suasana panas masyarakat yang merasa terbelah oleh karenakontestasipemilihan gubernur telah menyita perasaan, membuat tensi media sosial panas akibat saling caci, saling melontarkan ujaran-ujaran kebencian. Masyarakat heterogen tentu amat mudah dipecah belah oleh isu-isu berbau SARA.
Sekarang masyarakat menunggu janji-janji kampanye Gubernur dan wakil terpilih. Penulis ingat ucapan salah satu penyair yang mengatakan masyarakat Jakarta itu nyinyir pak, mereka akan selalu ingat akan Janji-janji bapak sewaktu kampanye, jangan sampai mereka dikecewakan karena janji-janji bapak ternyata hanya pepesan kosong. Atau ingat lagu lama; Â Â janji-janji tinggal janji, bulan madu hanya mimpi...,
Selamat bertugas Gubernur dan wakil Gubernur baru kami tunggu kiprah kalian...padamkan api kebencian, padamkan semangat wakil rakyat yang hanya berpikir untuk kepentingan partainya saja. Anda dipilih sebagai pelayan rakyat, bukan wakil partai. Ahok saja bisa anda harus bisa!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H