Aku terasuki oleh sang penulis yang sedang mencari ilham dari ribuan  bahkan jutaan kata yang hendak ia susun menjadi novel. Novel itu sudah terekam dalam pikirannya, tapi masih memerlukan  berbagai pengendapan supaya novel yang bertajuk fiksi itu seperti kisah nyata. Si burung kecil nan lincah itu terus menukik-nukik diantara bulir-bulir pada rerumputan dan tumbuhan keemasan yang diterpa angin buritan.
Aku sang penulis yang menyusup di raga burung emprit mulai merasakan betapa banyak bulir-bulir ide menderas dalam pikiran, mengendap di jiwa. Â Tinggal mengolahnya untuk menjadi bagian dari hasil sejarah.
Aku tidak ingin sekalipun mengutuk nasib, meskipun tertatih dan blingsatan dalam menjalani kehidupan. Terkadang  merasakan betapa nasib buruk mampir  itu adalah sahabat setia. Kepada saudara yang mencintai tanpa  meminta imbalan.
Bersambung...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H