[caption caption="Pede.perempatan Malioboro samping kantor pos Jogja"]
Itulah nostalgia saya tentang Jogja khususnya pasar Ngasem. Saya hapal Jogja dulu karena rekaman ingatan saya terbantu dengan menyusuri jalan-jalan Jogja dengan  sepeda, atau jalan kaki. Saya sebetulnya ingin cerita tentang Seni Sono, Benteng Vredeburg, Kampung Romo Mangun di  Code, dan kuliner-kuliner Jogja. Tapi lain kali saja. Di sini saya hanya ingin memandu para blogger bahwa Jogja bukan hanya wisata kuliner saja, namun juga kebudayaan, ruang pergaulan seniman, ruang pemikiran seniman tentang apa pandangan mereka tentang kebudayaan karena Jogja adalah gudangnya para seniman tempat pemikiran kebudayaan bermula. (Gambar di atas: Jaman dulu selalu penuh dengan aktifitas seni khususnya di seni sono samping Istana Negara(Jogja).Affandi, Nyoman Gunarsa, Nyoman Masriadi,  Bagong Kussudiardja, Widayat, Sapto Hudoyo Amri Yahya, Djoko Pekik, Fajar Sidik, Susapto Murdowo, Seni rupa. Seniman tari antara lain Miroto, Didik Nini Thowok, Bagong Kussudiardja. Seniman pesohor yang  lahir dan dibesarkan dalam arus besar budaya Jogja antara lain Butet kartarajasa. G. Djaduk Ferianto, Jujuk Prabawa, Gareng Rakasiwi, Whani Dharmawan.  Emha Ainun Nadjib,  Slamet Rahardjo, Sutradara Hanung Bramantyo, Garin Nugraha dan masih sederet pemusik seperti Erros Candra, Pongki Barata, Kunto Aji. Itu sekelumit  ingatan tentang Jogja. Dan masih banyak cerita tentang Jogja yang bisa digali untuk disharingkan  ke teman-teman. Salam kangen Jogja.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H