Tiba di sebuah warung makan di kota Magelang dengan lembut Prapto menggandeng Prapti dan masuk ke meja yang telah disediakan. Tiba-tiba ada telpun bordering dari ponsel Prapto.
“Sebentar dik saya keluar dulu…
Prapto keluar dan menjawab suara dari seberang
“Pak, Berkas cuti bapak sudah saya periksa, biodata persiapan pernikahan yang direncanakan oleh anda sudah kami periksa, maaf nama calon bapak benar ayahnya, Setrodimedjo…”
“Ada masalah dengan nama tersebut…dia kakek calon istri saya sekaligus bertindak sebagai ayahnya kaeran ayah kandungnya sudah meninggal sejak bayi ibunya sendiri meninggal ketika melahirkan Prapti.
Begini Pak…Bapak khan pegawai negeri…tahukah bahwa Pak Setrodimedjo itu adalah eks anggota organisasi terlarang . Jika Bapak jadi menikah dengan calon istri bapak kepangkatan anda sebagai pegawai negeri sipil akan terhambat. Dan mungkin kami juga bisa memproses status anda sebagai pegawai negeri…”
Dengan lemas Prapto menjawab:Oh begitu…”
Dengan gontai Prapto menutup ponselnya.
Wajahnya menjadi kusut, tidak bergairah. Kegembiraan yang sudah di depan mata seperti musnah dalam sekejap.
Prapto masuk ke rumah makan dan menemuai Prapti…
“Dik…?!”