Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Tumbuhnya Komunitas dan Harapan Generasi Muda di Kalijodo

6 Januari 2017   09:19 Diperbarui: 6 Januari 2017   20:54 885
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagaimanapun, Jokowi dan penerusnya adalah pemimpin yang telah mulai melangkah jauh membenahi carut-marut Jakarta. Pergulatan budaya, pergulatan kepatutan rasa kasihan terhadap kaum migran, membongkar keruwetan alur sepanjang jalur sungai menjadi lebih beradab. Semuanya butuh kesabaran, tangan besi dan kecerewetan tingkat dewa. 

Jokowi menemui banyak kendala, terutama oleh orang-orang yang sudah merasa enak hidup dalam ketidakteraturan yang semuanya gampang diatur oleh perputaran uang dari cukong ke cukong, dari preman ke preman, dan dari beking yang berasal dari mantan petinggi negara.

Pemimpin yang berani membongkar budaya pungli, lingkaran setan premanisme akan mendapat tantangan keras. Sebab kenyamanan yang dirasakan oleh orang yang hanya bekerja di belakang layar mendapat usikan dari pemimpin yang ingin menjadikan pemerintahan clean governance. Butuh waktu lama untuk bisa mengubah budaya masyarakat yang menjadikan budaya suap sebagai jalan menggampangkan sebuah tujuan. 

Dari kenikmatan serta betapa rumitnya birokrasi pemerintahan yang sudah terlanjur asyik bermain dalam pola suap-menyuap, kongkalikong, korupsi berjamaah, tahu sama tahu, ada pemimpin yang berusaha mengubah pola dan memangkas budaya nepotisme, kolutif dan birokrat yang kenyang oleh tindakan jahat tapi diamini karena semua orang berpikir untuk diri sendiri demi kepentingan sendiri masa bodoh dengan kejujuran.

Dengan kamera canggih,drone,video mereka mengabadikan moment di Kalijodo
Dengan kamera canggih,drone,video mereka mengabadikan moment di Kalijodo
RPTRA (Ruang Publik Terpadu Ramah Anak) Kalijodo, terletak di Kelurahan Pejagalan, Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara. Kawasan ini berbatasan dengan Kelurahan Tambora, Jakarta Barat. Lokasinya berada di dekat jalan tol arah Bandara Soekarno Hatta. Pada awal 2016 Kalijodo masihlah tempat lokalisasi, tapi pada akhir 2016 Kalijodo telah menjadi tempat kongkow-kongkow anak muda yang ingin mengembangkan hobinya dengan bersepeda, bertrek ria atau ber-jumping dengan BMX atau skateboard.

Ini sebuah lifestyle baru di antara kekumuhan perkampungan Tambora dan rusun-rusun sekitar Penjaringan yang menuju arah Glodok dan Kota Tua. Sebuah kesibukan baru yang akan membawa perubahan. Bisa jadi akan banyak lagi taman yang akan mengubah Jakarta menjadi kota yang lebih layak huni, tempat berbagi keluhan bukan hanya di dunia maya tapi interaksi antarkomunitas yang berujung kepedulian, empati, dan rasa saling menghargai.

Lihat saja, ketika ada orang yang bersenggolan saat bersepeda mereka hanya tersenyum, tidak ada perasaan marah. Mereka tahu sesama penikmat taman baru Kalijodo mereka berusaha saling mengerti bahwa untuk sebuah hobi mereka butuh energi positif. Terserah tampang seperti preman tapi hati mereka terikat oleh sebuah kesamaan, yaitu saling berbagi ruang. Mereka lepaskan semua masalah, saling berkeringat untuk mengasah keterampilan dan dengan sabar mengulang-ulang gerakan-gerakan yang bagi mereka kurang  sempurna.

Di Kalijodo tidak usah pidato politik, percuma. Mereka hanya akan mendengar teriakan keasyikan saat bisa melakukan jumping indah dan puas ketika mereka berhasil menuntaskan hasrat bisa melakukan akrobat-akrobat yang sebelumnya susah dilakukan. Jangan bicara agama di tengah relasi sosial yang tanpa sekat itu. Bicara saja masalah hobi, komunitas, dan aneka hiburan murah meriah di antara kaum urban yang datang ke Jakarta dengan sejuta mimpi.

Selayaknya taman, selain Kalijodo masih ada Taman Pluit. Taman megah yang konon sebelum tahun 2013 masihlah kampung kumuh dengan banyaknya rumah semipermanen yang bertebaran mengelilingi Waduk Pluit. Penulis pernah melintas dan pernah lewat di waduk itu sekitar 2010. Tumpukan sampah, bau campur baur dengan rumah petak dan sampah plastik mengapung di sekitar danau, sungguh itulah gambaran rumah pendatang seperti halnya rumah bedeng yang masih bertebaran di Jakarta (Cengkareng, Tambora, Kapuk Kamal, Petogogan, Kampung Pulo, Menteng Dalam, dsb). 

Apakah layak hidup dalam bedeng? Sebuah pertanyaan apatis sebetulnya tapi jika ingin Jakarta berubah, pola pikir masyarakat harus diubah. Jika menginginkan kota lebih beradab, ya segera tinggalkan budaya yang mirip seperti benalu, menumpang, mengokupasi, mengklaim dan kemudian membuat seakan-akan tanah menjadi hak milik dengan sertifikat bodong.

Jokowi, Ahok adalah fenomena tidak banyak pemimpin yang melawan arus dan mereka adalah contoh dari sedikit pemimpin visioner yang dimiliki negeri ini. Berangkat dari Jakarta kota yang penuh persoalan, kota segudang mafia, kota yang penuh liku dan mulai ada perubahan berkat sentuhan mereka. Penulis harus obyektif, bukan berarti terus mendewakan kedua tokoh ini, kenyataan Jakarta sudah berubah sejak ada mereka. Mari berpikir obyektif, jangan karena pengaruh politik, fanatisme agama, ideologi menjadi buta hati, buka nurani untuk mengatakan benar dikatakan benar dan salah dikatakan salah.

Sebagai penulis, saya tentu tidak akan sembarangan menulis (hanya menulis berdasarkan syak wasangka. Landasan faktual saya adalah media massa (semisal Kompas, Tempo, Jawa Pos, Media Indonesia, Sindo). Di internet saya akan memilah-milah portal berita yang punya kredibilitas dalam menampilkan fakta bukan hanya jurnalisme praduga tapi juga perlu survei langsung ke sumber berita. Di Kalijodo, Waduk Pluit, Taman Menteng, Waduk Ria Rio saya sudah melihat langsung bagaimana pengunjung mulai enjoy menikmati taman di tengah hutan beton Jakarta.

Sebagai penulis tentu ada misi bahwa saya akan memberi gambaran fakta di lapangan bahwa isu-isu yang berkembang di masyarakat tentang munculnya komunisme, fanatisme sempit masyarakat bersumbu pendek, masyarakat yang terbutakan mata hatinya hanya karena kebencian yang dimunculkan akibat berita-berita di internet, tayangan youtube, berita hoax yang bertebaran dan susah diberantas tidak benar. 

Masyarakat hendaknya tidak mudah terprovokasi oleh ujaran-ujaran kebencian di media sosial, sebaliknya masyarakat harus menimbang, mengendapkan dulu permasalahan dan mengembangkan pola pikir cerdas agar tidak hanya menelan mentah-mentah sebuah berita apalagi yang menyudutkan tokoh yang sebenarnya memang tulus bekerja untuk kepentingan rakyat.

Sebagai rakyat mengkritik tidak diharamkan, tidak dilarang, tapi sebagai masyarakat timur yang memegang norma-norma kesopanan, kesantunan tentu punya batasan-batasan tidak tertulis. Tapi saya melihat sekarang ini norma sopan keadaban sangat menurun sejak masyarakat terlalu asyik dengan gadget dan tersihir oleh keajaiban-keajaiban yang muncul dari mesin canggih tersebut(penulis juga).

Hobby tersalurkan
Hobby tersalurkan
Sambil duduk di bangunan permanen Kali Jodo dan melihat keayikan para pemuda melompat-lompat di papan seluncur, trek-trek ekstrem yang didesain dan distandardisasi dengan trek-trek sekelas internasional di luar negeri, Kalijodo menjadi ajang bagi komunitas Skateboard, BMX, fotografi, dan tempat berkumpulnya bocah-bocah yang haus hiburan. 

Ke depannya, penataan Kalijodo, Taman Waduk Pluit, Ria-Rio, Taman Menteng semoga ditambah lagi dengan kegiatan edukasi bagi komunitas-komunitas anak muda untuk bersama-sama memerangi fanatisme kelompok, mengembangkan karakter bangsa yang punya mental jujur dan tidak mudah terpengaruh oleh isu SARA yang hendak memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa.

Harapan pada Pemimpin

Siapapun pemimpin DKI terpilih harapan penulis adalah menciptakan masyarakat beradab yang jauh dari kesan fanatisme sempit, bersumbu pendek, mudah terprovokasi dan tentu tidak boleh mau didikte oleh preman-preman berkedok yang punya maksud tertentu hanya demi keuntungan golongan, partai atau ormas tertentu. Jakarta milik semua orang yang ingin bekerja, berkreasi. Banyak peluang hadir tinggal ketekunan dan totalitas yang akan membantu generasi muda terus berdaya guna dan berhasil guna.

Dari komunitas yang bergerak dalam kegiatan positif tentu akan ada bakat-bakat menonjol yang bisa mengharumkan nama bangsa di dunia internasional.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun