Aku tulis sederet kata berlepasan dari diriku...
bukan untuk menunjukkan bahwa aku adalah pencipta puisi
aku hanya  merasa setiap kegelisahan jiwaku
mesti harus diungkapkan
kadangkala ketika imaji tengah bersemi tanganku merengkuh pena
menggores-goreskannya sampai terbentuk sketsa absurd
dan ketika matahari senja menyapa hangat
segera kumuntahkan kata-kata dalam secarik kertas
Kawan, biarkan aku menumpahkan kegelisahanku
senyampang senja tengah merona merah
selagi kesedihan tengah menyergapku
dan aku butuh mengumpatÂ
Setiap hari, dalam keriput kulitku yang terenda
sepanjang itu aku terus bertanya
adakah senja mengirimku secuil senyuman
untuk meredakan perasaan gundah gulanaku
aku ingin meneteskan air mata bahagia
tapi tidak tahu kapan kesempatan itu hadir
sementara setiap saat manusia sepertiku
 selalu terteror oleh kawan-kawanku sesama manusia
yang haus bengis menebar tipuan,Â
mengirim ancaman,
memegahkan diri
atas penderitaan sesama
aku malu sebagai manusia,
di atas senja yang mulai temaram
kubiarkan kata liarku terhenti
sampai kutemukan ruang gelap
di mana aku bisa merebahkan diri menikmati malam.
Bintaro, Â Agustus 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H