Ia hidup dalam duka nestapa
berjalan menyusur bara
meniti gelap dalam terang membahana
mengapa Penyair selalu yakin bahwa kata-katanya lebih berjiwa?
sebab ia sedang meresapi derita
yang sepanjang hari ia rasa
"Aku Sang Penyair"Selalu mengingat kesunyian
karena kesunyian melahirkan kata
sebab derita dan kesunyian itu lokomotif utama dari berondongan kata-kata baru.
Â
Ketika Penyair meresapi Sunyi
ia tidak pernah lupa kilasan-kilasan mimpi
yang membuat mata jiwanya terbuka dan lahirlah syair
Air kata-kata terus membanjir
membuka kran kehidupan yang akan selalu tertulis
terpatri dalam sanubari
Â
Sang Penyair adalah pengeluh
 dari sumpah serapahnya ia hidup
menghidupi keluarga atau dirinya dari kata-kata yang meletup-letup
menggemakan makian dari nuraninya yang tak pernah tumpul
Ia hanya ingin syairlah yang membuat ia hidup
Ia hanya ingin kata-kata selalu menjadi simpul
dari keterpisahannya dari idealisme dan kayalannya yang melaju
tak terbendung
Â
Ia, sampai tua akan selalu akrab dengan derita
tak akan pernah meninggalkan sunyi walau sekejab
sebab dari sunyi dan derita ia bisa menghidupkan kata-kata
Â
Bintaro, 17 Februari 2016
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI