Dia lewat berpapasan saat kampanye Gubernur
cuma tersenyum, berjalan, tersenyum, melangkah pasti
Itu perjumpaanku dengan Jokowi
Tim suksesnya mengatakan ini Jokowi
aku balas nama saya Joko Dwi, sama-sama orang jawa dan punya nama  depan Joko
Dia terus melewati lorong jalan perumahan
sedianya aku menghindar keramaian, menembus sepi jalan
 disitu aku malah kebetulan ketemu sosok tinggi kurus
bersama istriku dan anakku yang masih kecil aku terpana
cuma itu gaya kampanye Jokowi, tanpa kata, minim pengawalan
Â
Selanjutnya sejarah tertulis, sang walikota itu menjadi sorotan publik
entah sejak peristiwa itu wajahnya selalu menghiasi hidupku
pun pada istriku yang cuek terhadap masalah politik
terpukau pada senyumnya, bukan pada wajahnya yang biasa saja
sama sepertiku rakyat biasa.
Aku Joko Dwi orang urban, penghuni baru kota metropolitan
 tercengang pada gaya Jokowi yang simpel, sederhana dan aku yakin jujur ia orang yang tulus
Pantas saat Jakarta menentukan pilihannya Jokowilah yang terpilih
bukan pada petahana dengan tampilan meyakinkan, bukan pada lawan-lawannya yang telah bangkotan di dunia politik
Silahkan cibiran pencitraan tersemat pada mereka yang gagal sayang atau berusaha mencintai Jokowi
Banyak orang menilai ia bodoh, ia masih dalam dekapan Bunda sayang saat memerintah
tapi saya merasa ia orang yang tepat di jaman gila seperti ini
Ia datang mewakili rakyat yang jengah oleh tingkah wakilnya di Senayan
Ia datang saat orang mulai bingung menemukan sosok pahlawan dalam bayangan dan fantasi rakyat.
Banyak orang meremehkan, tapi dia tetap berjalan sambil menebarkan senyum aslinya,
blusukan, masuk ke kampung, gorong-gorong, muncul di kantor kelurahan secara mendadak
Pencitraannya memukau dan  lebih banyak yang suka dari pada yang benci
didaulatlah kau menjadi Gubernur Favorit yang telah setahun telah bisa mengubah kekumuhan menjadi taman cukup berarti
 mengobrak-abrik aturan birokrasi penuh muslihat, kelurahan-kelurahanpun berbenah, melepaskan diri dari gaya mafia
dalam proses pelayannya kepada rakyat.
Indonesia memanggilmu Jokowi...
Saya Joko Dwi sebetulnya masih merindukanmu menjadi gubernur, tapi takdir berkata lain
Jokowi harus memilih, akhirnya di rumah si Pitung ia berani berkata untuk menjadi calon Presiden
sejak itu serangan demi serangan kebencian terus berdatangan, tapi arus besar kekaguman ternyata jauh lebih dahsyat
jadilah Jokowi Presiden ke tujuh...Menggantikan Pak Beye yang habis masa jabatannya.
Gebrakan demi gebrakan segera datang....
meskipun belum seberapa efeknya untuk kesejahteraan, usahamu patut diapresiasi
Bukan karena aku yang Joko Dwi adalah Jokowi Lovers. aku melihat masih ada pemimpin yang bisa dibanggakan saat ini,Â
ditengah  krisis kepercayaan pada wakil rakyat dan pejabat korup
Sekarang tajamkan visimu, sebagai rakyat aku mendukungmu.. teruslah berbakti...jujur...
terserah di media sosial banyak orang menganggap kamu bodoh, boneka partai atau entah apa julukan orang yang gagal move on, cincailah.
Tertawalah saat pelawak  benar memerlukan ketawa segar karena saat ini banyak orang lebih tertarik pada guyonan Sarkastik dari orang-orang DPR yang telah hilang urat malunya.
Kamu Jokowi Presiden  rakyat dan aku Jokowi Presiden dari keluargaku, marilah wujudkan keluarga sejahtera
Kau membangun Indonesia dengan revolusi metalmu, aku bekerja agar Istri dan anak-anakku sejahtera sehingga revolusi metal lahir dari keluarga kecilku.
Rawe-rawe rantas, malang-malang putung, sekali berarti sudah itu mati(Chairil Anwar)
Puisi Untukmu Jokowi.
 SalamÂ
Ign Joko Dwiatmoko
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H