Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Aku Frustrasi Pada Tulisan-Tulisanku

18 Desember 2015   10:40 Diperbarui: 18 Desember 2015   22:54 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti langit saat membelah, dalam siluetnya yang agung  kemerahan dalam matahari yang hampir tenggelam dalam malam doaku terus menjelujur, obsesiku terus menelusup dalam tetesan darahku. Aku menyusur bersama gemawan, lebur dalam arus lembut. Dalam bayanganku Seno  sedang menari - nari dengan  kata-kata , dahsyat dan memukau, sekan-akan dibawa ke negeri awan penuh fantasi seperti tak pernah merasakan persoalan hidup. Aku tersenyum, dia menyapa. "Biarlah kata-kata itu menari dan bebas bergerak, kau akan menemukan lorong yang bisa kau lalui setelah menemukan banyak kendala dan maslah yang membelit hidupmu. Bergerak, bekerja dan terus berdoa maka mimpimu akan terwujud...(bukankah itu selentingan kata-kata Master Reiki)Entah, yang jelas kata-kata itu  menggugah jemariku untuk memainkan tuts-tuts laptopku yang beku karena jarang tersentuh. Tiba-tiba aku merasa sejajar dengan Seno Gumira bahkan tulisanku sering menjadi terpilih dalam kumpulan cerpen terpilih di koran nasional. Aku tinggalkan pekerjaanku, beralih profesi menjadi pengarang.

"Bangun, Pa....kau mengigau apalagi"

"Aku. aku di mana..."

"dimana-di mana, ya tempat kamu di kamar bututmu tidur, mengorok, dan mengigau lagi, sana mandi. hari ini kau khan jaga malam. Jangan sampai terlambat, entar kau dapat SP 2, anakmu mau di kasih makan apa?!, Tuh makan saja novel-novel bacaanmu itu, mau jadi pengarang bengong-bengong saja...mimpi kali!!!."

Gambar; Karya Ign Joko dwiatmoko(dokumen pribadi) 

 

Saya terinspirasi pada betapa inspiratifnya perjalanan hidup Pak Tjiptadinata Effendi. Kisah hidupnya mampu membangkitkan kembali asa saya untuk menjadi penulis, entah saya tidak peduli saya berbakat atau tidak, yang penting saya harus menemukan jalan untuk menjadi penulis cerpen dan novel. Putus asa adalah musuh terbesar penulis maka jika tulisan belum bisa menjadi bahan pertimbangan untuk bisa dipublikasikan oleh redaksi saya mesti harus bersabar sambil terus menulis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun