Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Wayang In Town, Membidik Pemirsa Pelajar

19 November 2015   08:51 Diperbarui: 19 November 2015   10:28 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Grand Indonesia Kaya menggelar pertunjukan wayang selama 2 hari yaitu tanggal 17 dan 18 November 2015. Disponsori BCA Grand Indonesia Kaya ingin menggugah kesadaran generasi muda mencintai produk budaya asli negeri ini yaitu wayang. Berbagai versi wayang tumbuh di Indonesia. Ada sekitar 30 jenis wayang yang menyebar di seantero wilayah Indonesia terutama Jawa. Di Jawa Barat perkembangan wayang diwakili oleh populernya wayang golek. Dengan pengembangan inovasi dalam desain dan tokoh-tokoh wayang yang sengaja dimodernisasi Wayang Golek telah mendapat tempat di mata kaum muda di Jawa barat.

Inovasi itu tercermin dari gerakan gerakan lincah wayang goleknya. Dalang menggerakkan tuding, melenggokkan pinggul seakan-akan wayangnya itu tampak hidup. Cerita lucu terbangun dari sabetan wayang goleknya sesuai karakter masing-masing wayang. Yang mengocok perut tentunya adegan lucu yang ditunjukkan Dawala dan Cepot. Dawala dan cepot selalu membangun suasana segar dan akhirnya wayang menjadi enak ditonton. Humornya yang cerdas dari Dawala diimbangi oleh kelucuan cepot itulah yang membuat pertunjukkan wayang lebih gereget. 

Di saat kaum muda sedang kesengsem oleh media social perlu kiranya remaja dikenalkan oleh budaya asli Indonesia. BCA membangun kepedulian dengan mengundang peserta yang kebanyakan dari sekolah-sekolah negeri dan swasta untuk menyaksikan lebih dekat tentang pertunjukan wayang. Di Jawa sendiri banyak muncul jenis wayang, ada wayang sandosa, wayang wahyu, kulit, wayang Beber,Wayang potehi dan masih banyak wayang lainnya. Generasi muda perlu mengenal lebih dekat kebudayaan wayang yang sudah diakui UNESCO sebagai produk budaya Indonesia dan merupakan kekayaan budaya dunia.

Disamping ada pertunjukan budaya seperti wayang golek, wayang kulit, wayang modern, siswa diajak berpartisipasi mengirimkan karyanya untuk di display dan bisa dilihat setelah pertunjukan usai. Karya tersebut menjadi buah inovasi dan kreatifitas peserta didik, menumbuhkan rasa cinta pada budaya sendiri yang kaya. Arie Dagienkz dan Artasya Sudirman memandu acara Wayang In Town sesi pertama. Peserta diantaranya dari SMPK 2 Penabur, SMP Al Azhar, SMP Tugasku, Santa Theresia, Bakti Mulia dan masih banyak peserta dari sekolah lain.

Kursi penonton sampai penuh ditambah dari berbagai Media massa yang ikut meliput kemeriahan Pementasan wayang golek dengan Dalang Adi Konthea Kosasih. Wayang dikemas dengan gaya modern hingga para siswa yang kebanyakan masih ABG antusias untuk menyaksikan pertunjukan wayang dengan iringan kolaborasi musik modern dan tradisional. Dalang mengemas pertunjukan dengan kocak, dengan menampilkan lagu-lagu pop modern. Setelah pertunjukan usai dilanjutkan dengan sesi keaktifan penonton untuk menunjukkan antusiasmenya dalam mengenal wayang. Siswa ditantang untuk menggambarkan wayang Bima dengan interpretasi masing-masing.

Acara yang disponsori oleh BCA memang mengarah pada para siswa sekolah menengah, tujuannya adalah mengenalkan tentang kekayaan budaya kita yang sudah diakui oleh UNESCO dua belas tahun lalu tepatnya tanggal 7 November 2003. UNESCO mengakui bahwa Wayang Kulit adalah World Master of Oral and Intangible Heritage of Humanity. Menurut sejarah keberadaan wayang sudah ada sejak X SM. Wayang bisa bertahan dan bisa beradaptasi sesuai dengan perkembangan zaman, untuk itu dunia mengakui bahwa wayang merupakan produk budaya yang luar biasa. Dwi Woro Mastuti, seorang pengamat wayang berbicara panjang lebar tentang sejarah wayang, ragam wayang dan dan jenis-jenis yang sempat tumbuh khususnya di Jawa. Banyak hal bisa dipetik dari pertunjukan wayang. 

 

Ada tuntunan filsafat edukasi kehidupan berbagai macam karakter dan perangai manusia yang tergambarkan oleh wayang-wayang yang terdisplay. Dalam arti lain wayang adalah bayangan dari kehidupan manusia artifisial dari permasalahan manusia, atau potret kehidupan manusia yang terisi oleh intrik, perselisihan, laku prihatin, peperangan, perjalanan nasib manusia. Semua bisa tergambarkan oleh cerita-cerita dalam pewayangan. Marilah melestarikan wayang sebagai warisan budaya dunia, seperti Batik, Candi Borobudur, keris adalah produk khas Nusantara. Generasi muda perlu dikenalkan tentang kebudayaan lebih dini agar kecintaan terhadap budaya bangsa tidak luntur oleh pengaruh budaya asing yang agresif ruang-ruang visual generasi muda.

Foto-foto dokumen pribadi. dan foto dukumen guru SMPK 2 Penabur di whatsApp

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun