Hanya berapa jumlah masyarakat yang sabar menunggu perubahan itu terjadi sementara bencana asap masih belum bisa teratasi, carut-marut DPR masih saja membuat masyarakat kecewa.
Pelayanan publik belum banyak terjadi perubahan, tingkat kemiskinan masih tinggi, lahan pertanian terus tergerus pembangunan perumahan dan ruko, pejabat-pejabat daerah masih berpestapora menyedot aset alam, dan seabreg masalah lain yang belum terpecahkan.
Jokowi sedang membenahi satu persatu masalah tapi masyarakat Indonesia adalah masyarakat pelupa, tapi juga rakyat yang sangat emosional.Â
Kesabaran kadang tertanggalkan ketika situasi tidak menguntungkan dirinya. Mereka akan terbelah dan akan segera berpindah ke lain hati bila mengalami kekecewaan.
Saya melihat gambaran masyarakat itu terwakili di media sosial, termasuk di kompasiana ini.Â
Melihat dengan Hati
Coba, teman-teman kompasianer melihat dengan hati. Positif menilai jika Jokowi masih dalam jalur rel yang benar. Jika sisi negatif hadir dalam pemerintahan sentillah dengan bahasa sopan, elegan dan cerdas.Â
Sumbanglah pemikiran anda untuk membenahi kekurangan-kekuarangan yang ada, tapi jangan pula munafik membambi buta melontarkan kritik tapi tidak memberi apresiasi positif terhadap pekerjaan luar biasa pemerintahan satu tahun ini.Â
Kadang andapun perlu membangun empati, seandainya anda adalah pemerintahnya apakah semua bisa teratasi semua masalah hanya dalam satu tahun pemerintahan.Â
Kompleksitas permasalahan, iklim yang kebetulan memberi dampak terjadinya bencana asap di sejumlah pulau besar di Indonesia, serta dampak global gejolak dolar dan gonjang-ganjing ekonomi dunia.Â
Melihat dengan hati dan logika serta nalar yang jernih itulah yang diperlukan untuk menilai rekam jejak pemerintahan. secara obyektif penulis melihat Jokowi sudah bekerja keras, kabinet-nyapun sudah berlarian untuk menyamakan irama dengan presidennya.Â