Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Politik featured

Suara-suara "Miring" Satu Tahun Presiden Jokowi

20 Oktober 2015   11:48 Diperbarui: 20 Oktober 2020   09:18 1101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi Presiden Jokowi. (sumber: KOMPAS/DIDIE SW)

Satu tahun ini Jokowi telah melewati tahap-tahap krusial pemerintahan. Ratusan juta rakyat yang dipimpinnya telah memberi mandat untuk membangun kembali angan-angan yang tertunda. 

Rakyat ingin menjadi "Toto titi tentrem" dengan limpahan alam yang membuat gemah ripah loh jinawi. Rakyatpun ingin pemimpinnya seorang yang andap asor, seorang manusia yang sempurna dalam mengendalikan negara yang sebelumnya sudah carut marut. 

Bisakah Jokowi membalikkan situasi dari carut marut budaya, sengkarut ekonomi, "gaduhnya politik" menjadi tak beriak dan "ayem tentrem"? 

Ah kadang saya merasa rakyat terlalu berhalusinasi. Jokowi itu bukan dewa, bukan pula begawan yang sempurna dalam tapabratanya. Rakyat menuntut kesempurnaan menurut ukuran masing-masing. 

Dan karena Jokowi itu manusia maka suara gaduh yang datang dalam setahun ini semakin keras. Kerasnya gelombang opini ini muncul karena ekspektasi rakyat terlalu amat besar, segera ingin melihat negara ini berubah seperti angan-angan dan halusinasi tiap insan. 

Padahal jika hanya menjadi pengamat, ceblang-ceblung berbicara di media sosial, kritik sana kritik sini, tebar ide ke mana-mana tanpa turun tangan langsung mengubah situasi juga percuma. 

Banyak orang datang sebagai pengamat merasa lebih pinter dari pemerintah, banyak orang, berbusa-busa mengulas berbagai sisi kelemahan pemerintahan dengan mulut berbuih dan akhirnya dia menjadi laris diundang sebagai pembicara karena yakin mulutnya begitu sempurna memberi kritik pedas pada pemerintahan yang sedang berjalan.

Satu tahun pemerintahan Jokowi, telah berhasil memadamkan gejolak politik tingkat elite. Meskipun Isu-isu nasional masih melihat berbagai kelemahan pemerintahan, tapi saya melihat Jokowi belum menyimpang dari rel. 

Setahun pemerintahan berjalan memang belum banyak membuahkan hasil tapi jejak perubahan itu pelan-pelan mulai terlihat. Infrastruktur terbangun di mana-mana. alurnya mulai dari pinggir. 

Kota pun mengalami dampak pembangunan dengan terbangunnya MRT yang tengah berjalan. Perbaikan jalan, betonisasi dan proyek-proyek padat karya. 

Hasil laut pun mulai menggeliat dan pelayanan kesehatan sangat dirasakan dampaknya oleh masyarakat. Kalau ada pelayanan bolong-bolong di bidang kesehatan itu karena mengubah budaya yang lama telah mengakar dalam masyarakat memang sulit. 

Tapi jika perubahan itu pelan-pelan hadir tentu akan berdampak baik di waktu yang akan datang

Sabar Menanti Hasil

Keterburuan rakyat melihat hasil nyata kebijakan pemerintahan baru tampak di tulisan-tulisan warga di media sosial. Mereka menginginkan pemerintah bergerak cepat, hingga menuai kesuksesan dalam waktu singkat. 

Padahal persoalan-persoalan yang ada dalam masyarakat begitu kompleksnya. Kompleksitas permasalahan itu tentu harus diselesaikan dengan pelan, hingga tidak lagi menimbulkan riak yang berdampak pada kegagapan budaya. 

Perubahan yang revolusioner itu bisa terjadi jika rakyat dan pemerintahan satu visi, satu pendapat, satu tujuan dan satu kesepakatan. 

Jika masih saja ada masyarakat sinis dan hanya nyinyir terhadap segala kebijakan pemerintah tentu saja akan menghambat eksekusi yang harusnya secara dcepat dilaksanakan pemerintah.

Rakyat harus sabar, karena dalam prinsip jawa dikenal, "Jer basuki Mawa Bea" (Untuk mencapai kesuksesan butuh pengorbanan, butuh biaya yang tidak sedikit). 

Pengorbanan pemerintahnan dalam membangun kepercayaan tentu menyentuh persolan puas dan tidak puas dari masyarakat. 

Ada masyarakat yang melihat bahwa kebijakan pemerintah, tidak berdampak signifikan terhadap mereka. maka mereka ramai ramai memberi raport merah terhadap kinerja pemerintahan Jokowi.

Muncul suara-suara negatif hadir kepada blogger yang selalu membela Jokowi, muncul komentar pedas di media sosial yang memberi hastag negatif terhadap rekam jejak Jokowi. 

Barisan Haters Jokowi itu ramai mengorek sisi negatif pemerintahan, membuka-buka kelemahan barisan pemuja Jokowi. sebaliknya Bagi pemuja Jokowi, apapun kebijakan Jokowi baik yang populis maupun tidak tetap mendapat sanjungan selangit karena mereka yakin perubahan itu akan datang pada waktunya.

Hanya berapa jumlah masyarakat yang sabar menunggu perubahan itu terjadi sementara bencana asap masih belum bisa teratasi, carut-marut DPR masih saja membuat masyarakat kecewa.

Pelayanan publik belum banyak terjadi perubahan, tingkat kemiskinan masih tinggi, lahan pertanian terus tergerus pembangunan perumahan dan ruko, pejabat-pejabat daerah masih berpestapora menyedot aset alam, dan seabreg masalah lain yang belum terpecahkan.

Jokowi sedang membenahi satu persatu masalah tapi masyarakat Indonesia adalah masyarakat pelupa, tapi juga rakyat yang sangat emosional. 

Kesabaran kadang tertanggalkan ketika situasi tidak menguntungkan dirinya. Mereka akan terbelah dan akan segera berpindah ke lain hati bila mengalami kekecewaan.

Saya melihat gambaran masyarakat itu terwakili di media sosial, termasuk di kompasiana ini. 

Melihat dengan Hati

Coba, teman-teman kompasianer melihat dengan hati. Positif menilai jika Jokowi masih dalam jalur rel yang benar. Jika sisi negatif hadir dalam pemerintahan sentillah dengan bahasa sopan, elegan dan cerdas. 

Sumbanglah pemikiran anda untuk membenahi kekurangan-kekuarangan yang ada, tapi jangan pula munafik membambi buta melontarkan kritik tapi tidak memberi apresiasi positif terhadap pekerjaan luar biasa pemerintahan satu tahun ini. 

Kadang andapun perlu membangun empati, seandainya anda adalah pemerintahnya apakah semua bisa teratasi semua masalah hanya dalam satu tahun pemerintahan. 

Kompleksitas permasalahan, iklim yang kebetulan memberi dampak terjadinya bencana asap di sejumlah pulau besar di Indonesia, serta dampak global gejolak dolar dan gonjang-ganjing ekonomi dunia. 

Melihat dengan hati dan logika serta nalar yang jernih itulah yang diperlukan untuk menilai rekam jejak pemerintahan. secara obyektif penulis melihat Jokowi sudah bekerja keras, kabinet-nyapun sudah berlarian untuk menyamakan irama dengan presidennya. 

Hanya saya tahu merangkul politisi untuk seirama dan sepaham dengan visi revolusi mental itu yang membuat penulis pesimis. Bukankah politisi senang dengan intrik, konspirasi, kolusi dan tentu saja korupsi yang susah sungguh untuk dihilangkan dari pikiran dan mentalitasnya. 

Satu Tahun Pemerintahan Jokowi masalah itu masih bertumpuk-tumpuk dan perlu penanganan serius. Saya masih percaya pada integritas Presiden. Teruslah bekerja, yang positif kami dukung, yang negatif kami kritik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun