Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sebodoh Aku Menerka Jokowi dan Kabinetnya

13 Agustus 2015   15:23 Diperbarui: 13 Agustus 2015   15:23 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Saya baru paham ternyata Jokowi telah mengganti beberapa mentrinya, kemarin(Rabu, 12 Agustus 2015) seperti yang diprediksi banyak orang Edi Purdianto yang sering terpeleset ketika berbicara akhirnya tereliminasi. Abang Rahmat Gobel yang tersandung dengan kebijakannya tentang pelarangan Bir di mini market-minimarket serta sindiran Jokowi di Tanjung Priok dan betapa kesalnya Jokowi terhadap masalah Dweling Time yang membuat kinerja pelabuhan dan kargonya melambat. Andi Widjayanto pun akhirnya kabur dan mental berada dalam pusaran Jokowi karena beberapa masalah yang membuat iklim hubungan antara Jokowi dan partai pengusungnya panas dingin. Akhirnya Andi tergeser diganti oleh Pramono Anung yang kalem dan punya jurus jitu untuk meredam ketegangan antara Jokowi dan Elit PDIP. Yang membuat terkaget-kaget adalah masuknya Rizal Ramli Sang Pengritik sejati. Garangnya Rizal Ramli akhirnya lemes juga saat ditawari jabatan mentri oleh Jokowi. Presiden dari Kabinet KW 3. Rizal memang punya mulut seperti layaknya pedang dan seringkali bersinergi dengan Ratna Sarumapaet dalam memainkan emosi publik di talkshow. Suaranya memekakkan telinga dan tidak mudah bagi pecinta sejati Jokowi untuk melupakan kata-kata satirenya. Tapi Jokowi andalah Presiden tahan uji yang berani merangkul pengritiknya untuk dijadikan partner. Bathin Jokowi"Saya beri kesempatan kamu mebuktikan ucapan-ucapanmu di depan rakyatmu sendiri. Buktikan bahwa mulut dan sepak terjangmu sama. Mari membangun, mari bekerja keras.

Kalau saya menjadi Jokowi, kepalaku sudah cenut-cenut memikirkan bagaimana caranya meredam kritik yang bertubi-tubi, apalagi suara-suara pesimis itu sering datang di blog-blog usil, blog nanggung, situs tidak jelas, portal berita pemilik media yang kebetulan juga punya  hasrat melambung dan getol membangun citra dengan mendirikan partai. atau orang yang gagal move on dan tidak ingin musuh abadinya sukses membangun bangsa. Ternyata mata Jokowi saya lihat tetap saja berbinar, ditengah cercaan dan jutaan manusia yang sok pintar atau memang pintar tapi belum cukup punya sikap gentleman. Tadinya aku  menerka Jokowi akan loyo menerima kenyataan bahwa ekonomi yang melemah ini akan membuat selera makannya berkurang dan masuk dalam jajaran Presiden pengeluh. ah ternyata Jokowi amat tangguh(paling tidak sampai hari ini). Pantesan didijuluki Si Kerempeng dengan otak jenderal oleh Bung Axtea. Ternyata kekerempengannya itu tersimpan energi besar dan bergerak lincah seperti kijang.

Yang tersuarakan di nurani Jokowi saat ini masihlah sama dengan awal dia didorong untuk menjadi Presiden. Dia tak perlu membuktikan dengan omongan, dia hanya perlu kerja-kerja dan kerja. terserah mau dibilang KW 3, mau dibilang petugas partai, mau dibilang bisanya hanya netek bu Mega.

Kadang saya yang bodoh ini sering geleng-geleng kepala sendiri, ternyata petugas warnet, penggila internet dan orang yang kadung sayang berkomentar di media selalu berbicara pedas dan kadang main phisik saat menguliti kelemahan orang lain termasuk presidennya, hal yang tidak dilakukannya saat mengoreksi diri sendiri. 

Belum setahun Jokowi menjadi Presiden, ini masih Agustus, terlalu dini mengatakan Jokowi gagal memimpin Indonesia. Kalau kemarin Jokowi telah merombak kabinetnya, saya berharap para mentri barunya. Darmin Nasution, Rizal Ramli, Thomas Lembong, Luhut Binsar Pandjaitan, mentri seskab Pramono anung, Sofyan Djalil bergegas mengamankan perekonomian Indonesia.

Saya harus optimis, untuk sementara ini saya tidak akan memberi analisa tentang politik, sebab rasanya terlalu bodoh menilai otak dan pikiran Presiden sementara saya sendiri belum berperan-apa-apa terhadap bangsa ini. Lagi pula meskipun mengerti politik apalah saya , dengan mata pedang yang tumpul terhadap pengetahuan politik  yang abstrak di Indonesia ini. saya hanya akan menjadi benalu jika tidak ikut bergegas untuk berpikir maju. Biarlah para petinggi itu yang kerja keras menggerakkan mesin pembangunan, Sebagai rakyat saya hanya bisa berdoa dan ikut bekerja di lingkungan terkecil agar keluarga saya tetap sejahtera di tengah gonjang-ganjing ekonomi global seperti sekarang ini. 

Sumber Foto:www.cnnindonesia.com

Salam Kompasiana. Merdeka!

 

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun