Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Wajah Bopeng Negeri Ini

16 Januari 2015   18:51 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:01 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Politik sedang bergerilya sampai titik nadir kekeruhan. Mereka yang mengisi wajah-wajah negeri ini bopeng oleh kepentingan-kepentingan tersembunyi yang lebih mengemuka daripada suara hati nurani. Mereka tampan, cantik dan cerdas. Tapi mulut mereka melahirkan bau comberan yang siap menghembuskan kebusukan oleh setiran Sang maharaja kekuatan bernama uang. Tolok ukur manusia modern sekarang adalah kemakmuran, berlimpah kemewahan dan kekuasaan. maka mereka berlomba menjadi pemimpin agar mampu meraup uang meskipun harus dengan melakukan kolusi, korupsi dan menjalankan politik nepotisme. Mereka adalah makluk-makluk cerdas yang terkena virus alien. Kerakusan tampak lebih mewarnai kehidupan mereka daripada keteladanan yang ditampilkan untuk benar berjuang demi rakyat bukan demi partai yang memberi jalan ke tampuk pimpinan tertinggi negeri ini. Mereka adalah segerombolan perampok yang necis, berjas, gamis, soleh di satu sisi. di sisi lain wajah asli mereka akan tampak saat melihat uang bertumpuk di jendela rumah mereka.

Politik membuat bopeng wajah tampan dan cantik. Kecerdasan yang dimiliki hanya digunakan untuk membangun konspirasi, merencanakan makar, demi kekuasaan. Rasanya hampir semua negeri  saat ini tengah resah. resah oleh keadilan yang abstrak. Keadilan itu milik siapa?

Indonesia yang sedang bergerak dan membangun image baru berguncang oleh gula-gula politik yang berkembang deras di media massa. di media sosial komentar-komentar serabutan membangun suasana tampak tintrim, seakan-akan negeri ini tengah menuju kehancuran. semua orang bebas berkomentar, entah komentar itu hadir dari orang yang terdidik atau hanya sekedar beda. ada provokasi, ada sinisme, ada ilusi hingga akhirnya orang menjadi tidak percaya pada kebenaran berita yang beredar. Media mainstream jarang yang menggaungkan etika jurnalistik yang tidak memihak. Kritik media massa sudah pada taraf sedang membangun jurang menganga untuk memuluskan manusia Indonesia terjun bebas dalam upaya menegakkan demokrasi yang santun dan beradab. Pancasila cuma bergaung kecil diujung jurang, cuma berbunyi bagai desis angin sayup-sayup.

Modernitas keadapan berjalan pada individualisme karena manusia sekarang lebih dikendalikan teknologi. Merekalah dewa yang menguasai hajad hidup masa kini. Mereka tidak boleh dilupakan dan terlupakan karena sekali tidak menyentuh mereka akan linglung mau mengerjakan apa.

Wajah Bopeng negeri ini dipenuhioleh intrik-intrik selama 24 jam penuh, mengendalikan otak, mengendalikan emosi.Masihkah percaya jika beberapa tahun lagi Indonesia akan memimpin dunia menjadi negeri yang bisa bersaing dengan Amerika dan Cina sementara sepanjang hari negeri ini dipenuhi tikus-tikus yang mengerat dan menghisap APBN, dan mafia-mafia cerdas yang mampu mengobrak-abrik mentalitas anak muda negeri ini.

Politik sedang bergerilya untuk membangun opini publik sedangkan masyarakat rasanya semakin antipati dengan makluk bernama POLITIK. Bajingan yang menghuni kolong tempat tidur berdoa; Semoga negeri ini bisa terlelap hingga saya leluasa menggigit mereka.

Wajah Bopeng negeri ini cerminan kita yang cuma peduli kepentingan diri sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun